Beda Cuti Bersama dan Libur Nasional

Beda Cuti Bersama dan Libur Nasional

Libur nasional adalah hari-hari resmi yang ditetapkan oleh pemerintah untuk memperingati peristiwa penting nasional atau keagamaan. Sedangkan cuti bersama adalah hari libur tambahan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk melengkapi libur nasional atau memperpanjang waktu libur.

Libur nasional kita libur, cuti bersama libur juga. Kalau sama-sama libur terus bedanya apa? Cuti bersama diadakan untuk melengkapi libur nasional.

Cuti Bersama atau Collective Leave


Cuti bersama tidak mengurangi jatah cuti tahunan yang dimiliki oleh ASN (PNS dan PPPK-Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). Sementara itu penerapan berbeda diterapkan oleh perusahaan swasta.

Banyak perusahaan swasta yang menerapkan aturan memotong jatah cuti tahunan bagi karyawan tiap ada cuti bersama. Makanya tidak sedikit karyawan yang tetap bekerja meski di kalender ada cuti bersama supaya jatah cuti tahunan mereka tidak berkurang.

Ada juga perusahaan yang mewajibkan semua karyawannya ikut cuti bersama dengan tetap memotong jatah cuti tahunan.

Kebijakan antara perusahaan swasta dengan instansi pemerintahan tentang cuti bersama bisa berbeda karena awalnya cuti bersama ini ditujukan untuk Aparatur Sipil Negara (ASN). Belakangan banyak kantor swasta yang memberlakukannya juga.

Cuti bersama biasanya diberlakukan bersamaan dengan libur keagamaan seperti Idulfitri dan Natal. Hari libur kemerdekaan yang berdempetan dengan libur akhir pekan biasanya juga dijadikan cuti bersama.

Tujuan cuti bersama adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja serta memberikan kesempatan bagi pekerja untuk istirahat lebih lama.

Libur Nasional atau Public Holiday

 

Libur nasional berlaku untuk seluruh penduduk Indonesia tanpa terkecuali, dari direktur utama sampai buruh pabrik. Dari kepala dinas sampai pelajar dan mahasiswa. 

Libur nasional diberikan untuk memberi kesempatan pada warga negara untuk merayakan atau memperingati suatu peristiwa. 

Perayaan keagamaan yang dijadikan libur nasional yaitu Idulfitri, Natal, Nyepi, dan Waisak. Umat beragama memanfaatkan waktu libur nasional untuk melakukan ibadah dan perayaan.

Sementara itu, libur untuk memperingati perayaan nasional biasanya jatuh pada Hari Kemerdekaan 17 Agustus. Sedangkan libur memperingati peristiwa penting dalam sejarah negara misalnya diadakan pada Hari Pahlawan 10 November.

Selain untuk memberi waktu ibadah, peringatan, dan perayaan, libur nasional juga memberi kesempatan kepada rakyat untuk menghabiskan waktu bersama keluarga, beristirahat, atau bepergian.

Butterfly Effect Saat Kekacauan Rumit Bermula dari Ketidaksengajaan Sepele

Butterfly Effect Saat Kekacauan Rumit Bermula dari Ketidaksengajaan Sepele

Kamus Merriam-Webster mengartikan butterfly effect (efek kupu-kupu) sebagai sistem kekacauan yang terjadi saat ada perubahan kecil di kondisi awal yang mengakibatkan kekacauan sistem dalam skala besar di masa depan.

Simpelnya, butterfly effect adalah istilah yang dipakai dalam teori kekacauan. Teori itu melihat bahwa sesuatu yang kecil dan sepele pada akhirnya dapat menimbulkan konsekuensi yang besar dan rumit.

Laman HowStuffWorks mencontohkan ketika kupu-kupu mengepakkan sayapnya di India, perubahan tekanan kecil pada kepakan itu ternyata menyebabkan tornado di Iowa, AS.

Asal Mula Teori Butterfly Effect

 

Pencetus butterfly effect adalah Edward Lorenz, seorang Matematikawan dan Meteorologis dari Masachusset Institute of Technology (MIT) yang mengemukakan tentang teori kekacauan (chaos). 

Edward membuat dokumen ilmiah berjudul “Prediktabilitas: Apakah Kepakan Sayap Kupu-kupu di Brasil Memicu Tornado di Texas?” 

Dokumen itu menjelaskan bahwa kepakan sayap kupu-kupu, jika disinkronkan di Brasil, dapat memicu tornado di Texas. Tentu saja Edward tahu ini keliru. Berbagai kondisi cuaca harus terjadi secara bersamaan untuk mencapai hasil yang kacau dari tornado, dan bukan berdasarkan kepakan sayap kupu-kupu semata.

Akan tetapi ide teori kekacauan dari Edward Lorenz ini menunjukkan kalau seluruh kehidupan cuma bisa diprediksi, tapi tidak pernah bisa dipastikan. Keputusan terpisah pada suatu hari atau terlambat satu menit pada hari lain dapat memicu rangkaian peristiwa yang sangat berbeda.

Butterfly Effect di Kehidupan Sehari-hari

 

Warga yang tinggal di pinggiran Jakarta seperti Depok, Bekasi, dan Tangerang Selatan tahu benar apa efeknya kalau mereka berangkat kerja pukul 05.30 dan 05.35. Cuma beda lima menit. 

Mereka akan tiba di kawasan Senayan, Sudirman, dan Thamrin di Jakarta Pusat pada pukul 07.00 kalau berangkat dari rumah pukul 05.30. Namun mereka akan sampai di sana pukul 08.30 kalau berangkat pukul 05.35.

Logikanya kalau selisih berangkatnya cuma lima menit, sampai di tempat tujuannya juga selisih lima menit, yaitu pukul 07.05. Nyatanya semua yang tinggal di pinggiran Jakarta mengalami hal yang seperti itu.

Contoh lainnya saat kita beli tumis kacang panjang di warteg untuk makan siang. Didalam kacang panjang itu rupanya masih ada telur cacing karena tidak dicuci bersih saat akan dimasak. Hanya karena makan satu kali tumis kacang panjang yang ada telur cacingnya, kita sampai harus dioperasi untuk mengeluarkan cacing yang telah beranak-pinak di usus.

Butterfly Effect di Alam

 

Kita mungkin sering berpikir, "Ahh, gak apa beli sebotol air kemasan plastik. Toh, cuma satu." Kalau jutaan orang di Indonesia berpikir sama, maka akan ada jutaan botol plastik dalam satu hari dan bisa menimbulkan masalah lingkungan di darat dan laut.

Contoh kecil dan sepele lainnya yang menimbulkan dampak besar adalah saat kita memetik bunga di pinggir jalan.

Didalam kelopak bunga itu ternyata ada lebah madu yang terbawa. Ketika terbang keluar dari kelopak bunga, lebah itu tidak tahu di mana sarangnya. Dalam waktu paling lama dua pekan si lebah madu akan mati karena tidak bisa hidup jauh dari sarangnya.

Karena si lebah madu mati, penyerbukan antarbunga terganggu dan akibatnya banyak bunga yang mati karena tidak bisa berkembang biak. 

Selintas tidak masuk akal, ya? Tapi itulah butterfly effect. Hal-hal sepele yang tampak tidak ada artinya ternyata berdampak besar dan rumit ke waktu mendatang.

Butterfly Effect yang Positif


Butterfly effect tidak selalu menimbulkan dampak negatif, ada juga positifnya misal membuang sampah pada tempatnya dapat menjaga kebersihan lingkungan dan meminimalisir penyakit yang datangnya dari lalat.

Mengurangi pemakaian kendaraan pribadi dan beralih ke angkutan umum juga memberi dampak besar bagi kualitas udara dan pemanasan bumi.

Runtuhnya Tembok Berlin

Pada 9 Desember 1989 Gunter Schabowski pejabat Jerman Timur tidak sengaja mengumumkan di depan TV kalau sejak hari ini warga Jerman Timur dapat bepergian ke Jerman Barat. Situs Deloitte menyebut pengumuman itu memicu kerumunan besar di Tembok Berlin, dan akhirnya tembok tersebut runtuh.

Namun runtuhnya Tembok Berlin justru membawa persatuan bagi Jerman dan kemakmuran bagi Jerman Timur. Kini Jerman jadi salah satu negara maju di dunia yang terkenal dengan teknologi tingginya di industri otomotif dan elektronik.

Penisilin

Ilmuwan Skotlandia bernama Alexander Fleming meninggalkan laboratoriumnya selama sebulan dan saat kembali dia lihat ada jamur di cawan petrinya.

Alex tidak membuang jamur itu dan menyimpannya. Ternyata didalam jamur itu ada kandungan penicilum yang menghasilkan penisilin yang dia temukan tahun 1928. Penisilin merupakan antibiotok pertama di dunia dan sampai sekarang masih digunakan untuk melawan bakteri dalam tubuh.

Andai Alexander Fleming membuang jamur itu kita mungkin belum punya obat untuk mengatasi bermacam infeksi yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri.

Bisakah Kita Menghindari Butterfly Effect?

 

Bisa saja walau tidak bisa sepenuhnya menghindar karena tidak ada yang pasti di dunia ini. Semua bisa diprediksi, tapi hasilnya tidak ada orang yang tahu. Begitu juga dengan butterfly effect, kita bisa menghindarinya dengan melakukan bermacam cara, namun hasil akhirnya tetap tidak ada yang tahu.

