Alasan Kita Memperingati Hari Guru Setiap Tahun

Alasan Kita Memperingati Hari Guru Setiap Tahun

Tentu saja kita memperingati Hari Guru untuk menghargai dan menghormati para guru yang telah membimbing, mendidik, dan menginspirasi murid-muridnya. 

Guru sering disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa karena mereka telah berkorban menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mendidik dan mengajari bermacam ilmu pengetahuan. Di sisi lain penghasilan sebagai guru amatlah minim. Tidak sebanding dengan beratnya pekerjaan menjadi guru.

Bukan cuma mengajari ilmu pengetahuan, guru juga mengajari budi pekerti seperti tidak berkata kasar kepada teman dan orang yang lebih tua. Di sekolah guru juga mengajari sopan santun dan tata krama.

Maka tidak heran kalau guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa karena bakti mereka yang tanpa pamrih dalam mendidik anak-anak Indonesia.

Di Indonesia, Hari Guru diperingati setiap tanggal 25 November. Hari ini juga merupakan hari lahirnya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Momen ini  biasa digunakan oleh peserta didik, orangtua, dan masyarakat luas untuk menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada guru-guru atas kerja keras dan dedikasi mereka.

Bentuk penghargaan dan penghormatan itu ada yang berupa pemberian buket, puisi, kado, pembuatan majalah dinding (mading), dan kegiatan lainnya untuk menghormati profesi guru.

Sejarah Hari Guru di Indonesia


Hari Guru Nasional resmi ditetapkan pada tahun 1994 oleh pemerintah Indonesia. Sejak saat itu, setiap 25 November diperingati dengan berbagai acara di sekolah, mulai dari upacara, acara penghormatan, hingga perayaan kecil yang melibatkan siswa dan guru. Di tanggal yang sama PGRI berdiri pada tahun 1945, tak lama setelah Indonesia merdeka. Organisasi ini berfungsi mewakili kepentingan para guru di seluruh Indonesia.

Tantangan Guru di Antara Gawai dan Digital


Guru masa sekarang memiliki tantangan dari peserta didik yang terbiasa dengan gawai. Sedari balita banyak orangtua yang meminjamkan gawai ke anak supaya anak tidak rewel.

Hal ini menyebabkan fokus anak pendek karena terbiasa nonton video dengan durasi pendek. Akibatnya mereka jadi tidak betah lama-lama memperhatikan pengajaran guru di kelas.

Maka banyak guru sekarang memberikan pelajaran lewat video di untuk merangsang minat belajar di kelas. Mereka juga memberikan tugas lewat WhatsApp dan Asesmen lewat aplikasi.

Di SMPN 1 Muntilan, Kabupaten Magelang, bahkan punya literasi online (LiOn) di mana peserta didik  membaca bacaan di ponsel kemudian  memberikan intisarinya juga lewat ponsel.

Itu semua merupakan cara guru untuk menyesuaikan belajar-mengajar yang sesuai tantangan zaman yang serba digital.

Guru Tidak Cuma Mengajar

 

Pekerjaan guru bukan cuma mengajar peserta didik di kelas. Salah satu yang mereka kerjakan adalah membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

RPP adalah dokumen yang dibuat guru sebagai panduan dalam proses mengajar. RPP disusun setiap hari atau setiap kali pertemuan untuk memastikan pembelajaran berjalan efektif dan terstruktur.

Selain itu para guru juga menyusun silabus sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran.

Guru juga membuat Rencana Penilaian untuk menentukan metode dan instrumen penilaian. Selain juga mengolah nilai untuk mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan hasil penilaian murid.

Masih ada beberapa tugas guru selain mengajar di sekolah. Kadang tugas diluar belajar-mengajar itu bikin guru kelelahan. Mengajar murid-murid di kelas saja sudah menguras energi dan kemampuan berpikir, apalagi ditambah pekerjaan administratif lainnya.

Jadi kalau setiap tahunnya kita memperingati hari guru tiap tanggal 25 November, itu sebagai tanda terima kasih kita kepada para guru yang punya pekerjaan sangat berat mendidik para tunas bangsa.

Cuma Beres-beres Rumah Bisa Sehat?

Cuma Beres-beres Rumah Bisa Sehat?

Cuma beres-beres rumah bisa sehat?! Bisa dong, asal dilakukan dengan hati senang tanpa ngedumel.

Ngedumel, marah, rasa tidak ikhlas, dan jengkel bisa memberi efek buruk pada tubuh, yaitu:

1. Gangguan pencernaan. Saat kita marah ada dorongan di sistem saraf untuk memotong aliran darah ke perut dan mengalihkannya ke otot-otot. Dorongan ini akhirnya berdampak pada sekresi pencernaan.

2. Sakit kepala. Bagian otak yang pertama merespon saat kita marah adalah amigdala yang ada dalam lobus temporal otak. 

Amigdala mengendalikan emosi dan respon alami terhadap ketakutan, ancaman, dan stres. Tekanan darah dan suhu tubuh pun meningkat. Napas dan jantung berpacu lebih cepat, dan pupil mata mulai membesar. 

Efek dari pelepasan hormon adrenalin dan kortisol inilah yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah karena berkurangnya asupan oksigen dan nutrisi ke otak. Inilah yang akhirnya menyebabkan kita sakit kepala saat marah.

3. Serangan jantung. Studi yang diterbitkan tahun 2015 di European Heart Journal: Acute Cardiovascular Care menemukan risiko serangan jantung 8,5 kali lebih tinggi dalam dua jam setelah ledakan kemarahan.

Ini terjadi karena respons hormonal dan kardiovaskular pada lobus presfrontal otak mulai bekerja. Tubuh lalu akan memompa kolesterol dan sekelompok bahan kimia lain yang disebut katekolamin yang mendorong timbunan lemak menumpuk di jantung dan arteri karotis.

Maka kalau sedang bersih-bersih dan merapikan rumah, sebaiknya hati kita dilapangkan dulu supaya mengerjakannya dengan senang hati dan dapat manfaat kesehatannya.

Rumah Berantakan Bikin Stres

 

Rumah yang berantakan dan kotor secara langsung dapat memicu stres. Maka tidak heran kalau selepas pulang dari liburan kita bukannya happy malah tambah stres gegara pas pulang lihat rumah dalam kondisi berantakan dan kotor.

Penyebab kita stres kalau rumah berantakan ternyata karena hal berikut.

1. Beban visual. Kompascom melansir ketika rumah berantakan otak kita harus memproses lebih banyak informasi visual. Informasi visual yang berlebihan itu membuat kita merasa kewalahan. 

2. Rasa tidak terkendali. Kekacauan di rumah bisa membuat kita merasa bahwa hidup kita juga tidak terkendali. Perasaan inilah yang akhirnya memicu kecemasan.

3. Hormon stres meningkat. Hormon kortisol (hormon yang dikeluarkan saat kita stres) pada orang yang rumahnya berantakan ternyata lebih tinggi dari yang rumahnya rapi.

Ini karena rumah berantakan memicu rasa sumpek, suntuk, dan tidak nyaman bagi yang melihatnya. Meski begitu, ada orang yang sengaja membiarkan rumahnya berantakan karena alasan kreativitas.

4. Pengaruh kognitif. Lingkungan yang berantakan bisa mengganggu kemampuan kognitif dan memori kita. Kita jadi sulit fokus untuk menyelesaikan tugas.

Maka untuk menjaga supaya suasana hati tetap baik dan terhindar dari stres, kita perlu membersihkan dan merapikan rumah secara teratur.

Beres-beres dan Merapikan Rumah Mengurangi Stres


Membersihkan dan merapikan rumah ternyata bisa dibilang olahraga juga, lho. Ini karena saat beberes dan berbenah tubuh tanpa ngedumel, tubuh kita mengeluarkan hormon endorfin yang sama seperti saat kita berolahraga.

Hormon ini mengatur perasaan senang dan bahagia, meredakan rasa sakit, meningkatkan fungsi kognitif, mendukung tidur yang berkualitas, dan bisa menjaga berat badan juga.

Lembaga psikologi Oxford mengungkap kalau beberes, bebenah, dan merapikan rumah bisa mengurangi stres. Ini karena perasaan kekuasaan yang timbul saat melakukan bersih-bersih dan merapikan rumah. Rasa punya kekuasaan itulah yang menghasilkan hormon endorfin.