Ini cara menghindari butterfly effect yang negatif di kehidupan sehari-hari.

1. Tidak sering mengambil keputusan yang terburu-buru. Selalu pikirkan dulu apa efek dan konsekuensi jangka pendek dan panjangnya sebelum membuat keputusan.

2. Menghindari melakukan hal negatif yang merugikan orang lain dan diri sendiri seperti mengejek, memaki, mengadu-domba, dan tindakan buruk lainnya yang tidak beradab dan berperikemanusiaan.

3. Tidak merusak lingkungan seperti membakar sampah dan membuang sampah sembarangan.

4. Hindari melakukan tindakan yang melanggar hukum serta norma sosial dan agama seperti korupsi, melakukan nepotisme kepada saudara sendiri, atau hidup bersama pasangan tanpa menikah (kkkumpul kebo).

Butterfly Effect dan Hukum Sebab-Akibat


Butterfly effect mirip seperti hukum sebab-akibat yang artinya sesuatu tidak akan terjadi kalau tidak ada sebabnya. 

Bedanya, butterfly effect merupakan teori yang berdasar pada kekacauan besar dan rumit yang berawal dari hal yang kecil dan sepele.

Sedangkan hukum sebab-akibat adalah prinsip yang menyatakan bahwa setiap peristiwa atau fenomena di dunia ini memiliki penyebab dan akibat yang saling berkaitan. Prinsip ini berlaku secara universal dan dapat ditemukan di kehidupan sehari-hari. 

Filsuf Yunani Kuno Plato mengatakan kalau segala sesuatu yang menjadi atau berubah pasti melakukannya karena suatu sebab karena tidak ada yang bisa terjadi tanpa sebab. Hukum sebab-akibat juga diterapkan dalam ilmu sejarah di mana segala sesuatu yang terjadi dan berubah harus ada sebabnya.

Social Loafing, Orang yang Giat Bekerja Sendiri tapi Malas Kerja Kelompok

Social Loafing, Orang yang Giat Bekerja Sendiri tapi Malas Kerja Kelompok

Mengacu pada ilmu psikologi, social loafing atau kemalasan sosial berarti orang cenderung malas bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas/kepentingan kelompok walau sebenarnya mereka rajin dan bukan pemalas.

Meski begitu, social loafing tidak berlaku dalam kelompok sosial di mana anggotanya punya kesadaran bahwa mereka harus selalu bekerja bersama-sama dengan orang dalam kelompok itu.

Kerja kelompok relatif menyenangkan kalau orang dalam kelompok itu sama-sama terlibat di aktivitas sosial, misal PKK, karang taruna, ormas keagamaan, organisasi sosial, bisa juga Pramuka.

Orang yang sama-sama ikut kegiatan sosial punya hasrat yang sama untuk menjadi pelayan warga, jadi mereka dengan senang hati bekerja sama dalam satu kelompok dan masing-masing mengeluarkan usaha terbaiknya.

Maka bisa disimpulkan kalau social loafing lebih cocok diterapkan untuk pekerjaan kantoran, pabrik, atau perkebunan dan pertanian.

Asal Istilah Social Loafing 


Laman Simply Psychology melansir istilah social loafing atau kemalasan sosial datang dari hasil pengamatan dan percobaan yang dilakukan insinyur pertanian Prancis Max Ringelmann (1861-1931) pada pekerja perkebunan.

Max tertarik tentang bagaimana pekerja perkebunan memaksimalkan produktivitas mereka. Dia lalu menemukan bahwa tugas yang dikerjakan secara kelompok dapat hasil lebih baik daripada kalau dikerjakan secara individu, tapi ternyata masing-masing pekerja tidak mencapai kinerja maksimalnya.

Eksperimen Menarik-Tali Ringelmann


Pada 1913 Max Ringelmann kemudian membuat percobaan dengan tali dan minta orang-orang menarik tali yang dipasang pada pengukur tekanan. Dia meminta orang menarik tali itu sendirian kemudian menarik tali bersama-sama. Dari situ dia menemukan bahwa semakin banyak orang menarik, semakin rendah potensi kinerja mereka.

Jika dua orang masing-masing mampu menarik 100 unit maka ketika menarik bersama-sama total yang mereka tarik besarnya cuma 186 dari yang seharusnya 200 unit. Lalu delapan orang yang menarik bersama-sama total hanya dapat menarik 392, setengah dari total potensi keseluruhan mereka yaitu 800.  

Max Ringelmann mengaitkan fenomena itu dengan hilangnya koordinasi dan motivasi yang jadi sebab utama social loafing.

Hilangnya koordinasi disebabkan tidak adanya kesinambungan pekerja untuk mengeluarkan kemampuan yang sama dari awal sampai selesai. Lalu hilangnya motivasi disebabkan karena tiap orang dalam kelompok membiarkan yang lain untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

Pada 1974 beberapa peneliti mengulang percobaan Ringelmann yang sedikit dimodifikasi. Para peneliti itu membuat dua kelompok. Kelompok pertama diisi sepenuhnya oleh para sukarelawan yang menarik tali. Pada kelompok kedua yang menarik tali hanya satu orang sukarelawan, yang lain cuma pura-pura menarik tali tanpa diketahui oleh satu sukarelawan itu.

Hasilnya kelompok pertama yang seluruh anggotanya menarik tali mengalami penurunan kinerja individu paling besar dibanding kelompok kedua.

Related: Lima Sifat Kepribadian Manusia Ternyata Tidak Ada Introvert

Percobaan sama yang dilakukan tahun 2005 lalu menemukan bahwa orang-orang mengeluarkan kinerja lebih besar bila bekerja dalam satu kelompok kecil dalam situasi terdistribusi maupun terkolokasi.

Namun, orang yang berada dalam kelompok terkolokasi cenderung mengalami tekanan untuk terlihat sibuk padahal sebetulnya tidak sibuk. Makanya mereka jadi pura-pura sibuk. Sedangkan orang yang berada dalam kelompok terdistribusi tidak mengalami tekanan seperti itu.

Kelompok terkolokasi dalam konteks pekerjaan artinya berada dalam lingkungan atau divisi yang sama, rincian pekerjaan yang serupa, dan tiap orang punya jabatan/posisi yang juga sama.

Penyebab Social Loafing

 

Social loafing bisa bikin frustasi ketua kelompok karena anggota kelompoknya tidak bekerja maksimal yang menyebabkan penurunan produktivitas. Situs Very Will Mind menyebutkan salah satu penyebabnya adalah besar-kecilnya kelompok.

Berikut alasan orang lebih malas bekerja dalam kelompok daripada bekerja sendirian.

1. Skala kelompok. Makin besar kelompoknya makin anggotanya tidak produktif karena merasa tidak dibutuhkan.

Sebaliknya, orang dalam kelompok yang lebih kecil akan bekerja giat karena merasa keberadaannya penting dan akan berkontribusi lebih banyak.

2. Motivasi. Orang-orang yang tidak suka berada dalam satu kelompok yang tidak disukainya (tidak satu circle, minder dengan anggota yang lain, atau merasa anggotanya tidak bisa diajak kerja sama) cenderung tidak termotivasi.

Karena tidak ada atau kurangnya motivasi mereka jadi malas bekerja akhirnya terjadi social loafing alias kemalasan sosial.

3. Pembagian tanggung  jawab. Orang akan cenderung terlibat dalam social loafing kalau mereka tidak merasa punya tanggung jawab terhadap tugas atau pekerjaan yang harus dilakukan berkelompok.

4. Sangkaan. Saat melihat anggota kelompok bermalas-malasan, kita biasanya tidak ingin jadi orang yang mengerjakan semuanya sendiri. 

Makanya kita jadi cenderung ikut bermalas-malasan juga. Meski begitu, saat ada di dalam kelompok yang kebanyakan anggotanya berprestasi atau rajin, kita juga cenderung ingin bermalas-malasan karena beranggapan mereka dengan sendirinya akan menyelesaikan tugas itu dengan baik.

Apakah Orang yang Melakukan Social Loafing Berarti Egois?


Banyak orang yang terlalu lelah melakukan kerja kelompok karena harus menyesuaikan diri dengan karakter orang lain yang bisa saja bertolak belakang dengannya.

Related: Hustle Culture dan Tipe Karyawan yang Senang Melakoninya

Kerja kelompok juga mengharuskan banyak orang untuk saling bekerja sama. Bagi sebagian orang, kerja sama dianggap hanya buang waktu karena pekerjaan bisa selesai lebih baik dan cepat tanpa harus bekerja dengan banyak orang.

Selain itu orang pemalu dan pendiam juga kurang suka bekerja dalam kelompok karena merasa terpinggirkan hanya karena mereka tidak banyak bicara.

Jadi apakah orang yang terlibat social loafing berarti egois?

Mencegah Social Loafing

 

Kemalasan sosial dilakukan oleh banyak orang atau hampir semua orang dalam kelompok, jadi bisa berakibat tugas tidak selesai atau hasilnya alakadar.

Hal  yang dapat dilakukan untuk mencegah social loafing adalah sebagai berikut:

  1. Memberi tugas yang berbeda pada tiap anggota kelompok.
  2. Membentuk kelompok kecil dan membangun akuntabilitas individu yang artinya tiap anggota kelompok dapat dimintai pertanggungjawabannya.
  3. Menetapkan standar dan aturan yang jelas. 
  4. Mengevaluasi kinerja individu dan kelompok.
  5. Menilai prestasi atau hasil kerja masing-masing anggota sebagai individu.