Saat fokus membersihkan rumah, untuk sesaat kita lupa pada masalah dan kekhawatiran yang sedang dihadapi. Ini berguna untuk mengistirahatkan mental kita sejenak.

Kepuasan batin atas pencapaian telah membersihkan rumah juga bisa meningkatkan rasa percaya diri dan mengurangi stres. Kadar hormon stres (kortisol) dalam tubuh pun berkurang dan tubuh kita jadi sehat.

Ibu rumah tangga yang tiap hari berkutat dengan urusan rumah bisa mengambil banyak manfaat dari hal ini. Saat menyapu, mengepel, membersihkan kamar, mencuci piring dan merapikan barang yang berantakan, pasanglah musik favorit.

Sambil merapikan kita bisa sambil menyanyi supaya hati tidak kezel dan bosan tiap hari beberes melulu, bebenah melulu.

Kerapian Rumah dan Anak Balita

 

Siapa, sih, yang gak nyaman kalau rumahnya bersih dan rapi. Namun, kerapian rumah bisa diabaikan kalau kita punya anak balita.

Balita senang bermain dan bereksplorasi, jadi biarkan dia main meski rumah jadi berantakan. Yang penting dia tidak main yang berbahaya seperti api, benda yang mudah tertelan, benda yang tajam, atau benda yang mudah meledak.

Kerapian boleh diabaikan disini artinya rumah tidak harus dirapikan tiap jam. Jadi rapikan rumah pada malam hari atau saat balita tidur siang. Kalau setelah dia bangun rumah jadi berantakan lagi karena dia main, tidak apa-apa. 

Melihat rumah rapi secara tidak langsung mengajarkan balita kita bahwa kerapian dan kebersihan itu penting.

Meski kerapian boleh sedikit diabaikan, tapi kebersihan harus tetap dijaga. Kalau balita kita menumpahkan makanan atau minumannya, segera bersihkan. Kotoran yang dibiarkan bisa bikin balita terpeleset dan mengundang serangga dan bakteri yang bikin penyakit. 

Bagaimana mengatasi rasa malas membersihkan dan merapikan rumah?

Pasang musik kesukaan, tentunya. Selain itu mulailah membersihkan dari yang kecil dulu, misal menaruh buku, mainan, perabot, dan kunci motor/mobil ke tempatnya. Lalu hal berikut bisa jadi cara untuk mengatasi rasa malas saat ingin membersihkan rumah.

1. Jangan pasang target. Tidak perlu kebanyakan mikir harus selesai ini-itu hari ini. Mulai dan lakukan saja apa yang terlihat perlu dibereskan saat itu juga.

Memasang target bisa bikin kita capek duluan sebelum mulai membereskan dan merapikan rumah.

2. Ajak anggota keluarga. Minta bantuan suami, istri, anak, keponakan, atau ipar untuk membereskan sendiri piring dan gelas bekas makannya sendiri.

Katakan juga kalau mereka harus membersihkan sendiri kamarnya. Kalau mau dibersihkan orang lain maka jangan protes kalau ada barang-barang di kamar yang hilang karena terbuang.

3. Pikirkan manfaatnya. Selain dapat hasil rumah yang nyaman dihuni, pikirkan juga manfaat kesehatan jiwa-raga yang kita dapat dari membersihkan rumah.

4. Hargai diri sendiri. Setelah membersihkan rumah silakan nikmati secangkir teh sambil baca buku, menonton film, atau mendengarkan radio.

Nikmati "me time" dengan nyaman dan banggalah pada diri sendiri yang berhasil membersihkan dan merapikan rumah tanpa rasa dongkol dan ngedumel.

Tema Menghias Kelas SD

Tema Menghias Kelas SD

Menghias kelas SD merupakan salah satu tugas paguyuban kelas. Makanya perlu kesepakatan bersama orang tua mau dihias dengan tema apa kelas tersebut. Yang jelas temanya harus yang mengedukasi atau yang berhubungan dengan budaya lokal.

Biasanya ada sekolah yang memberi tema yang harus diikuti oleh kelas, msal tema wayang, tema lingkungan hidup, atau tema budaya lokal. Pada tema wayang, misalnya, kelas harus dihias dengan informasi dan pernak-pernik berbau wayang seperti punakawan atau hiasan khas Jawa.

Pada tema lingkungan hidup kelas bisa dicat hijau muda lalu dilukis pepohonan atau memakai hiasan tanaman dan bunga-bungaan. Sedangkan untuk tema budaya lokal kelas bisa dilukis dengan hal-hal yang khas dari suatu daerah.

Perlu diperhatikan bahwa menghias kelas SD tidak perlu berlebihan dengan banyak gambar dan warna. Kelas yang terlalu ramai malah bisa mengganggu konsentrasi anak-anak kita menerima pelajaran.

Related: Dekorasi Kelas Menyemangati atau Mengganggu Konsentrasi?

Menghias kelas SD juga perlu memperhatikan biaya. Besarnya biaya tergantung dari seberapa rumit kita ingin menghias kelas.

Kalau ingin melukis dinding kelas menggunakan jasa pelukis tentu lebih mahal dibanding hanya mengecat dan menghiasnya saja. 

Dalam memilih tema menghias kelas SD, ini hal yang perlu diperhatikan:

1. Luas kelas dan langit-langit

Kelas yang tidak terlalu luas dan langit-langitnya rendah sebaiknya cukup di cat saja, tidak perlu dilukis.

Manfaatkan dinding untuk menaruh absensi kelas, kalendar, jam dinding, hasil karya anak, atau kotak P3K. Kalau dinding dilukis kelas akan jadi ramai dan malah tidak nyaman untuk belajar.

Jadi perhatikan luas kelas dengan kebutuhan lain seperti kipas angin/AC, dispenser air, peralatan kebersihan, lemari, dan lainnya. Makin banyak barang maka kelas cukup dicat dan dibersihkan saja.

2. Cahaya dan penerangan

Penerangan paling baik untuk anak adalah cahaya matahari. Pastikan barang seperti lemari atau hiasan dinding tidak menutupi jendela. 

Kalau pencahayaan alami kelas kurang karena lokasi kelas di pojok atau langit-langitnya kurang tinggi, maka pasang lampu yang lebih terang supaya mata anak nyaman untuk membaca dan menulis.

3. Pojok baca

Hampir semua kelas di SD punya Pojok Baca yang berisi lemari kecil tempat menaruh buku dan ruang kecil untuk membaca. 

Pastikan cat dan hiasan di Pojok Baca tidak bertabrakan dengan hiasan lainnya. Cat, hiasan, dan ornamen yang saling bertabrakan bikin kelas jadi terlihat ruwet dan tidak nyaman.

4. Utamakan warna-warna pastel

Warna pastel seperti baby blue (biru lembut) atau mint dapat memberikan efek tenang, mengurangi stres, dan meningkatkan konsentrasi. Sementara itu warna kuning lembut juga dapat menstimulasi kreativitas anak.

Jadi baiknya hindari warna-warna cerah yang ngejreng dan pilihlah warna-warna kalem untuk cat dinding dan ornamen saat menghias kelas SD.

5. Biarkan jendela tidak dihias

Kalau bisa biarkan jendela tetap kosong tanpa hiasan supaya sinar matahari bisa masuk tanpa terhalang.

Hiasan atau penutup jendela boleh dipakai andai kelas itu langsung disinari matahari yang bikin silau mata. Kalau sudah tidak silau, buka penutup jendela dan biarkan cahaya alami masuk ke kelas.

Kalau terpaksa harus dihias, maka hiaslah dengan ornamen yang betul-betul bermanfaat buat anak misal asmaul husna, nama-nama nabi, atau nama guru-guru di sekolah.

Lukisan di Dinding

Dinding boleh dilukis atau dicat warna-warni dengan pemandangan alam khas budaya lokal atau simbol daerah, tapi pastikan dinding itu lowong tidak digunakan untuk menaruh lemari atau hiasa.

Dinding yang dilukis atau dicat indah, tapi terhalang oleh lemari, papan tulis, atau hiasan keindahannya akan terhalang. Alih-alih indah, malah bikin mata sakit karena antara lukisan dan perabotan saling terhalang. 

Paling pertama harus diperhatikan sebelum menghias kelas SD adalah biaya. Mengecat dan menghias kelas biasanya dilakukan swadaya orang tua lewat paguyuban kelas, bukan tanggung jawab sekolah.

Sekolah hanya wajib mencat kelas dengan warna standar putih atau krem. Kalau ingin ganti cat dengan warna lain ditambah gambar dan hiasan maka paguyubanlah yang melakukannya. 

Jadi paguyuban harus rembukan dulu mau dicat warna apa dengan hiasan apa. Lalu tentukan biayanya karena biaya menghias kelas SD ditanggung oleh paguyuban yang beranggotakan semua orang tua/wali yang ada di kelas itu.

Tugas Paguyuban Sekolah TK

Tugas Paguyuban Sekolah TK

Paguyuban di TK sebetulnya boleh ada boleh tidak karena masa belajarnya cuma dua tahun. Kegiatannya pun lebih banyak bermain sambil belajar karena anak TK belum boleh dipaksa belajar calistung (baca-tulis-berhitung).

Kenapa anak TK dan PAUD belum boleh dipaksa belajar calistung? Karena struktur otak mereka belum sempurna dan akan mempengaruhi kreativitasnya kelak. 

Anak yang sudah lancar calistung sejak TK (Taman Kanak-kanak) memang terlihat pintar saat masuk SD, tapi dia akan kelelahan dan menurun kemampuan akademiknya di kelas 4. 

Sebaliknya anak yang tidak dipaksa calistung akan melesat kemampuan akademiknya dan berhasil mempertahankan kepandaian akademiknya mulai kelas 4 sampai seterusnya.

Apa Beda PAUD dengan TK?

 

TK termasuk PAUD, tapi PAUD belum tentu TK. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20/2023 Pasal 28 yang disebut PAUD adalah:

  1. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
  2. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal.
  3. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
  4. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.
  5. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

Jadi bisa disimpulkan kalau TK termasuk kedalam PAUD karena PAUD adalah wadah bagi semua pendidikan sebelum anak masuk SD.

Tugas Paguyuban Sekolah TK

 

Bagaimana dengan paguyuban TK? Paguyuban TK dibentuk kalau memang diperlukan berdasarkan kesepakatan orang tua dan guru. Kalau di TK tidak ada paguyuban juga tidak apa-apa.

1. Membantu guru menyediakan kelengkapan belajar. 

Kelengkapan belajar biasanya sudah didanai dari dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang diberikan pemerintah untuk sekolah.

Namun, kalau diperlukan orang tua boleh iuran untuk membelikan alat peraga, misalnya, atau alat tulis untuk mengajar di kelas, alat musik, atau lainnya.

2. Membantu sekolah menyiapkan outing class.

Paguyuban bisa membantu menyewakan transportasi dan konsumsi kalau sekolah akan mengadakan outing class.

Related: Beda Outing Class, Outbound, dan Piknik pada Anak Sekolah

Kalau semua diserahkan pada sekolah juga tidak apa-apa, yang penting orang tua dan sekolah bisa berembuk berapa biaya yang akan dikeluarkan untuk outing class tersebut.

3. Membantu sekolah mengomunikasikan kegiatan dan program kelas pada orang tua yang bekerja.

Adakalanya seorang ibu tidak bisa mengantar-jemput anak mereka karena harus bekerja. Pengurus paguyuban sekolah TK bisa memberitahukan rencana kegiatan dan program kelas atau sekolah kepada para ibu yang bekerja tadi.

Dengan begitu para ibu bekerja tidak ketinggalan info dan keguyuban antarorang tua pun terbentuk.

4. Memberi kenang-kenangan pada guru dan sekolah saat anak lulus

Memberi kenang-kenangan pada guru dan sekolah sifatnya sukarela sebagai bentuk apresiasi karena guru telah mengajar anak kita.

Kalau semua orang tua setuju untuk iuran maka kenang-kenangan bisa diberikan atas nama paguyuban. 

Siapa saja guru yang diberi kenang-kenangan juga disesuaikan dengan kesanggupan dana yang dimiliki paguyuban. Jadi boleh memberikan untuk guru perorangan atau lewat kepala sekolah.

5. Menjaga nama baik sekolah

Orang tua yang tergabung dalam paguyuban sebisa mungkin ikut menjaga nama baik sekolah. Caranya dengan tidak menjelekkan guru dan sekolah.

Kalau ada hal yang bikin jengkel langsung komunikasikan dengan wali kelas atau kepala sekolah supaya terselesaikan tanpa adanya campur tangan yang malah bikin keruh.

Kepengurusan Paguyuban Sekolah TK

 

Pengurus paguyuban di TK atau PAUD dipilih berdasarkan musyawarah. Orang tua juga bisa mengajukan diri menjadi pengurus paguyuban kalau memang mampu.

Paguyuban bisa ganti pengurus setahun sekali di tiap tahun ajaran baru. Bisa juga tidak ganti pengurus sejak anak masuk sampai lulus TK karena alasan praktis dan efisien. Pastinya pengurus paguyuban TK atau PAUD tidak digaji, ya, sebab ini adalah kerja sosial.

Orang yang jadi pengurus paguyuban biasanya orang yang suka berorganisasi dan melakukan kegiatan sosial. Tidak jarang ada dari mereka yang nombok demi lancarnya kegiatan paguyuban.

Kalau kita ingin jadi pengurus paguyuban kita harus siap berhadapan dengan orang dari bermacam latar belakang.

Kita juga tidak boleh gampang baper andai ada orang yang terlalu blak-blakan atau yang karakternya bertolakbelakang dengan kita.

Contoh Program Kerja Paguyuban Sekolah Dasar

Contoh Program Kerja Paguyuban Sekolah Dasar

Orang tua sekarang ke sekolah bukan cuma waktu ambil rapor atau kalau anak berulah saja, tapi bisa setiap saat.

Hal itu bermula dari Kurikulum 2013 di mana ada Permendikbud No. 30/2017 yang mengatur tentang pelibatan keluarga di sekolah. Kenapa keluarga (orang tua/wali) harus ikut terlibat di sekolah?

Satu, untuk meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab bersama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan. Kedua, untuk menguatkan pendidikan karakter anak.

Pelibatan orang tua itu diwadahkan dalam bentuk komite sekolah dan paguyuban kelas. Komite sekolah posisinya sejajar dengan kepala sekolah dan ada Permendikbud tersendiri yang mengaturnya. 

Kegiatan paguyuban kelas di SD bisa bikin kita bolak-balik ke sekolah dalam satu waktu karena anak masih butuh pendampingan orang tua. Apalagi kalau sekolahnya unggulan, kegiatannya bisa sangat banyak dan beragam. 

Label sekolah unggulan ini diberikan kepada sekolah yang nilai akademiknya tinggi dan berprestasi di bidang nonakademik.

Related: Keuntungan Menyekolahkan Anak di Sekolah Negeri

Sekolah unggulan punya beragam kegiatan dan guru-guru tidak bisa mengerjakan semuanya sendiri, jadi sekolah minta bantuan paguyuban kelas supaya program sekolah sukses.

Berikut contoh program kerja paguyuban sekolah dasar.

1. Memilih Pengurus Paguyuban

Tiap paguyuban kelas harus ada pengurusnya dengan susunan ketua, wakil ketua, bendahara, dan sekretaris. Pengurus juga bisa hanya tiga orang, yaitu ketua, bendahara, dan sekretaris tanpa wakil ketua. 

Related: Tugas Ketua Paguyuban Kelas dan Efek Sosialnya

Ada juga paguyuban kelas yang punya banyak pengurus terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris I, sekretaris II, bendarahara I, bendahara II, Humas I, dan Humas II. Banyaknya pengurus paguyuban berguna untuk membantu kegiatan kelas dan sekolah yang banyak.

Selain itu juga supaya lebih banyak orang tua yang berpartisipasi di kegiatan sekolah, tidak cuma itu-itu saja orangnya.

Kalau ada pengurus, lalu siapa yang jadi anggota paguyuban kelas? Anggota paguyuban kelas adalah seluruh orang tua/wali dari anak yang belajar di suatu kelas.

2. Merapikan, Membersihkan, dan Mengecat Kelas

Saat anak naik kelas, biasanya buku di Pojok Baca, kipas angin, dispenser galon, dan ATK (alat tulis kantor) dibawa oleh paguyuban kelas sebelumnya.