***

Orang yang rajin dan giat bekerja, tapi tidak mengeluarkan kemampuan terbaiknya saat kerja kelompok bukan hal baru karena sudah diteliti sejak tahun 1913. Jadi kita tidak perlu heran kalau sekumpulan orang-orang pintar ternyata tidak bisa menghasilkan karya spektakuler saat mereka bekerja di dalam kelompok, lebih-lebih di kelompok yang sama.

Quiet Quitting, Untuk Kebahagiaan Hidup atau Kurang Motivasi?

Quiet Quitting, Untuk Kebahagiaan Hidup atau Kurang Motivasi?

Gaya kerja quite quitting disebut ingin melawan efek buruk dari etos kerja hustle culture yang membuat karyawan terpenjara dalam pekerjaan mereka. 
 
quiet quitting

 
Quiet quitting diyakini akan membuat karyawan terhindar dari stres yang diakibatkan tekanan pekerjaan.
 
Dengan begitu para karyawan akan lebih bahagia karena tidak harus bekerja berlebihan yang membuat mereka tidak ada waktu untuk melakukan hobi, kumpul bersama teman, atau melakukan aktivitas sosial lainnya. 
 

Apa Itu Quite Quitting 

 
Quite quitting adalah sikap serius dalam melakukan pekerjaan, tapi tetap dalam batas-batas uraian kerjanya (job description).
 
Seorang karyawan yang menerapkan gaya kerja quiet quitting tidak akan lembur atau melakukan pekerjaan lain hanya karena disuruh bos.
 
Misal, pada jobdesc-nya tidak tertulis tugas "memfotokopi hasil rapat". Maka dia tidak akan memfotokopi hasil rapat yang diminta bosnya, walau cuma dia sendiri dan si bos yang menghadiri rapat bersama klien.

Meskipun namanya "quitting" tapi sama sekali tidak ada hubungannya dengan berhenti bekerja atau resign. Justru quitting disini berarti tidak keluar dari pekerjaan.
 

Dipopulerkan di TikTok

 

Pada Maret 2022 lalu video unggahan pengguna bernama Brian Creely viral dan disukai lebih 100.000 akun dengan lebih dari 4000 komentar.

Brian mengutip artikel di majalah Insider yang ditulis koresponden senior Aki Ito. Tajuk dalam artikel bertuliskan, "Muak dengan jam kerja yang panjang, banyak karyawan diam-diam (quiet) memutuskan santai di tempat kerja daripada berhenti dari pekerjaan mereka (quit)."

Brian meringkas artikel itu jadi, "Lebih banyak orang berhenti diam-diam daripada berhenti (quiet quitting).
 
Sejak videonya viral dan jadi rujukan bagi orang-orang untuk bekerja apa adanya, Brian menegaskan kepada Insider kalau yang dia maksud dengan quiet quitting bukanlah malas atau bekerja asal-asalan.
 
Brian bilang, "Bukan malas atau melakukan pekerjaan yang buruk. Quiet quitting berarti memulihkan keseimbangan yang sehat dalam karier dan pekerjaan. Dengan kata lain kita melakukan persis sesuai jobdesc dan menetapkan batasan yang tegas."

Pelaku Quiet Quitting

 
Menurut poling dari Axios dan Generation Lab sebanyak 82% dari Generasi Z atau Gen Z yang ikut dalam poling meyakini bahwa quiet qutting di kantor adalah sesuatu yang sangat menarik untuk mempertahankan pekerjaan mereka.
 
 
Sebanyak 15% dari 82% Gen Z yang berpartisipasi dalam poling mengaku telah melakukan quiet quitting.
 
Gen Z menganggap mereka bekerja untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja. Jadi melakukan pekerjaan seminimal mungkin di tempat kerja bagus untuk mencegah kebosanan dan ketidakseimbangan hidup. 
 
Melihat Gen Z yang menyukai quiet quitting amat wajar karena mereka baru memasuki dunia kerja setelah lulus kuliah dan belum banyak terlibat di dalamnya. Mereka juga telah melihat bagaimana Milenial dan Gen X telah menjadi robot tanpa kehidupan selain dunia kerja.

Gen Z tidak mau terperangkap pada hustle culture dan lebih menyukai quiet qutting karena dirasa dekat dengan kehidupan mereka di kampus sebelum masuk ke dunia kerja yang serius.

Bila Gen Z melakukan quiet quitting karena sesuai dengan gaya hidup mereka yang dinamis dan tidak mau terkungkung, sebagian Milenial melakukan quiet quitting karena kecewa.
 
Mereka telah bekerja keras selama pandemi, tapi tidak dapat pengakuan atau penghargaan dari atasan sebagaimana yang mereka kira layak didapat.
 
Secara keseluruhan, quiet quitting dilakukan oleh orang yang tidak bisa resign (keluar dari pekerjaan) karena usia, pendidikan, dan alasan lainnya, sekaligus tidak mau dipecat.

Kontroversi Quiet Quitting 

 

Seorang guru bernama Maggie Perkins dalam wawancara di CNBC mengatakan kalau dia telah menerapkan quiet quitting sejak 2018, sebelum quiet quitting populer lewat TikTok.
 
Dia melakoninya karena sadar kalau karirnya sebagai guru tidak bisa bisa berkembang alias mentok. Tidak ada kenaikan pangkat dan jabatan. Walaupun seorang guru telah mendapat penghargaan Teacher of the Year, gaji dan tunjangan yang didapatnya tetap sama dengan guru yang tidak.

Jadi, Maggie tidak pernah lembur dan tidak melakukan pekerjaan selain mengajar di tempatnya bekerja. Meski begitu banyak yang bilang kalau Maggie adalah guru yang baik.
 
Konsultan karir Kelsey Wat mengatakan, orang yang ingin gajinya naik dan dapat pengakuan harusnya melakukan kerja yang berprestasi melebihi rekan-rekannya.
 
Kalau kita kerja cuma biasa-biasa saja, standar, dan alakadar, mana mungkin kita dapat kenaikan gaji atau jabatan.
 
Pete Hinosoja dari kantor konsultan personalia Insperity bilang kalau quiet quitting bisa menimbulkan konflik di kantor. Sebabnya pekerja yang betul-betul menyukai pekerjaannya di kantor, termasuk yang bersedia lembur, kerap berseberangan ide dan sulit bekerja sama dengan pekerja yang melakukan quiet quitting.

Jadi Pete berpendapat quiet quitting tidak bisa diterapkan terus-terusan di kantor. Ada waktu yang tepat untuk quiet quitting disaat kita sudah benar-benar lelah dan butuh penyegaran.

Kantor butuh pekerja yang menyukai tugasnya dan lembur bila diperlukan karena berimbas pada efisiensi dan efektivitas perusahaan secara keseluruhan.

Meski disebut bagus buat keseimbangan antara pekerjaan kantor dengan kehidupan pribadi, quiet quitting disebut lebih jelek dari yang digembar-gemborkan tentang keseimbangan hidup di dunia nyata. 
 
Itu karena kebanyakan pelaku quiet quitting tetap melakukan kewajiban mereka di kantor dengan baik, namun cenderung menganggap remeh kehidupan sosial, bahkan enggan terlibat di dalamnya.
 

Quiet Quitting yang Positif


Selain pada profesi guru, quiet quitting lebih cocok diterapkan di pekerjaan yang kenaikan gaji dan jenjang karirnya mentok seperti tukang bangunan, buruh pabrik, atau karyawan kontrak dan outsourcing.

Penting untuk sesuaikan etos kerja dengan kepentingan pekerjaan. Boleh jadi ada kantor atau pekerjaan yang butuh kerja keras dari karyawannya sebelum dipromosikan ke jabatan dan gaji yang lebih tinggi. 

Dan ada juga kantor yang menerapkan kenaikan gaji dan jabatan berdasarkan lama kerja, bukan prestasi, sehingga kita bisa saja menerapkan quiet quitting.

Apa Itu Fotosensitivitas, Jenis, dan Cara Meminimalisir Gejalanya

Apa Itu Fotosensitivitas, Jenis, dan Cara Meminimalisir Gejalanya

Photosensitivity atau fotosensitivitas adalah kondisi sensitivitas ekstrim terhadap sinar ultraviolet (UV) dari matahari dan sumber cahaya lainnya semisal lampu neon dalam ruangan dan warna silau dari layar.

Fotosensitif

Penggunaan layar ponsel dan laptop di luar ruangan juga dapat memicu fotosensitif pada penderitanya karena layar itu memantulkan ultraviolet dari matahari. Menurut alodokter.com, bahaya ultraviolet yang terpantul dari layar gawai justru berisiko lebih besar memicu kanker kulit daripada yang terpapar dari kertas putih.

Penderita fotosensitif dapat mengalami ruam, kulit mengelupas, atau luka bakar bahkan dengan hanya sedikit kena sinar matahari.

Pada penderita yang punya penyakit lupus atau epilepsi, fotosensitif bisa membuat mereka sakit kepala dan demam.

Jenis-jenis Fotosensitivitas


Beberapa bahan kimia (dalam obat) dapat menyebabkan seseorang menjadi peka terhadap sinar matahari. Kepekaan terhadap sinar matahari terbagi jadi dua jenis.

1. Phototoxic atau fototoksik. Reaksi fototoksik disebabkan ketika bahan kimia yang baru masuk ke tubuh berinteraksi dengan sinar ultraviolet matahari. 

Obat-obatan seperti doksisiklin dan tetrasiklin adalah penyebab paling umum dari jenis reaksi fototoksik.

Jenis reaksi fototoksik berupa ruam kulit yang terlihat seperti terbakar sinar matahari parah. Biasanya terjadi dalam waktu 24 jam setelah terpapar sinar matahari.

2. Photoallergic atau fotoalergi. Selain muncul dari efek samping obat, reaksi fotoalergi juga dapat timbul dari produk kecantikan (makeup dan skincare) dan tabir surya.

Jenis reaksi ini muncul dalam waktu beberapa hari setelah terpapar sinar matahari. 

Jadi ada baiknya kalau mencoba merek kosmetik dan skincare baru tunggu sehari setelah pemakaian pertama sebelum menggunakannya untuk kedua kali. Kalau ada reaksi fotoalergi berarti kita tidak cocok memakai merek tersebut. 

Penyebab Photosensitivity


Fotosensitif dapat disebabkan karena efek samping obat antibiotik, kemoterapi, dan diuretik. Kondisi medis yang diderita seseorang seperti penyakit lupus, erupsi cahaya polomorf, epilepsi, dan prurigo aktinik juga dapat membuat penderitanya mengidap fotosensitif.

Kita harus memeriksakan diri ke dokter untuk tahu apakah mengidap fotosensitif atau hanya terbakar matahari biasa, Tidak bisa hanya dari pemeriksaan online atau menduga-duga gejalanya.

Dokter akan memeriksa riwayat kesehatan dan obat-obatan yang pernah diminum selain memperhatikan perkembangan pola ruam dan paparan sinar matahari.

Bila perlu dokter akan merekomendasikan biopsi kulit untuk memastikan apakah seseorang mengidap fotosensitivitas atau tidak.

Pemicu Fotosensitivitas

 

Orang yang punya fotosensitivitas akan merasakan gatal, ruam, dan perih pada kulitnya kalau terpapar hal berikut. Pada pengidap epilepsi, lima hal dibawah ini diduga, melansir epilepsy.com, dapat membuat penyakit mereka kambuh.

  1. Kedipan cahaya dari layar televisi, komputer, dan ponsel yang berkedip-kedip secara cepat.
  2. Kilatan cahaya dalam efek film atau game.
  3. Pola warna yang berganti secara cepat dalam layar.
  4. Cahaya matahari yang terpantul di air, cermin, atau bilah pepohonan.
  5. Lampu strobo dari ambulans, bus, dan mobil polisi.

Selain ruam kulit dan gatal, sebagian penderita fotosensitivitas juga mengalami sakit kepala dan demam terlalu lama terpapar atau kena cahaya panas matahari dan cahaya layar yang menyilaukan.

Selain ruam kulit dan gatal, sebagian penderita fotosensitif juga mengalami sakit kepala dan demam kalau terlalu lama terpapar sinar matahari dan cahaya layar yang menyilaukan.

Menjaga Agar Fotosensitif Tidak Mudah Kambuh

  1. Selalu memakai lengan panjang, topi, dan kacamata hitam saat berada di luar ruangan,
  2. Pakai topi atau payung saat matahari sedang panas-panasnya.
  3. Tidak berada terlalu lama dibawah sinar matahari atau terpapar cahaya lampu yang sangat terang di dalam ruangan.
  4. Menonton televisi atau menatap layar tidak terlalu dekat untuk menghindari kilatan dan kedipan cahaya dari layar.
  5. Pemakaian obat-obatan harus dalam pengawasan dokter.

Fotosensitif digolongkan sebagai penyakit kulit dan dikategorikan sebagai penyakit langka karena hanya satu dari 100.000 orang yang menderitanya, seperti dilansir National Library of Medicine AS.

FOMO dan JOMO, Ketakutan dan Kegembiraan Atas Keterlibatan Tren Sosial

FOMO dan JOMO, Ketakutan dan Kegembiraan Atas Keterlibatan Tren Sosial

JOMO merupakan akronim dari Joy of Missing Out. Kalau diterjemahkan secara bebas berarti ga ngaruh mau ketinggalan info, kegiatan, atau apa pun yang lagi viral, hidupku tetap menyenangkan dan aku tetap gembira (joy).

Kebalikan dari JOMO adalah FOMO, yaitu Fear of Mission Out di mana seseorang takut ketinggalan informasi dan tren terbaru baik makanan, fashion, dan gaya hidup.


Awal Mula Kemunculan FOMO

 

Riset dari University of Glasgow, Skotlandia pada 2019 terhadap 467 responden mengungkap bahwa para responden merasakan tuntutan sosial untuk selalu ada, dalam artian ada di medsos, ada di komunitas, dan ada untuk mengikuti tren yang sedang viral.

Itu sebabnya FOMO dianggap muncul berbarengan dengan tumbuhnya video games. Paling besar yang mempengaruhi seseorang menjadi FOMO adalah media sosial.

Terbaru, riset dari Journal of Social and Personal Relationships yang menyurvei 400 orang dari seluruh Amerika Serikat (AS), menemukan kalau paparan media sosial yang menyebabkan FOMO sudah meluas menjadi kecemasan.

Kecemasan itu diakibatkan kepercayaan diri yang rendah dan tidak menyayangi diri sendiri. Akibatnya seseorang merasa tidak rela atau sangat khawatir kalau orang lain bersenang-senang tanpa dirinya.

Menurut John M. Grohol, pendiri sekaligus pemimpin redaksi Psych Central, FOMO menyebabkan seseorang terus mencari teman baru supaya tidak ketinggalan tren, tapi mengabaikan teman lama. 

Awalnya diperkirakan empat dari sepuluh anak muda di AS dilaporkan mengidap FOMO. Kini orang berusia 14-47 tahun dianggap jadi usia paling rentan mengidap FOMO, terutama ketakutan ketinggalan sesuatu di lingkaran sosial mereka.

Beda FOMO dengan JOMO

 

JOMO adalah kebalikan dari FOMO. Semua yang dilakukan seorang FOMO tidak akan dilakukan JOMO.

Bila FOMO sangat peduli dan ingin selalu tahu dan terlibat dengan hal yang tren dan viral, JOMO hanya menikmati melakukan yang disukainya walaupun itu kuno.

Bagi seorang FOMO punya banyak teman itu penting. Walau tidak ada satu pun teman yang jadi bestie tidak apa-apa, yang penting temannya banyak. Itu sebab FOMO cenderung kesepian dan sering cemas memikirkan apa kata orang lain tentang dirinya.

Sedangkan bagi JOMO, yang penting adalah kualitas pertemanan, bukan kuantitas. Maka tidak masalah bagi JOMO kalau cuma punya segelintir teman.

FOMO selalu melihat media sosial sesering yang dia bisa, sebalknya JOMO amat jarang. Medsos hanya digunakan si JOMO kalau ada hal penting saja. Karena itu FOMO juga paling sering membuat konten daripada JOMO.

Kepercayaan diri seorang FOMO timbul kalau dia berhasil melakukan hal yang sedang tren dan sudah mengetahui sesuatu yang viral. Sedangkan si JOMO tidak pernah mau tahu apa saja yang sedang tren dan viral karena kepercayaan dirinya tetap sama tingginya.

Supaya Tidak Jadi FOMO

 

1. Minimalisir penggunaan media sosial. Medsos diyakini menjadi penyebab awal munculnya FOMO, maka membatasi melihat medsos adalah cara paling baik supaya terhindar jadi FOMO.

Kita boleh punya semua akun medsos, tapi batasi melihatnya sering-sering walau hanya untuk upload foto. Kalau tahan, batasi diri dengan hanya punya 1-2 akun medsos saja.

Silaturahmi dengan kerabat dan teman lama dapat dilakukan dengan bertelepon, SMS, atau via WhatsApp alih-alih lewat medsos.

2. Punya hubungan dengan orang lain. Profesor psikologi dari Washington State University Chris Barry menyarankan punya hubungan dekat dengan orang lain untuk menghindari perasaan terisolasi akibat Fear of Missing Out.

Hubungan ini bisa dengan keluarga inti, suami atau istri, anak, teman lama, atau tetangga sebelah rumah.

3. Kurangi minder. Yakinlah bahwa semua yang ada di dunia ini tidak sempurna. Punya kekurangan bukan aib, melainkan kodrat manusia. 

Dengan menerima kekurangan mau tidak mau kita jadi lebih menghargai dan menyayangi diri sendiri.

4. Kurangi baperan. Kalau ada celetukan-celetukan, misal, "Itu, kan, lagi viral, makanan dikasih nitrogen, masak gak tahu, sih?!" biar saja, tidak usah baper.

Kalau kita dibilang kudet dan kuper, biar saja. Mereka yang bilang begitu seringnya cuma ingin dirinya terlihat gaul.

5. Cari circle lain. Kalau kita sudah tidak nyaman dalam satu circle, kurangi bergaul dengan orang-orang di circle itu sebelum benar-benar meninggalkannya.

Cari lingkaran sosial lain yang membuat kita nyaman dan bisa jadi diri sendiri.

Konteks FOMO

 

FOMO dan JOMO yang dibahas emperbaca.com adalah dalam konteks psikologi. Pada bisnis dan metaverse dikenal juga istilah FOMO, tapi konteknya bukan dengan kepribadian.