Kita harus menata ulang kebutuhan kelas sekaligus membersihkan kelas secara menyeluruh. Kalau angkatan sebelumnya yang menempati kelas itu tidak membawa inventarisnya ke kelas baru, maka barang-barang yang ada di kelas boleh kita gunakan.

Sementara itu untuk mengecat kelas sifatnya pilihan. Kalau cat kelas masih belum mengelupas dan tidak kusam, maka kelas tidak perlu dicat ulang.

Kenapa paguyuban harus turun tangan merapikan, membersihkan, dan mengecat kelas? Karena anak SD belum bisa diminta membersihkan sendiri kelasnya. Jangankan yang SD, yang SMP saja membersihkan dan mengecat kelas masih harus dibantu paguyuban kelas.

3. Menyediakan Kebutuhan Kelas

Alat kebersihan seperti sapu, pel, pengki, dan kemoceng wajib ada di tiap kelas. Gunanya untuk dipakai anak saat mereka piket. Meski sekolah sudah punya UKS, kotak P3K juga harus disediakan di kelas untuk memudahkan anak mengambil obat andai mereka pusing, tergores, atau kembung.

Paguyuban kelas 5 dan 6 biasanya juga menyediakan pembalut karena sebagian dari siswi SD sudah menstruasi.

Sementara itu dispenser air, galon, tisu, sabun cuci tangan, dan pembersih kaca sifatnya pilihan saja. Boleh disediakan boleh tidak.

Kebutuhan kelas lainnya adalah spidol whiteboard dan penghapusnya, penggaris panjang, ATK (alat tulis kantor) seperti gunting, lem, spidol cadangan, map tugas untuk asesmen, dan taplak meja (jika diperlukan).

4. Menjenguk Anak atau Orang Tua/Wali yang Sakit

Paguyuban mengordinasi untuk menjenguk anak atau orang tua yang sakit. Tidak cuma yang sakit, semua anggota paguyuban kelas juga bersama-sama melayat kerabat anak yang meninggal.

Bahkan bisa juga berkunjung ke rumah orang tua, guru, atau kepala sekolah yang baru pulang haji.

5. Menjadi Panitia Kegiatan Sekolah

Sekolah kadang minta bantuan paguyuban untuk membantu di acara perkemahan Pramuka, acara 17 Agustusan, gelar karya P5, outing class atau jeda semester, perpisahan, dan wisuda.

Selain soal biaya terbatas yang dimiliki sekolah, para guru juga kewalahan kalau harus mengurus semuanya sendiri karena tugas mereka selain mengajar juga tidak sedikit. Jadi mereka terpaksa minta bantuan paguyuban.

Sementara itu di wisuda atau wasana warsa, paguyuban kelas diperlukan untuk mengurus katering (snack dan nasi kotak), penyewaan kursi, pembuatan backdrop, penyediaan samir dan medali wisuda, dan lainnya.

Kalau di antara semua orang tua di paguyuban tidak ada yang mau jadi panitia, bisa saja wisuda menggunakan jasa event organizer (EO), tapi biaya akan berlipat lebih besar karena ada fee untuk EO.

Kalau tidak mau keluar uang, bisa juga tidak usah diadakan wisuda. Hanya syukuran dan doa bersama di kelas masing-masing dengan makanan-minuman bawa masing-masing.

Dari mana uang untuk membiayai program kerja paguyuban sekolah dasar? 

Dari iuran bulanan yang dipungut kepada orang tua/wali. Besarnya sesuai kesepakatan. Bisa Rp20.000 per bulan, Rp25.000, atau Rp50.000 per bulan tergantung kesepakatan dan kemampuan anggota paguyuban.

Iuran paguyuban dikumpulkan untuk kepraktisan supaya orang tua tidak bentar-bentar keluar uang untuk yang dikumpulkan untuk menyediakan keperluan kelas, membayar LKS, dan memfotokopi bahan ajar atau latihan soal asesmen. 

Semua hal yang peruntukkannya untuk kelas, siswa, dan sekolah diambil dari uang kas paguyuban.

Alasan Tahun Ajaran Dimulai Juli Bukan Januari

Alasan Tahun Ajaran Dimulai Juli Bukan Januari

Kenapa tahun ajaran baru dimulai Juli bukan Januari? Karena Juli itu musim kemarau sedangkan Januari musim hujan. 

Lha, alasannya, kok, aneh banget?! Iya, itu alasan yang dibilang oleh Mendikbud periode 1978-1983 Daoed Joesoef (baca: Daud Yusuf).

Sebelum 1978 tahun ajaran baru dimulai Januari dan berakhir Desember. Baru beberapa bulan menjabat Mendikbud Daoed memundurkan tahun ajaran baru dari Januari ke Juli. Perubahan itu tertuang dalam UU Nomor 0211/U/1978 yang mengatur tentang dimulainya tahun ajaran pada Juli dan berakhir di bulan Juni tahun berikutnya.

Pemunduran tahun ajaran baru itu menuai penolakan, salah satunya dari Mendagri Prof. Soenarjo dan Gubernur DKI Ali Sadikin. Mereka bilang jangan sampai anak sekolah dijadikan kelinci percobaan dengan mengubah sistem pendidikan.

Mendikbud Daoed Joesoef beranggapan kalau tahun ajaran baru di Januari menyulitkan, karena:

1. Kontras dengan akhir tutup buku anggaran sehingga sulit menyusun anggaran pendidikan jika tahun ajaran baru dimulai Januari.

2. Kebanyakan sekolah di luar negeri dimulai Juni. Mendikbud Daoed Joesoef ingin anak-anak Indonesia melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Maka tahun ajaran baru perlu diubah supaya sesuai dengan tahun ajaran baru di luar negeri.

3. Desember adalah puncak curah musim hujan. Kalau tahun ajaran berakhir di Desember, maka anak-anak tidak bisa menikmati liburannya karena terganggu hujan. 

Mendikbud ingin anak-anak menikmati masa liburannya di bulan Juni dengan bermain di tanah lapang, sawah, ladang, dan kegiatan luar ruang lainnya.

Mendikbud Daoed benar. Juni sudah masuk musim kemarau dan anak-anak di desa biasa main layangan di sawah, lapangan, atau pantai. Kalau liburan sekolahnya saat puncak musim hujan, mereka tidak bisa main dan cuma lebih banyak di rumah.

Libur Puasa Sebulan Dihapus


Kontroversi Mendikbud Daoed masih ada. Beliau menghapus libur sebulan penuh di bulan Ramadan. Beliau beralasan bulan puasa adalah bulan ibadah dan sekolah termasuk ibadah jadi tidak perlu diliburkan selama bulan puasa.

Beliau juga bilang kalau libur sekolah sebulan saat Ramadan itu peninggalan penjajah Belanda untuk meninabobokan orang Indonesia. Kalau libur sekolah selama sebulan penuh, anak-anak muslim jadi tertinggal intelektualitasnya dan yang rugi kita sendiri, bukan Belanda. Begitu kira-kira yang dikatakan Mendikbud Daoed Joesoef dalam memoar Dia dan Aku: Memoar Pencari Kebenaran.

Bagi Menteri Daoed, belajar saat puasa itu sesuai dengan perintah pertama Allah pada umat manusia, iqra yang artinya “bacalah”. Anak-anak Indonesia mesti belajar lebih keras untuk mengejar mutu intelektual yang lebih bagus.

Kebijakan ini ditentang oleh MUI yang mengatakan bahwa libur sekolah selama Ramadan bukan penilnggalan kolonial, tapi kebiasaan di masyarakat yang memang ada sejak jaman kolonial.

Libur Puasa Sebulan Masa Penjajahan 


Pada waktu itu, penasehat bumiputera Dr. N. Andriani berpendapat pemerintah Belanda tidak boleh mencabut "hak Islam" pada pribumi. Makanya anak-anak muslim harus diberi kebebasan dalam beribadah. Urusan sekolah dan hal-hal duniawi tidak boleh menghalangi peribadahan itu.

Maka pemerintah kolonial membuat keputusan meliburkan sekolah selama 39 hari selama puasa dan Idulfitri. Para pekerja kemudian pengin juga libur seperti anak sekolah. Mereka lalu ambil cuti menjelang lebaran.

Karena banyaknya pegawai pemerintahan dan swasta yang cuti, kantor-kantor lalu tutup. Pemerintah Belanda tidak bisa apa-apa karena melarang libur lebaran bisa berakibat rakyat memberontak.

Suratkabar kemudian ikut libur juga beberapa hari menjelang lebaran. Mereka terbit lagi sebelum lebaran untuk mengumumkan bahwa besok Idulfitri tiba. Orang Belanda menyebut lebaran atau Idulfitri dengan Tahun Baru Pribumi.

Kebijakan Daoed Joesoef menghapus libur puasa sebulan penuh bertahan sampai tahun 1999, setahun setelah reformasi. Di masa pemerintahannya yang hanya 21 bulan (1999-2001) Gus Dur meliburkan kembali sekolah selama bulan puasa.

Namun, tidak bertahan lama, libur selama bulan puasa dihapus lagi di pemerintahan Megawati Soekarnoputri sampai sekarang. Di masa ini, anak sekolah menikmati libur puasa hanya di tiga hari pertama Ramadan dan sepekan sebelum Idulfitri.

Meski begitu, sekolah Islam swasta dan madrasah biasanya memberi libur puasa dan lebaran lebih lama kepada peserta didiknya dibanding sekolah negeri.

Tahun Ajaran Dimulai Juli Berakhir Juni

 

Kebijakan Daoed Joesoef yang menggeser tahun ajaran baru dari Januari ke Juli bertahan sampai sekarang.

Karena tahun ajaran baru dimulai Juli maka di Desember anak-anak sedang libur semesteran dan mereka bisa menikmati libur bertepatan dengan orang tua mereka libur Natal dan tahun baru.

Piala Itu Ternyata Bukan untuk Anak Berprestasi, Berkarakter, Elok, dan Terpercaya

Piala Itu Ternyata Bukan untuk Anak Berprestasi, Berkarakter, Elok, dan Terpercaya

Sewaktu wisuda (12/6) kemarin saya harap-harap cemas yang akhirnya berujung pada penguatan bahwa dunia ini memang tidak adil. 

Keadilan hanya didapat setelah kiamat dalam bentuk surga dan neraka, begitu kata orang.

Cemas karena di undangan wisuda tertulis jadwal penghargaan kepada peserta didik dengan nilai Asesmen Sumatif Akhir Jenjang (ASAJ) Terbaik. Harap-harap karena anak saya sejak kelas 4 selalu meraih nilai tertinggi di kelas. Dia juga tidak pernah berulah dan selalu disiplin.

Kalau badan masih bisa jalan dan duduk, sesakit apa pun dia tetap pergi sekolah. Di saat teman-teman hadrohnya memilih tidak berangkat karena kelelahan pascalomba, dia tetap berangkat dan oleh gurunya disebut sebagai murid teladan.

Sayangnya, nilai ASAJ anak saya yang ganteng, putih, pinter, jago futsal, dan jago main keyboard itu memang cuma dua yang dapat nilai 100, yaitu Matematika dan IPA. Namun, dia meraih nilai rata-rata UCO (ujicoba) ASAJ tertinggi di kelasnya dan dapat peringkat 1.

Nilai, karakter, kedisiplinan, dan kerajinan dialah yang lantas membuat saya berharap kalau sekolah tidak menggelar penghargaan untuk peraih nilai ASAJ tertinggi, melainkan kepada anak yang berprestasi dilihat dari nilai rapornya selama 5 semester berturut-turut.

Ternyata, apa yang tertulis di undangan memang tidak keliru. Penghargaan berupa piala yang diumumkan di depan peserta dan orang tua wisudawan itu untuk peserta didik yang nilai ASAJ-nya tertinggi.

Jelas mengecewakan. Gimana gak kecewa kalau 2 dari 3 anak dari kelas 6A yang dapat penghargaan, dua di antaranya cuma bagus di nilai ASAJ-nya saja. Kepandaian akademik dua anak itu sehari-harinya biasa saja dan nilai rapornya pun sejak kelas 4 juga cuma ada di 8 besar, bukan 3 besar.

Kecewa berat dan sakit hati karena merasa sekolah tidak adil tambah saya rasakan karena peringkat pertama diraih oleh anak lelaki yang beberapa kali ketahuan membawa vape dan mencontek saat ASAJ!

Waktu mencontek dia bukannya kepergok oleh guru sekolah sendiri, melainkan oleh guru dari sekolah lain yang kebetulan sedang mengawasi di SD anak saya. Emangnya yang gitu gak malu-maluin, ya?

Bukannya harusnya ada sanksi atau apa, kek, buat orang tua anak itu atau si anak sendiri. Andai sekolah memberi penghargaan kepada siswa terbaik dari prestasi dan karakternya selama sekolah, pasti anak yang berhaklah yang dapat penghargaan. Bukan anak yang sering bawa vape dan ketahuan mencontek!

Sebelum peringkat pertama diumumkan, teman-teman kelas anak saya bahkan sudah berteriak-teriak menyebut namanya sebagai peraih peringkat pertama. Itu membuktikan dia memang sudah dikenal sebagai anak berprestasi.

Bukan cuma pandai di akademik. Dia pernah ikut futsal sebagai penjaga gawang dan dapat juara 3 sekabupaten bersama tim sekolahnya. Juga jadi keyboardis di grup hadroh sekolah dan juara 3 sekabupaten juga.

Kurang berprestasi apa, coba? Kenapa sekolah malah mempertimbangkan nilai ASAJ tertinggi untuk diberi piala dan diumumkan di wisuda. Padahal itu cuma satu ujian saja. Ujian itu juga bukan ujian yang susah karena sudah ada ujian ujicoba yang soal-soalnya cuma dibolak-balik saja.

Nilai rapor dan penghargaan memang bukan segalanya, tapi itu jadi penyemangat anak karena dia merasa prestasi, kedisplinan, dan karakter baiknya dihargai.

Pada akhirnya anak saya dipanggil ke atas panggung berjejer bersama anak-anak peraih nilai 100 di ASAJ untuk menerima buket uang senilai Rp100rb. Lumayan buat pelipur lara dia, tapi tidak untuk saya. 

Saya sudah telanjur kecewa berat dengan sekolah sampai lupa bersyukur anak saya dapat nilai 100 di dua mata pelajaran tersulit bagi anak-anak Indonesia - Matematika dan IPA.

Lima Jenis Bullying Menurut UNICEF

Lima Jenis Bullying Menurut UNICEF

Generasi jaman dulu sering main ledek-ledekan dengan memanggil teman memakai nama bapaknya. Pun meledek fisik dengan kata item, cebol, ceking, gendut, dan lain sebagainya yang menjurus ledekan fisik. Begitu kata orang-orang jadul.

Dulu ledekan-ledekan dianggap biasa, tidak ada anak yang sampai depresi apalagi bunuh diri segala. Tahu dari mana kita kalau jaman dulu tidak ada yang depresi diledek terus-terusan begitu?

Arus Informasi Dulu dan Sekarang

 

Zaman generasi 1980-2000, teknologi sudah ada, tapi perkembangan internet di Indonesia belum luas seperti sekarang. Jadi informasi yang diterima generasi masa itu tidak sederas sekarang.

Dulu cuma orang dari kalangan berduit yang bisa mengakses apa pun dari internet karena langganan internet mahal. Paket data dari smartphone juga mahalnya minta ampun dibanding sekarang.

Jadi, arus informasi tidak deras membanjiri generasi 1980-2000. Arus informasi pada masa itu butuh waktu dan datang bertahap untuk sampai ke tangan kita. Contohnya koran. Semua berita dalam koran (suratkabar) sejatinya adalah berita dari peristiwa yang terjadi kemarin. 

Namun, kita tidak menganggapnya basi karena hanya informasi itulah yang kita butuhkan. Orang yang butuh berita dunia wanita akan mencari sumber dari situs atau tabloid wanita. Remaja yang butuh update tentang dunianya akan mencari majalah atau website khusus remaja.

Dengan begitu, informasi yang kita terima hanya informasi yang betul-betul kita perlukan. Otak kita kemudian memproses informasi itu secara bertahap sebelum diserap kedalam memori. Setelah terserap, kita lalu memahami informasi itu secara menyeluruh.

Proses dari menerima sampai menyerap informasi itu tidak kita dapat di era internet seperti sekarang ini. Makanya orang yang hidup di masa sekarang lebih gampang stres dan depresi, bukan cuma anak dan remaja.