FOMO pada manajemen bisnis digunakan supaya tidak ketinggalan tren kompetitor dan strategi marketing. FOMO juga digunakan untuk memilih investasi mana yang paling menguntungkan sesuai minat si investor.

Sedangkan pada perdagangan mata uang kripto (cryptocurrency), FOMO digunakan untuk mencermati turun-naik nilai kripto dan bagaimana membaca analisis teknikal dan fundamental supaya tidak terombang-ambing isu di forum kripto.

Bacaan Lain: Cara Belanja dan Makan dengan Cryptocurrency

FOMO, JOMO, dan Istilah missing out Lain

1. FOBO (Fear of Better Option).  Ini istilah untuk seorang yang sulit memilih diantara salah satu dari banyak hasil yang dia terima. 

2. ROMO (Reality of Missing Out). Ini mungkin biasa dialami para fan yang tergabung di fandom (fans kingdom). ROMO adalah perasaan takut kehilangan suatu hal fantastis yang kita tahu tidak bakal jadi bagian di dalamnya.

3. FOMOMO (Fear of the Mystery Of Missing Out). Ini versi parah dari pengidap FOMO. FOMOMO sudah tidak bisa lepas dari ponsel dan medsos sedetik pun.

4. MOMO (Mystery of Missing Out). Mengacu pada paranoia yang muncul ketika seseorang mendapati teman-temannya tidak memposting apa pun di media sosial. Dia jadi kehilangan informasi dari teman-temannya itu. Bisa juga paranoid kehilangan suatu info tentang mantan atau musuh.

5. FOJI (Fear of Joining In). Ketakukan kalau dia memposting sesuatu di medsos, tidak ada orang yang me-like.

6. BROMO. mengacu pada saat teman-teman seseorang (bros/brothers)saling melindungi dari merasa kehilangan atau ditinggalkan.

Contoh BROMO adalah jika teman-teman seseorang menahan diri untuk tidak memposting foto kegiatan bertiga, berempat orang yang ada dalam geng yang sama karena takut membuat siapa pun dalam geng itu merasa ditinggalkan

7. NEMO (Nearly but not fully Missing Out). Istilah ini bukan Nemo nama ikan, melainkan merujuk pada orang yang selalu online di internet, tapi justru jarang ngecek internet.

8. SLOMO (Slow to Missing Out). Mengacu pada perasaan bertahap yang datang pada seseorang kalau dia akan kehilangan sesuatu.

***

Munculnya macam-macam bentuk ketakutan, kecemasan, dan kekhawatiran seperti disebut diatas di dunia psikolog termasuk dalam mental yang tidak sehat.

Orang yang mengidap missing out harus berkonsultasi ke psikolog atau berobat ke psikiater bila tidak mau dan mampu mengatasinya sendiri supaya tidak jadi gangguan mental.


YOLO "You Only Live Once" Antara Hidup Penuh Kesenangan dan Totalitas Ibadah

YOLO "You Only Live Once" Antara Hidup Penuh Kesenangan dan Totalitas Ibadah

You Only Live Once, akronim dari YOLO, adalah istilah dan gaya hidup yang menekankan bahwa manusia hanya hidup satu kali saja. Maka wajar bila mendahulukan kesukaan, kebutuhan, dan kesenangan diri sendiri daripada yang lain.

YOLO juga digunakan untuk memaksa seseorang melakukan hal berbahaya dan menantang adrenalin supaya dia berani. Misalnya memanjat tebing, kebut-kebutan, atau yang lebih buruk, mabuk-mabukkan.

Terminologi YOLO

 

Seorang leksikografer (orang yang ahli dalam penyusunan kamus)  bernama Ben ZImmer, menemukan penggunakan kata you only live once (ditulis dengan huruf kecil) pada sebuah merek peralatan yang sedang mengajukan merek dagang pada 1993. 

Penemuan Ben ZImmer itu ditengarai sebagai yang pertama kalimat YOLO muncul sebelum dipopulerkan oleh rapper Kanada, Drake.

Pada 2011, Drake membuat album lagu The Motto yang mana salah satu lagunya berjudul You Only Live Once dengan akronim YOLO. Sejak itu istilah YOLO populer sebagai bagian dari gaya hidup hedon

Sudut Pandang YOLO


Makin hari, pendapat soal YOLO meluas bukan saja soal kesenangan hidup, tapi dilihat dari sisi akademis dan religi.

YOLO menurut kaum hedonis adalah refleksi menikmati hidup karena sia-sia kalau hidup tidak dinikmati. Kalau sudah mati kita tidak bakalan bisa mengulang hal yang belum pernah kita lakukan dalam hidup.

YOLO bagi kaum hedonis sudah pasti bersenang-senang. Makin gila dan ramai makin kita menikmati hidup dan memaknai YOLO dengan tepat.

Bacaan Lain: Luxury Influencer, Gaya Hidup Mewah Demi Iklan

Pendapat lain datang dari kalangan akademisi yang berpendapat bahwa YOLO sebaiknya digunakan untuk mencapai prestasi dan keilmuan semaksimal mungkin.

Pada situs Internet Public Library yang memuat ratusan makalah dan esai dari kalangan akademisi AS, banyak analisa mengatakan bahwa YOLO sebaiknya disemangati untuk mencapai aktualisasi diri yang jauh dari kata-kata bersenang-senang.

YOLO dan Agama Samawi

Agama samawi atau agama yang turun berdasarkan wahyu dan kenabian seperti Islam, Kristen, dan Yahudi hanya mengenal hidup sekali saja sebelum manusia ke surga atau neraka. 

Makanya, pak ustaz sering bilang, "Kita hidup cuma sekali, perbanyaklah beribadah." Ibadah bagi umat Islam termasuk ibadah kepada sesama manusia (hablumminannas), supaya semua yang kita lakukan bukan cuma bermanfaat di dunia, melainkan jadi bekal di akhirat.

Konsep yang sama juga dikenal penganut Kristen dan Yahudi. Semua kebaikan akan bermuara ke surga dan kejahatan pasti tersungkur ke neraka.

YOLO dan Reinkarnasi

 

Walau diyakini oleh penganut agama samawi, "hidup hanya sekali" tidak berlaku bagi penganut Hindu dan Buddha karena ajaran mereka meyakini manusia hidup berkali-kali melalui konsep reinkarnasi atau terlahir kembali.

Pada agama dan kepercayaan yang menganut konsep reinkarnasi, semua kebaikan dan kejahatan yang kita lakukan di kehidupan sekarang, akan dapat ganjarannya di kehidupan masa datang ketika kita terlahir kembali.

Bila saat ini kita sering mengalami kesulitan hidup, bisa jadi sebagai akibat dari banyaknya keburukan yang kita lakukan pada kehidupan yang lampau. Umat yang percaya reinkarnasi mengenalnya sebagai karmaphala. 

Maka amat wajar tidak ada umat Hindu dan Buddha di mana pun yang mencetus atau membahas soal you only live once.

***

Uniknya, YOLO dikenal cuma oleh dua golongan yang justru bertolak belakang. Yaitu, mereka yang tidak percaya adanya surga-neraka dan mereka yang betul-betul percaya bahwa manusia akan berakhir, kalau tidak di surga, ya, neraka.

Dendrophile si Pecinta Pohon dan Nemophile si Pecinta Hutan

Dendrophile si Pecinta Pohon dan Nemophile si Pecinta Hutan

Dendrophile adalah orang yang amat sangat menyukai pohon dan pepohonan. Sementara nemophile adalah orang yang sangat menyukai hutan.

dendrophile si pecinta pohon dan nemophile pecinta hutan

Menyukai pohon, tapi tidak suka hutan? Menyukai hutan, tapi bukan pohon? Bikin mumet. Walaupun habitat pohon ada di hutan dan hutan isinya banyak pohon, tapi keduanya tidak sama.

Hutan berisi beragam flora dan fauna. Si dendrophile cuma suka pohon, tidak mencintai semua yang ada dalam hutan.

Orang yang mencintai hutan dengan segala isinya, bukan cuma pohon, itulah si nemophile.

Asal Kata Dendrophile 


Dendro berasal dari bahasa Yunani kuno yang artinya tree friend atau teman pohon. Sedangkan phile artinya sangat menyukai atau punya kecintaan.

Bila bahasa Latin banyak digunakan untuk menyebut istilah-istilah ilmiah, bahasa Yunani kuno dipakai untuk istilah non-ilmiah.

Asal Kata Nemophile

 

Nemophile ini tidak ada hubungannya dengan ikan bernama Nemo yang terpisah dari ayahnya karena terjerat jaring. Nemo si pecinta hutan berasal dari kata Yunani kuno, nemos, yang artinya lover of a wood or grove alias si pecinta hutan.

Sedangkan phile berasal dari kata philia yang artinya sangat menyukai atau mencintai, sama dengan kata pada dendrophile.

Apakah orang yang hobi menanam dan merawat tanaman di pekarangan disebut Dendrophile juga?

Pecinta pohon hanya menyukai pohon saja, seperti pohon mangga, sawo, rambutan, bahkan pohon raksasa baobab dari Afrika. Namun, dia tidak tergila-gila dengan tanaman padi, kunyit, jagung, mawar, atau tanaman hias.

Orang yang menyukai bunga-bungaan, tanaman hias, dan tanaman obat disebut anthophile atau pecinta tanaman. 

Dendrophile akan menanam beragam jenis pohon bila dia punya pekarangan luas, sedangkan anthophile cenderung menanam dalam pot-pot atau membuat taman yang asri dan indah.

Anthophile juga bertangan dingin. Semua tanaman yang dirawat olehnya pasti subur walau tanpa pupuk.

Ciri Khas Dendrophile

 

1. Mengerti banyak jenis pohon dan karakteristiknya. Beberapa dendrophile seperti kamus berjalan yang sangat mengerti detail dari pohon yang ada di daerahnya.

2. Bangun pagi-pagi dan keluar rumah untuk menghirup aroma pohon yang kena embun.

3. Menganggap pepohonan sebagai keluarga sendiri yang dirawat dengan kasih sayang.

4. Sering bicara atau mengajak ngobrol pepohonan, terutama yang ditanam di pekarangan atau area rumahnya.

5. Selalu merasa nyaman dan tenang bila berada dekat pepohonan.

Ciri Khas Nemophile

 

1. Senang hikng dan trekking ke gunung. Bila tidak memungkinkan untuk pergi ke gunung, nemophile juga rajin menyambangi hutan kota atau tempat wisata alam di mana masih terdapat pepohonan beserta flora dan faunanya.

2. Mengenal jenis hutan yang ada di dunia dan tumbuhan serta hewan endemiknya.

3. Paham cara bertahan hidup di hutan dengan memanfaatkan sumber daya di hutan.

4. Senang berkemah di pinggir hutan.

5. Paling menentang jika diketahuinya ada penebangan liar atau eksploitasi hutan menjadi perkebunan yang mengakibatkan hilangnya habitat penghuni hutan.

***

Orang yang tadinya bukan pecinta pohon dan hutan bisa menjadi seorang dendrophile dan nemophile dari hasil interaksinya dengan banyak orang yang juga menyukai pohon dan hutan.

Kecintaan itu bisa juga datang dari pengalamannya ketika ada peristiwa yang berhubungan dengan pohon dan hutan.

Cryonics, Ide Membekukan Manusia untuk Dibangkitkan di Masa Depan

Cryonics, Ide Membekukan Manusia untuk Dibangkitkan di Masa Depan

Film Twilight Zone (1964) bisa dibilang sebagai pelopor film cryonics yang tokohnya tidur selama puluhan tahun untuk dibangunkan di masa depan.

Film tentang cryo memang sudah banyak, terutama yang berkisah tentang perjalanan angkasa luar. Kini cryo nampaknya bukan cuma rekaan fiksi ilmiah, melainkan hampir jadi kenyataan.

Apa itu Cryonics?


Cryonics lebih sering disingkat jadi cryo, diserap ke bahasa Indonesia jadi krionika, merupakan metode "pembekuan" tubuh manusia untuk menghentikan pembusukan supaya tubuh tetap awet.

Tubuh manusia dibekukan dalam nitrogen cair yang suhunya mencapai minus 198 derajat celcius.

Pada film Passengers (2016) dan serial Lost in Space (2018), ribuan manusia ditidurkan dalam tabung cryo selama dalam perjalanan ke Alpha Centauri.

Alpha Centauri adalah sistem bintang terdekat dari tata surya kita yang berjarak 4,2-4,4 tahun cahaya. Satu tahun cahaya berjarak sekitar 9 triliun kilometer.

Butuh sekitar 250 tahun untuk sampai ke Alpha Centauri, sementara usia hidup manusia hanya berkisar 70-80 tahun saja. Itulah sebab cryo menjadi salah satu impian manusia untuk menjelajah ruang angkasa.

Asal Kata Cryonics

 

Cryonics berasal dari kata Yunani Kuno, yaitu kryos yang berarti sedingin es. Kryos atau cryo juga jadi ilmu yang mempelajari materi pada suhu rendah. 

Saking dinginnya, suhu tertinggi yang ditangani dalam kriogenik adalah minus 148 derajat Fahrenheit dan suhu terendah minus 459,67 Fahrenheit. 

Sebenarnya, para ilmuwan tidak menggunakan skala Fahrenheit dan Celcius, melainkan Kelvin (K) karena skala pengukuran suhu dingin cyronics hanya dapat diukur dengan skala Kelvin.

Cryonics dan Masa Depan Pasien Kronis

 

Pada fiksi ilmiah, cryo digunakan untuk menidurkan manusia yang masih hidup dalam perjalanan antargalaksi. Dalam kehidupan nyata, cryo digunakan untuk mengawetkan mayat orang yang baru saja meninggal.

Idealnya cryo langsung dilakukan beberapa menit setelah seseorang meninggal sebelum jaringan tubuh mulai membusuk.

Walau secara legal cryonics hanya diperuntukkan untuk mengawetkan jasad manusia dan hewan. Kelak, cryonics akan diperuntukkan untuk membekukan pasien hidup yang punya penyakit mematikan guna dibangkitkan di masa depan ketika pengobatan medis sudah bisa mengobati si pasien.

Teknik membekukan pasien dalam keadaan tertidur lelap ini dinamakan cryosleep. Pada cryosleep, pasien berada dalam tabung bersuhu amat rendah (dingin) supaya metabolismenya jadi sangat lambat dan hampir mati suri.

Tabung dan baju cryo di serial Lost in Space yang menidurkan manusia dalam perjalanan antarplanet (Foto: Netflix)

Cryosleep diperkirakan baru akan ada di tahun 2030 atau ketika manusia sudah akan bepergian antarplanet.

Cryogenics dan Cryonics

 

Cryonics termasuk salah satu bagian teknologi cryogenics (kriogenik), yaitu penggunaan pembekuan ultra dingin untuk tujuan tertentu. Cryogenics dimanfaatkan untuk hal di bawah ini.

1. Cryosurgery atau Pembedahan Beku

Cryosurgery adalah jenis operasi yang menggunakan suhu kriogenik untuk menghilangkan jaringan atau tumor yang tidak diinginkan.

2. Cryoelectronics

Suhu ultra-beku dari cairan kriogenik mendorong elektron bergerak bebas dengan hanya sedkit hambatan. Pergerakan ini berguna bagi superkonduktor dan desain pesawat ruang angkasa.

3. Kriobiologi, mempelajari tentang efek suhu rendah pada organisme.

4. Pengawetan Makanan

Untuk mengawetkan makanan kemasan seperti produk, makanan dapat disemprot dengan nitrogen cair untuk menyerap panas di dalam produk. Nitrogen akan menguap sebelum makanan dikonsumsi. 

Buah dan sayuran impor dari Jepang menggunakan teknik ini. Buah dan sayuran "dimatikan" selama perjalanan ke negara tujuan sehingga tidak mudah busuk.

Namun, penggunakan cryo untuk pengawetan makanan relatif mahal dibanding kimiawi dan pelapisan lilin. Itu sebab buah dan sayuran mpor dari Jepang lebih mahal harganya.

5. Transportasi Gas

Cryogenics juga digunakan untuk mengangkut gas, misalnya, dengan menggunakan cryotechnology, gas diubah menjadi cairan agar lebih mudah dipindahkan.

6. Cryotherapy

Istilah ini dipakai untuk menggambarkan ketika tubuh manusia kena suhu yang sangat dingin. Bagian tubuh yang mengalami peradangan direndam dengan air dingin atau di kotak dengan suhu sangat dingin.

Terapi ini telah diteliti dapat meningkatkan metabolisme, meningkatkan energi, dan mengurangi rasa sakit. Namun, efek cryotherapi masih diteliti lebih lanjut.

7. Cryonics

Pengawetan cryo pada hewan dan manusia disebut cryonics. Para peneliti di bidang ini memberikan harapan bahwa dengan membekukan tubuh, mereka dapat dibangkitkan lagi di masa depan. 

Meski begitu, belum ada satupun manusia dan hewan yang dapat dibangkitkan dari cryonics karena sebelum dibekukan mereka nyatanya memang sudah tidak bernyawa. 

Penyimpanan dan Biaya Cryonics


Melansir NY Times, saat ini ada 500 orang disimpan dalam tabung cryo di seluruh dunia, mayoritas berada di Amerika Serikat.

Cryonics Institute menyimpan 206 tubuh, Alcor 182 tubuh, KrioRus 80, dan sisanya disimpan di tempat cryo yang lebih kecil. Semuanya sudah jadi jenazah, bukan tubuh manusia hidup.

Biaya mengawetkan jenazah manusia (dan hewan) paling murah US$28.000 sampai lebih dari US$60.000 per tahun.

Orang tertua yang saat ini masih diawetkan dalam pembekuan adalah profesor psikologi dari University of California, James Hiram Bedford. James juga orang pertama yang dibekukan setelah kematiannya dan saat ini jasadnya disimpan di tabung milik Alcor Life Extension Foundation, AS.

Cafe Hopping, Awalnya Buat Kerja dan Ngerjain Tugas Kini Jadi Gaya Hidup Gabut

Cafe Hopping, Awalnya Buat Kerja dan Ngerjain Tugas Kini Jadi Gaya Hidup Gabut

Pernah pindah dari satu kafe ke kafe lain saat kafe yang kita tempati sudah ramai dan tidak enak lagi buat nongkrong? Lalu pindah ke kafe lain lagi saat kafe yang baru kita datangi kembali ramai dan tidak asyik lagi? Itu namanya cafe hopping. 