Akses internet yang mudah dan murah menyebabkan arus informasi tidak terbendung. Kita dapat semua informasi yang tidak kita butuhkan. Belum sempat otak mencerna dan memahami satu informasi, datang informasi yang lain lagi. Begitu seterusnya sampai kita tidak lagi bisa membedakan mana informasi yang benar dan tidak.

Itulah salah satu yang menyebabkan anak-anak sekarang gampang stres dan mentalnya goyah ketika menerima ledekan dari temannya. Itu cuma salah satu, ya. Sebab lainnya karena zaman berubah.

Jadi, kalau dikatakan mental anak sekarang tidak sekuat dulu itu tidak tepat karena pola pikir dan pola hidup anak sekarang berbeda. Mental anak sekarang digunakan untuk hal-hal kreatif, bukan untuk menerima ledekan apalagi hinaan.

Itulah mengapa ledekan dan candaan yang tidak bikin sakit hati generasi jadul, besar pengaruhnya bagi kesehatan mental anak-anak sekarang.

Berkenaan dengan itu UNICEF telah memberi panduan mana saja yang termasuk bullying-disebut juga dengan perundungan atau penindasan dalam kehidupan sehari-hari.

 1. Perundungan Fisik (physical bullying)

Jenis perundungan ini paling gampang dikenali karena berhubungan dengan fisik seperti memukul, menampar, menendang, dan perkelahian yang dilakukan terus-menerus oleh satu orang kepada yang lainnya.

Mencuri dan merusak barang milik orang lain juga termasuk dalam physical bullying karena merugikan si pemilik barang.

Anak yang sering dicubit dan dijewer oleh orangtua, guru, atau anggota keluarga yang lain artinya anak itu telah mengalami bullying dan harus ditangani supaya mentalnya tidak terganggu.

2. Perundungan Verbal (verbal bullying)
 
Termasuk dalam perundungan verbal adalah mengejek, menjelek-jelekkan, mengancam, dan memberi label kepada seseorang dengan mengatainya si jelek, si bodoh, si sipit, dan lain sebagainya. 

Meledek seseorang dengan sebutan si pintar, si kaya, si tinggi dll yang bertujuan menyindir dan merendahkannya juga termasuk dalam perundungan verbal meski kata-kata itu termasuk kata positif.

Memanggil seseorang dengan nama bapak/ibunya termasuk dalam perundungan verbal kalau ditujukan untuk menghina atau meledeknya.

Sering tidak kita sadari, perundungan verbal juga sering dilakukan orangtua kepada anaknya, entah mereka sadar atau tidak. 

Ada anak yang hampir tiap hari dipanggil dengan sebutan gendut, buntet, ireng, dan sebutan negatif lain. Padahal apa susahnya memanggil anak dengan sebutan yang baik dan penuh pujian, toh itu darah daging si orang tua sendiri, kan.

3. Perundungan Sosial (social bullying)

Perundungan sosial terjadi saat seseorang mengucilkan, merusak nama baik orang lain, dan menjauhkannya dari lingkungan sosial.

Kita mengucilkan seseorang hanya karena dia jelek, miskin, atau bahkan karena terlalu cakep dan pintar, itu termasuk perundungan. 

Pun kalau kita memfitnah orang lain karena iri, dengki, atau dendam, itu juga termasuk perundungan sosial. Mengucilkan seseorang hanya karena dia berbeda juga bagian dari social bullying.

4. Perundungan Psikologis (psychological bullying)

Perundungan psikologis adalah jenis penindasan mental yang dilakukan dengan sengaja dan jahat untuk menyakiti dan mengintimidasi seseorang melalui gerak tubuh, mimik wajah, dan komentar sinis.

Gerak tubuh dan mimik wajah yang termasuk perundungan adalah yang dilakukan berulangkali untuk menghina dan menyakiti seperti melengos, melotot, mendengus, dan

Sama seperti gerak tubuh dan mimik wajah, komentar sinis yang termasuk perundungan juga yang dilakukan berulangkali seperti sindiran dan perkataan negatif yang diucapkan terus-menerus.

5. Perundungan Dunia Maya (cyberbullying)

Cyberbullying adalah penindasan yang dilakukan lewat semua perangkat elektronik yang terhubung ke internet.

Penindasan dunia maya dapat terjadi melalui pesan teks, media sosial, aplikasi, atau forum online. Pelaku cyberbullying melakukannya dengan cara mem-posting atau pengiriman konten berbahaya, termasuk pesan dan foto, serta berbagi informasi pribadi yang membuat seseorang terhina.

Penelitian yang dilakukan oleh Cyberbullying Research Center menunjukkan 15% anak usia 9-12 dan 37% anak usia 13-17 tahun pernah mengalami cyberbullying dalam hidup mereka.  

Pelaku cyberbullying kecil kemungkinannya untuk tertangkap karena sifatnya yang online dalam artian bersembunyi dalam jaringan internet.

Hampir semua orang sekarang memakai ponsel, tablet, laptop, dan komputer setiap hari setiap saat yang membuat kita mudah jadi korban cyberbullying. Tambahan lagi seringnya kita memposting foto dan video di internet bikin kita tambah rentan dimanipulasi untuk jadi korban penindasan dunia maya.

***

Lima jenis bullying diatas adalah versi UNICEF untuk melindungi anak-anak kita dari perundungan. 

Mengenali lima jenis perundungan yang rentan dialami anak, bisa membantu kita memberi pengertian pada mereka dan menyiapkan fondasi bagi mereka menghadapi perundungan di sekolah, di lingkungan rumah, atau di lingkungan pertemanan lainnya.

Keuntungan Menyekolahkan Anak di Sekolah Negeri

Keuntungan Menyekolahkan Anak di Sekolah Negeri

Sekolah negeri, terutama yang dulunya berstatus unggulan, selalu diincar oleh banyak siswa dan orang tua sebagai tempat belajar. Alasannya karena mutu sekolah yang unggul akan membuat para siswa jadi unggul juga.

Betulkah? Secara langsung, iya. Sekolah unggulan biasanya menerapkan cara belajar dan peraturan yang lebih disiplin. Misal, sekolah tidak akan meliburkan siswa kalau tidak ada hal yang sangat mendesak.

Guru-guru di sekolah unggulan, terutama yang berusia muda, juga menerapkan cara mengajar yang lebih bervariasi sehingga siswa lebih cepat mengerti.

Dari Mana Datangnya Istilah Sekolah Unggulan?

Lalu dari mana sekolah negeri dapat predikat unggulan? Dari Kemdikbudristek dan pemerintah daerah setempat. Kemdikbudristek lewat BANSM (Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah) memberikan nilai akreditasi kepada sekolah.

Kalau sekolah itu sudah menyempurnakan 8 Standar Pendidikan Nasional (SPN) maka sekolah itu bisa dapat akreditasi A. Nilai Akreditasi A dimulai dari 91-100. Makin tinggi nilai akreditasi sekolah, makin unggul sekolah itu karena menghasilkan lulusan yang tinggi nilai akademiknya sekaligus berbudi karakter Pancasila.

Sementara itu, pemerintah daerah menetapkan sebuah sekolah di wilayahnya sebagai sekolah unggul berdasarkan prestasi akademik dan nonakademik, serta nilai yang dihasilkan lulusannya.

Namun, predikat sekolah unggul tidak lagi dipakai sejak diberlakukannya Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi dan disusul dengan Kurikulum Merdeka.

Berikut keuntungan menyekolahkan anak di sekolah negeri.

1. Terbiasa dengan Keberagaman 

Keberagaman merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Negeri kita tercinta punya ribuan suku asli dan enam agama yang diakui negara selain dari ratusan aliran kepercayaan asli Nusantara.

Menurut laman indonesia.go.id kita punya 1.340 suku dengan suku terbesar adalah suku Jawa yang banyaknya 41% dari total populasi.

Sementara itu, negara kita mengakui 187 aliran kepercayaan dan penganutnya (disebut dengan penghayat kepercayaan) berhak mencantumkan nama kepercayaan mereka di KTP (Kartu Tanda Penduduk).

Keberagaman suku dan agama cuma dapat kita temukan di sekolah negeri karena sekolah ini menerima siswa dari agama dan suku apa pun. Lain halnya dengan sekolah dari yayasan agama yang siswanya identik dengan satu agama saja.

2. Menghargai Perbedaan

Anak sekolah negeri yang terbiasa dengan keberagaman akan menghargai perbedaan. Mereka paham kalau perbedaan itu bukanlah sumber perpecahan, melainkan persatuan.