Awal Mula Cafe Hopping


Hopping dalam bahasa Inggris artinya melompat. Secara kiasan cafe hopping berarti "melompat" dari satu kafe ke kafe lainnya, 

Cafe hopping biasa dilakukan oleh mahasiswa yang mengerjakan tugas dan para remote worker. Remote worker adalah karyawan yang bekerja dari rumah karena kantor mereka berada di luar kota atau luar negara yang tidak memungkinkan mereka bekerja pulang-pergi.

Bacaan Lain: Hustle Culture dan Tipe Karyawan yang Senang Melakoninya

Terlalu sering bekerja di rumah menimbulkan kejenuhan, maka para remote worker mencari kafe yang sepi untuk bekerja sambil menyeruput kopi dan memakan kudapan. Kalau kafe itu sudah dianggap terlalu ramai untuk kerja, mereka akan mencari kafe lain yang lebih kondusif.

Hal sama berlaku untuk para mahasiswa yang mengerjakan tugas. Kadang mereka mengerjakan tugas di kafe untuk menghemat kuota internet karena di setiap kafe pasti menyediakan Wifi untuk pengunjungnya.

Siapa yang Memulai dan Dari Mana Tren Cafe Hopping?


Walau istilahnya diambil dari bahasa Inggris karena mengacu pada kebiasaan remote worker dan mahasiswa yang mengerjakan tugas, tren cafe hopping ternyata muncul pertama kali di Kuala Lumpur, Malaysia. Tren itu kemudian menjalar ke Penang dan Johor kemudian ke seluruh negara bagian.

Sejak 2015, anak-anak muda Malaysia makin sering nongkrong bareng di kafe tanpa disambi mengerjakan tugas kuliah. Sambil nongkrong mereka mencari kopi dan makanan yang enak dari satu kafe ke kafe lainnya.

Tidak ada batasan berapa kafe yang didatangi dalam sehari. Selama masih ada duit, mau datang ke 10 kafe dalam sehari pun tidak masalah.

Tren di kalangan mahasiswa ini menjalar ke para pekerja kantoran Malaysia. Mereka mengikuti tren ini, terutama saat weekend, dengan rekan kerja. Dalam semalam mereka bisa mendatangi rata-rata 2-3. Ada juga yang sampai empat kafe.

Di Indonesia tren cafe hopping di kota-kota besar marak sejak 2019 sebelum terhenti karena pandemi. Sedikit berbeda dari di Malaysia, tren cafe hopping di Indonesia lebih banyak dilakukan oleh pekerja kantoran daripada mahasiswa.

Cafe Hopping Vs Clubbing


Cafe hopping bisa dibilang mirip dengan clubbing. Para penyuka dugem (dunia gemerlap malam) sering pindah dari satu klub ke klub malam (night club) lain untuk berpesta sampai pagi. Itulah kenapa mereka dinamakan clubber dan aktivitasnya dinamakan clubbing.

Dua-duanya sama-sama butuh duit dan lebih seru dilakukan bersama orang yang juga suka cafe hopping dan clubbing.

Baca Juga:

  1. Tipe Karyawan Hustle Culture
  2. Lone Wolf si Individualis yang Sering DIkira Teroris

Walau banyak kafe yang menyediakan alkohol sama seperti klub malam, cafe hopping dipandang sebagai tren yang positif daripada clubbing. Ini karena cafe hopping tidak dilakukan sampai dini hari dan tidak identik dengan narkoba, seks bebas, dan mabuk-mabukkan seperti halnya clubbing.

Cara Seru Menikmati Cafe Hopping


Cafe hopping adalah salah satu cara asyik menghabiskan waktu kalau kita lagi gabut ditemani para bestie yang juga sama gabutnya. 

Ini cara cafe hopping yang efekif supaya seru dan tidak asal gabut.

1. Lakukan beramai-ramai. Makin ramai memang makin seru, tapi tidak berarti kita harus ajak belasan orang untuk cafe hopping.

Kalau nongkrong bareng belasan orang itu namanya arisan, bukan cafe hopping. Selain jadi arisan, kalau mengajak belasan orang, kamu harus menyewa tempat secara khusus di kafe itu supaya tidak mengganggu tamu lain dan memberi keleluasaan untuk pihak kafe menyediakan menu lebih banyak dari biasanya.

Ajak hanya bestie atau sahabat terdekat 3-4 orang saja cukup untuk melakukan cafe hopping.

2. Pilih cafe yang jaraknya dekat. Dekat dalam arti masih dalam satu mal, satu komplek perbelanjaan, atau kafe sekitar yang dekat rumah dan kantor.

Supaya kita tidak keburu kelelahan karena menghabiskan banyak waktu di jalan. Lelah bisa mengakibatkan bosan. Kalau sudah bosan, melakukan cafe hopping sudah tidak asyik lagi dan malah ingin melakukan aktivitas lain.

3. Kalau sempat, cari tahu dulu apa saja menu yang ada di kafe yang akan didatangi.

Rasanya buang-buang duit kalau ternyata manu di kafe yang kita datangi sama seperti menu di kafe sebelumnya. Jadi, lebih baik cari kafe yang menunya berbeda dengan kafe yang sudah kita datangi.

Mencari tahu menu lebih dulu bisa juga untuk mencegah risiko alergi bila ternyata kafe itu lebih banyak menyediakan menu boga bahari, sementara ada bestie yang alergi seafood.

4. Pilih makanan dan minuman berbeda. Hindari memesan menu yang sama dengan para bestie supaya kita bisa saling icip dan menambah rekomendasi menu pada preferensi pribadi.

Menu yang berbeda-beda juga bisa menambah rekomendasi kita untuk dibagikan di media sosial atau review Google Maps kafe yang bersangkutan.

5. Split bill alias bayar masing-masing. Semua yang memesan makan-minum harus bayar sesuai kemampuan kantongnya.

Kalau tidak begitu cafe hopping malah jadi beban bagi yang diajak, kecuali ada bestie yang bersedia membayar seluruh tagihan.

***

Tidak punya budget, tapi ingin merasakan tren cafe hopping? Kamu bisa saja melakukan warteg hopping. 

Saat warteg hopping kita bisa nimbrung obrolan antarpengunjung. Biasanya yang diobrolkan adalah isu sosial atau pemerintahan yang sedang hangat.

Para pengunjung juga biasanya tidak keberatan untuk saling mengobrol walau tidak kenal dan tidak tahu nama masing-masing orang yang ikut ngobrol.

Kalau cafe hopping lebih seru dilakukan beramai-ramai, pada warteg hopping sendirian malah lebih asyik.

Hustle Culture dan Tipe Karyawan yang Senang Melakoninya

Hustle Culture dan Tipe Karyawan yang Senang Melakoninya

Para karyawan di Indonesia makin terjangkiti hustle culture, baik yang bekerja di start-up alias perusahaan yang baru merintis atau perusahaan yang sudah mapan.

Mereka sering membawa pekerjaan kantor ke rumah. Ciri-cirinya: 

  1. Cek email kerjaan dalam perjalanan pulang dari kantor ke rumah.
  2. Sampai rumah buka laptop lagi.
  3. Sebelum tidur cek email lagi dan mengerjakan beberapa pekerjaan yang perlu diperbaiki.
  4. Siklus cek email, buka laptop, dan mengerjakan pekerjaan kantor selalu berulang tiap hari, bahkan saat akhir pekan.
Membawa pulang pekerjaan kantor ke rumah dapat mengakibatkan stres dan mati rasa terhadap kebahagiaan lain karena para karyawan tidak punya kehidupan selain urusan kantor.

Bringing Work Home Vs Work From Home

Membawa pulang pekerjaan kantor ke rumah beda dengan bekerja dari rumah. Bekerja dari rumah artinya rumah selain sebagai tempat tinggal juga tempat kita bekerja. 

Kita tidak bekerja di kantor yang menggaji, tapi seluruh pekerjaan kita selesaikan di rumah. Istilah lain dari bekerja dari rumah adalah remote working.

Sedangkan membawa pekerjaan kantor ke rumah artinya kita masih uplek-uplekan dengan pekerjaan kantor saat sudah berada di rumah, bahkan saat kita harusnya sedang leyeh-leyeh nonton YouTube atau melakukan kesenangan di tempat lain.

Pada survey yang dimuat di Forbes, lebih dari 82% orang Amerika menyatakan tidak ada masalah jika mereka bekerja remote dari rumah dan tidak lagi harus ngantor.

Sangat mungkin di Indonesia juga begitu. Apalagi hustle culture ala Korea dan China sudah diterapkan secara masif dengan menciptakan persepsi bahwa karyawan yang pulang tepat waktu adalah karyawan kurang dedikasi dan pemalas.

Lembur tiap hari juga dikesankan sebagai hal wajar, bahkan bila si karyawan tidak dapat upah lembur yang sepadan.

Hustle culture bakalan terus subur selama tipikal karyawan dibawah ini mendominasi lingkungan kerja.

1. Workaholic


Menurut Psychology Today, jika Anda bekerja lebih dari 50 jam seminggu, tidak bisa mendelegasikan pekerjaan ke anak buah atau rekan, merasa nyaman jika larut dalam kesibukan, dan jarang memikirkan waktu untuk bersenang-senang, berarti Anda workaholic (gila kerja).

Workaholic adalah penyakit mental yang dipicu trauma masa kecil. Orang yang semasa kecilnya dituntut sempurna oleh orang tuanya bakal menjad perfeksionis di masa dewasa. Perfeksionis inilah yang menjadi awal seseorang jadi gila kerja.