Mereka juga punya tenggang rasa yang lebih besar dari anak yang tidak terbiasa dengan keberagaman. Ini karena mereka selalu melihat persamaan di setiap perbedaan.

Misal, walau si Fulan beragama Islam dan temannya Kristen, Fulan akan melihat persamaan di antara mereka, yaitu sama-sama siswa sekolah A, sama-sama orang Jawa, sama-sama Indonesia, atau kesamaan lain yang membuat mereka selalu ingin berada dalam keadaan rukun.

3. Biaya Sangat Terjangkau

Sekolah negeri tidak memungut biaya bulanan kepada orang tua atau yang kita kenal dengan SPP (Sumbangan Pembiayaan Pembangunan). Jadi pendidikannya semua gratis.

Komite Sekolah hanya menggalang sumbangan dari orang tua untuk membiayai ekstrakurikuler yang tidak cukup dibiayai oleh dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan kegiatan lain seperti outing class, pameran seni, gelar karya, maupun acara wasana warsa (tutup tahun).

Related: Tugas Pengurus Komite Sekolah Sesuai Permendikbud

Biaya yang dikeluarkan untuk membiayai semua kegiatan itu juga sangat terjangkau karena ditanggung secara gotong-royong oleh sesama orangtua/wali siswa. Intinya, biaya di sekolah negeri sangat terjangkau karena milik pemerintah dan tidak berorientasi keuntungan.

4. Reputasi Pintar

Reputasi sekolah negeri sebagai sekolah yang menghasilkan lulusan pandai dari dulu masih terjaga sampai sekarang.

Anak yang belajar di sekolah negeri yang berlabel unggulan akan dapat poin lebih saat dia melamat kerja dibanding dengan anak yang di sekolah swasta, kecuali swasta itu ternama seperti Pelita Harapan, Bina Nusantara, dan beberapa sekolah Kristen/Katolik ternama.

Dengan begitu seorang anak akan dikenal sebagai anak pandai kalau dari SD-SMA dia belajar di sekolah negeri sekaligus melanjutkan ke universitas ternama yang memberlakukan seleksi ketat pula.

Siapa yang Meminati Sekolah Negeri?

Orang-orang kelas menengah ke bawah memilih sekolah negeri karena alasan biaya yang sangat terjangkau. Sedangkan orang kaya memilih sekolah negeri (yang unggulan) karena alasan prestise.

Walau berbeda alasan, tapi orang kaya dan menengah ke bawah punya pandangan sama bahwa lingkungan belajar di sekolah negeri bisa membuat anak-anak mereka punya disiplin, karakter yang baik, dan kemampuan akademis yang lebih tinggi dari sekolah swasta.

Related: Empat Jenis Pola Asuh yang Membentuk Karakter Anak

Beda di kota besar yang cenderung menyekolahkan anak di yayasan berbasis agama seperti sekolah Islam, sekolah Katolik, atau sekolah Kristen, masyarakat yang tinggal di luar kota besar (apa pun agamanya) masih memandang sekolah negeri sebagai sekolah terbaik untuk anak-anak mereka. 

Anak-anak yang SD-nya di swasta pasti meminati SMP negeri. Begitu juga dengan orangtua yang anaknya di SMP swasta setelah lulus pasti berhasrat memasukkan anak mereka ke SMA negeri.

Delapan Gangguan Tumbuh Kembang Anak yang Bisa Dikendalikan tapi Takbisa Disembuhkan

Delapan Gangguan Tumbuh Kembang Anak yang Bisa Dikendalikan tapi Takbisa Disembuhkan

Tidak ada orang tua yang ingin anaknya sakit atau kena gangguan tumbuh kembang. Anak yang menderita gangguan tumbuh kembang biasanya terlahir dengan kelainan pada syarat atau fisiknya. Bisa karena faktor genetik saat terjadinya embrio dikandungan, pola hidup orang tuanya, lingkungan tempat tinggal, atau hal lain yang diluar kuasa manusia.

Delapan jenis gangguan tumbuh kembang anak ini patut jadi pengetahuan kita supaya kita lebih bersyukur kalau anak atau saudara kita tidak mengalami satu diantaranya.

1. Autisme

 

Autisme punya istilah medis Autism Spectrum Disorder (ASD) atau Autism Spectrum Condition (ASC). 

Penyebab autisme diduga sebagian besar diwariskan secara genetik dan dari faktor lingkungan.

Anak yang menderita autisme punya gangguan pada perkembangan sarafnya sehingga dia mengalami kesulitan berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Mereka juga sering mengulang-ulang gerakan atau tidak tertarik melakukan aktivitas apa pun.

Pada beberapa kasus anak dengan autisme juga mengidap epilepsi, disabilitas intelektual, dan hiperaktif.

Autisme tidak bisa disembuhkan, tapi anak yang mengidapnya harus diterapi untuk membuatnya mandiri, berperilaku, dan berkomunikasi seperti anak normal.

2. Celebral Palsy

 

Celebral palsy atau disebut juga dengan movement diorder (ganguan gerak), adalah gangguan yang memengaruhi gerakan, keseimbangan, dan postur tubuh. Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan atau perkembangan abnormal pada otak yang mengatur fungsi otot. 

Gangguan ini biasanya terjadi sebelum, saat, atau sesudah kelahiran. Gejalanya bervariasi mulai dari kesulitan berbicara, makan, berjalan, hingga kelumpuhan. Cerebral palsy tidak bisa disembuhkan, tapi anak yang menderitanya bisa mendapat kualitas hidup dengan terapi fisik, terapi wicara, terapi okupasi, dan terapi hidrol air.

3. Down Syndrome

 

Down syndrome lebih kita kenal sebagai keterbelakangan mental yang disebabkan kelainan genetik yang terjadi saat pembelahan sel. Saat pembelahan sel abnormal menghasilkan salinan kromosom 21 secara penuh atau sebagian.

Tingkat keparahan down syndrome berbeda tiap anak, tapi sama-sama menyebabkan kecatatan intelektual seumur hidup dan keterlambatan perkembangan.

Anak dengan down syndrom sering juga mengalami masalah jantung dan pencernaan karena kelainan genetik yang dimilikinya.

4. Stunting

 

Stunting atau stunted growth (pertumbuhan terhambat) adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dapat dilihat dari kurangnya tinggi badan sesuai usia. 

Stunting disebabkan oleh ibu hamil yang kurang gizi sehingga melahirkan anak yang kurang nutrisi. Bisa juga disebabkan karena kurang gizi parah dan infeksi berulangkali yang diderita anak saat masih balita.

Lembaga kesehatan dunia (WHO/World Health Organization) menetapkan ciri stunting dengan kurangnya tinggi badan anak dibawah dua devian dari Child Growth Standards yang ditetapkan WHO.

Cara menentukan apakah tinggi badan anak masuk termasuk normal atau tidak adalah dengan memeriksanya di KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi oleh petugas Posyandu/Puskesmas yang memeriksa anak kita.

Related: Anak Diganggu Teman di Kelas dan Cara Orangtua Bersikap

Anak yang terindikasi stunting bisa ditangani dan tumbuh normal kalau usianya masih dibawah lima tahun. Pengobatan akan lebih manjur kalau usia anak masih dibawah dua tahun. Kalau tidak ditangani, stunting bisa mengakibatkan gangguan perkembangan otak, sering sakit dan kena infeksi, juga rentan kena diabetes dan sakit jantung saat anak dewasa.

5. ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

 

ADHD adalah gangguan pada gelombang otak yang membuat anak susah fokus, hiperaktif, mudah lupa apa yang dilakukannya, dan berperilaku impulsif. Perilaku impulsif adalah sikap spontan dan tiba-tiba yang dilakukan tanpa memikirkan akibatnya.

Penyakit yang termasuk gangguan mental ini diduga karena faktor lingkungan saat bayi dalam kandungan seperti terpapar narkotika, alkohol, dan zat beracun lainnya. ADHD umumnya terlihat sejak anak berusia 3 tahun.

ADHD tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, tapi dapat dikendalikan dengan psikoterapi (obat-obatan) untuk meredakan gejala dan membantu anak untuk fokus guna belajar membaca, menulis, berhitung, dan bermain.