Orang yang gila kerja bisa menikah dan punya anak, tapi mereka akan menomorsatukan pekerjaan menit demi menit dan mengabaikan yang lain. Enggak heran kalau workaholic akhirnya jadi penyendiri dan lama-lama malah makin sulit melepas diri dari pekerjaanya.

2. Tidak Kuasa Menolak Bos


Survei lawas dari Pew Research Center pada 2008 membuktikan bahwa 22% orang di Amerika Serikat terpaksa membalas email saat libur atau cuti. Prosentase karyawan yang berkutat pada email kantor saat libur bertambah jadi 81% pada 2020. 

Menikmati libur dan cuti adalah hak karyawan, tapi banyak karyawan tidak berani membantah bila sang bos menyuruh mereka menyelesaikan pekerjaan selepas jam kantor.

Karena seseorang mau diperintah diluar jam kerja, bos menilai bahwa hal itu wajar terjadi kepada bawahannya. Lama-lama jadi hal biasa seorang karyawan membawa pulang kerjaan ke rumah walau saat di kantor dia sudah lembur berjam-jam..

3. Takut Kehilangan Pekerjaan


Orang-orang yang kapasitas dan pendidikannya kurang memadai punya kecenderungan takut dipecat karena beranggapan pekerjaan itu sudah jadi jalan rejeki.

Mereka akan bekerja segiat dan setekun mungkin karena buat mereka mustahil dapat pekerjaan lain jika mereka keluar dari kantor itu hanya karena diminta bekerja lembur tiap hari tanpa uang lembur.

Jadi, alih-alih menikmati libur, mereka akan kerja terus, bahkan yang diluar jobdesc. Rasa kuatir kehilangan pekerjaan lebih besar dari rasa lelah karena hustle culture.

4. Tidak Punya Keluarga dan Teman


Orang yang umurnya diatas 40 tahun dan belum berkeluarga cenderung menghabiskan waktu dengan banyak bekerja. Sahabat-sahabat yang menikah sudah sibuk dengan keluarga dan lingkaran pergaulan sesama orang tua.

Maka sulit bagi jomblowan dan jomblowati untuk bergaul dengan para bestie yang sudah punya kehidupan berbeda dari masa muda dulu.

Menghabiskan waktu untuk bersenang-senang sendirian juga menjemukan. Mencari teman baru belum tentu teman itu bisa dipercaya. Maka membawa pekerjaan ke rumah adalah hal paling masuk akal untuk mengisi waktu dan sepi.

Kadang mereka juga menghindari bertemu dengan keluarga besar karena risih ditanya soal jodoh, Alasan yang membuat mereka aman adalah tidak bertemu keluarga, kalau tidak ada yang mendesak, dengan alasan harus lembur saat weekend.

Hustle Culture di Jepang


Budaya kerja yang berlebihan makin marak di Korea Selatan dan China, tapi sudah ditinggalkan di Jepang. 

Kaum muda Jepang sudah menyadari dampak buruk hustle culture bagi kesehatan mental mereka, sehingga mereka  yang bekerja kantoran menolak bekerja belasan jam sehari seperti pada pendahulunya.

Banyak kaum muda Jepang berusia 25-30 tahun juga tidak lagi mengejar kerja kantoran sebagai karir. Mereka lebih suka bekerja sendiri membuka usaha, jadi freelancer, gamer, trader saham dan forex, atau pekerjaan lain yang tidak mengharuskan mereka bekerja rutin di kantor.

Keengganan kaum muda Jepang itu jadi salah satu sebab negara sakura makin kekurangan angkatan kerja sejak 2018.

Di Indonesia hustle culture banyak menimpa karyawan kantoran daripada buruh. Jam kerja buruh memakai sistem shift dan mereka harus dapat uang lembur berdasarkan UU Ketenagakerjaan. 

Bila diperlakukan tidak adil oleh perusahaan, buruh dapat mengadu ke serikat dan serikat yang akan memperjuangkan keadilan bagi si buruh.

Namun, karyawan kantoran justru sebaliknya. Bekerja rodi tanpa uang lembur dengan diberi doktrin bahwa karyawan yang baik adalah karyawan yang terus bekerja sampai akhirnya kena gangguan mental.

Nyctophile si Pecinta Malam dan Kegelapan yang Dingin

Nyctophile si Pecinta Malam dan Kegelapan yang Dingin

Nyctophile adalah istilah yang disematkan untuk orang yang menyukai malam dan kegelapan yang alami.

Nyctophile menyukai gelap dari malam, hutan, gua, laut, atau kegelapan lain yang alami, bukan gelap karena mati listrik.

Apakah orang yang suka begadang berarti nyctophile? Tidak selalu, seseorang yang terjaga pada malam hari bisa karena dia kerja shift malam, menderita insomnia, ronda jaga kampung, atau senang clubbing.

nyctophile si pecinta malam dan kegelapan

Ciri Khas Nyctophile


Karena sangat menyukai malam dan kegelapan, nyctophile senang hiking dan bisa menghabiskan waktu di puncak gunung hanya untuk berdiam diri dan kenikmati keheningan malam.

Dia juga senang berdiri menatap laut yang gelap sambil main gitar atau hanya sekedar mendengar suara deburan ombak.

Kalau kamu punya ciri dibawah ini, bisa jadi kamu seorang nyctohpile.

1. Tidak suka panas matahari yang terik dan memilih kena udara malam yang dingin. 

Ini karena mereka tidak suka kegerahan dan berkeringat sepanjang hari. Nyctophile akan tenang saat menghirup udara malam yang menurut mereka segar.

Saat malam hari temperatur udara turun sehingga tidak sepanas siang hari. Itulah cuaca paling ideal yang disukai nyctophile. Gelap dan lembab.

2. Kreatif dan berenergi pada malam hari. 

Suasana malam yang tenang dan sedikit aktivitas manusia membuat nyctophile tenang. Karena itu mereka juga jadi aktif dan kreatif pada malam hari.

Otak mereka terstimulasi oleh perasaan senang terhadap malam sehingga saat orang lain beristirahat karena lelah, nytcophile malah bersemangat.

Itu sebab mereka sering tidak bisa tidur dan memilih bekerja pada malam hari. Banyak dari nyctophile yang bekerja sebagai musikus, penulis, pelukis, dan pekerjaan seni lainnya yang tidak harus dikerjakan pada siang hari.

3. Suka hal berbau angkasa luar seperti keberadaan planet, bulan, galaksi, bintang, dan benda-benda langit.

Walau begitu, tidak berarti mereka suka film Star Wars, Star Trek, atau Guardian of the Galaxy. Buat mereka yang utama adalah menikmati malam, bukan menonton film tentang ruang angkasa yang gelap.

Bintang, bulan, dan benda langit lainnya biasanya terlihat pada malam hari. Salah satu aktivitas yang nyaman dilakukan pada malam hari adalah menatap langit dan melihat gemerlap cahaya benda langit.

Asal Kata Nyctophile


Nycto berasal dari bahasa Yunani kuno "nyktos" yang secara harfiah berarti malam. 

Sedangkan phile adalah turunan dari kata phileein yang juga asal kata dari philos dan philia, yang artinya mencintai atau sangat menyukai. Jadi, nyctophile bisa disebut sebagai nyctophilia juga nyctophilus.

Beda Nyctophile dengan Tukang Dugem dan Clubber


Dugem adalah hiburan yang marak pada malam hari. Bukan dugem namanya kalau tidak identik dengan musik semarak dan suasana riuh dengan lampu dan keramaian orang yang menikmatinya di diskotek, klub, atau pub.

Seorang nyctophile suka keheningan yang jauh dari ingar-bingar aktivitas dan gemerisik kota. Jadi nyctophile menyukai malam, tapi tidak suka dengan dunia gemerlap malam.

Bila para clubber mencari kesenangan di klub, nyctophile mencari kesenangan di tempat gelap yang alami, bukan di tengah kota.

Kadang untuk menikmati malam yang gelap, mereka cukup memandangi bintang di langit dari halaman atau jendela rumah.

Beda Insomnia dengan Nyctophile


Sama-sama sering terjaga pada malam hari, apakah nyctophile mengidap insomnia?

Insomnia adalah gangguan fisik dan mental yang menyebabkan seseorang susah tidur pada malam hari. Gangguan itu dapat berupa stres dan depresi atau karena penyakit medis seperti radang sendi, asma, kanker, dan refluks asam lambung.

Deltadiscovery melansir bahwa nyctophile adalah kondisi psikologis dimana seseorang sangat menyukai malam karena merasa nyaman, bukan karena dia menderita gangguan mental atau medis.

Akan tetapi, nyctophilia harus tidur malam sama cukupnya dengan non-nyctophilia bila tidak mau kena gangguan kesehatan akibat terlalu cinta pada malam yang membuatnya begadang.

***

Saran bila kamu ternyata seorang nyctophilia. 

Nikmati malam yang gelap maksimal 2 jam supaya tidak tidur terlalu larut yang bakal bikin kesehatan terganggu kelak, kecuali weekend atau sedang libur.

Kemudian, hindari bekerja pada malam hari supaya metabolisme tubuh tidak terganggu. Cukup nikmati malam gelap tanpa disambi kerjaan ini-itu.

***

Silakan Klik Bacaan Keren Lainnya:

1. Logophile dan Lexophile, si Pecinta Kata yang Terang dan yang Samar
2. Cynophile si Pecinta Anjing yang Mengasihi Makhluk Allah