Sekilas, anak autis dengan anak ADHD terlihat sama karena keduanya susah fokus dan terlihat banyak bergerak. Namun anak dengan autisme hanya melakukan kegiatan atau gerakan yang itu-itu saja berulangkali, sedangkan anak ADHD bergerak tanpa henti kemana saja dan melakukan apa saja.

6. APD (Auditory Processing Disorder)

 

atau gangguan pemrosesan pendengaran adalah kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan memahami suara, termasuk kata-kata yang diucapkan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Auditory Processing Disorder", Klik untuk baca: https://health.kompas.com/penyakit/read/2022/02/24/090000568/auditory-processing-disorder.


Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6
Download aplikasi: https://kmp.im/app6

Auditory Processing Disorder adalah gangguan pemrosesan pendengaran yang mana anak kesulitan memahami suara termasuk suaranya sendiri.

Hal ini terjadi karena otak kesulitan memahami suara secara normal. Gejalanya sudah terlihat sejak usia anak-anak yang diduga karena pengaruh gen keluarga, keracunan timbal saat dalam kandungan, kelahiran prematur, penyakit sistem saraf, atau cedera kepala.

Anak yang menderita APD tidak punya masalah pendengaran seperti tuli atau kerusakan gendang telinga. Hanya saja saraf dalam otak mereka sulit memproses suara menjadi informasi sebagaimana otak orang normal.

Makanya gangguan ini tidak bisa disembuhkan, tapi bisa diatasi dengan terapi untuk meningkatkan pendengaran dan konsentrasi. Anak pengidap APD juga harus menggunakan alat bantu pendengaran yang terhubung dengan mikrofon ke arah guru selama belajar di kelas.

7. Gangguan Belajar (Learning Disorder)


Learning diorder atau gangguan belajar berbeda dengan down syndrome yang pengidapnya punya kecerdasannya dibawah rata-rata.

Pada Gangguan Belajar otak tidak bisa memproses informasi yang didengar telinga, dilihat mata, dan dirasakan indera lainnya. Jadi apa yang dilihat, diucapkan, dan didengar anak berbeda dengan apa yang diterimanya.

Beberapa Gangguan Belajar atau learning disorder yang umum diderita adalah:

  • Disleksia: Kesulitan dalam membaca dan memahami kata atau kalimat yang ditulis. Orang dengan disleksia sering salah membaca, mengeja, atau mengartikan huruf, kata, atau kalimat.
  • Disgrafia: Kesulitan dalam menulis dan mengekspresikan pikiran atau ide dalam bentuk tulisan. Orang dengan disgrafia sering salah menulis, mengatur spasi, atau menyusun kalimat.
  • Diskalkulia: Kesulitan dalam berhitung dan memahami konsep matematika. Orang dengan diskalkulia sering salah menghitung, mengingat rumus, atau memecahkan masalah matematika.
  • Dispraksia: Kesulitan dalam melakukan gerakan motorik halus atau kasar. Orang dengan dispraksia sering kaku, canggung, atau tidak terampil dalam bergerak, berbicara, atau bermain.
  • Disfasia: Kesulitan dalam berbicara dan memahami bahasa lisan. Orang dengan disfasia sering salah mengucapkan, mengartikan, atau menyusun kata atau kalimat.
Learning disorder tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, tapi bisa diperbaiki dengan bantuan yang tepat sesuai kondisi anak.

8. Conduct Disorder (Gangguan Perilaku)

 

Anak yang kerap berulah dengan melanggar norma sosial, agama, budaya, dan masyarakat secara berulang adalah ciri pengidap Conduct Disorder atau Gangguan Perilaku.

Anak atau remaja yang mengalami conduct disorder biasanya menunjukkan perilaku seperti berbohong, mencuri, merusak, mengintimidasi, berkelahi, menyakiti manusia atau hewan, bolos sekolah, kabur dari rumah, atau melakukan tindakan seksual yang tidak pantas.

Faktor psikologis diduga jadi faktor anak mengalami gangguan perilaku seperti keluarga tidak harmonis, mengalami tekanan pergaulan, stress, merasa rendah diri, dan terpengaruh lingkungan sekitar.

Gejala umum conduct disorder dapat bervariasi tergantung pada usia, jenis kelamin, dan tingkat keparahan gangguan, diantaranya:

  • Agresif terhadap manusia dan hewan seperti menggertak, mengancam, atau mengintimidasi orang lain, berkelahi, menggunakan senjata, melakukan kekerasan seksual, menyiksa atau membunuh hewan.
  • Merusak properti dengan sengaja merusak fasilitas umum, membakar atau meledakkan barang milik orang lain, merusak barang milik diri sendiri atau orang lain.
  • Menipu dan mencuri seperti sering berbohong, mencuri barang di toko, merampok, atau memeras orang lain.
  • Melanggar norma sosial: sering bolos sekolah, keluyuran tengah malam, kabur dari rumah, dan melakukan tindakan seksual yang tidak pantas untuk usianya.
Gangguan Perilaku dapat diobati dengan terapi perilaku kognitif, terapi keluarga, terapi kelompok, terapi perilaku positif, dan obat-obatan (misalnya stimulan, antidepresan, atau antipsikotik). 
 

Berbagai gangguan tumbuh kembang anak itu bisa diketahui sejak dini dengan pengamatan dari orang tua kepada buah hatinya. Dengan begitu efek buruk dari gangguan itu bisa ditekan dan diminimalisir. Hidup anak pun bisa seperti anak normal dan siap menghadapi masa depannya secara mandiri. 

 
Empat Jenis Pola Asuh yang Membentuk Karakter Anak

Empat Jenis Pola Asuh yang Membentuk Karakter Anak

Anak mendapat pendidikan pertama kali dari orang tuanya. Sejak didalam kandungan dia sudah mengenali suara ayah-ibunya atau keluarganya yang lain. Dia juga menyerap kata dan kalimat penyejuk hati yang diucapkan orang tuanya. Pun mendengar bila di tempat tinggalnya sering terlontar makian dan serapah. 

4 jenis pola asuh yang membentuk karakter anak

Saat anak masuk sekolah, pendidikan yang diberikan orang tuanya tidak boleh berhenti, justru saling melengkapi dengan yang diajarkan di sekolah. Sekolah mengajarkan ilmu pengetahuan, orang tua mengajarkan budi pekerti, agama, dan pengetahuan lain yang tidak diajarkan di sekolah.

Meski setiap orang tua sayang pada anaknya, tapi ilmu psikologi menemukan adanya pola asuh otoriter yang ternyata tidak mempedulikan perasaan dan pikiran anak. 

Asal Muasal Pembagian Gaya Pengasuhan


Perkembangan pola asuh pertama kali dicetuskan oleh psikolog perkembangan bernama Diana Baumrind dari University of California di tahun 1960-an.

Diana kemudian mendeskripsikan tiga gaya pengasuhan berdasarkan penelitiannya terhadap anak-anak usia prasekolah. Tiga gaya pengasuhan itu adalah authoritarian, authoritative, dan permissive.

Beberapa tahun setelahnya di tahun 1983 Maccoby dan Martin memperkenalkan gaya pengasuhan yang keempat, yaitu uninvolved parenting. Maccoby dan Martin juga melakukan penelitian pada pola asuh orang dan hubungannya dengan perilaku dan sikapanak ketika remaja.

Merka menemukan uninvolved parenting setelah memperluas tipologi (pengelompokkan berdasarkan tipe atau jenis) dari tiga gaya pengasuhan yang telah dideskripsikan oleh Diana Baumrind.

Berikut empat pola asuh yang diterapkan orang tua ke anak-anak mereka.

1. Pola Asuh Otoriter (Authoritarian Parenting)

 

Authoritarian parenting disebut juga dengan pola asuh otoriter. Otoriter berarti berkuasa sendiri atau sewenang-wenang, Jadi dalam authoritarian parenting, orang tua memberikan larangan dan batasan yang ketat untuk anak.

Anak tidak boleh membantah apa yang dikatakan orang tua, bahkan bila anak mengungkapkan pendapat dan isi hatinya, orang tua akan mencapnya sebagai pemberontak dan tukang melawan.

Alasan Orang Tua Menerapkan Pola Asuh Otoriter

Berikut alasan kenapa orang tua menerapkan pola asuh otoriter terhadap anak.

1. Masih terbawa zaman penjajahan dimana yang muda harus tunduk pada tua apalagi yang berkuasa.

2. Belum mengenal pola asuh selain "anak harus nurut apa kata orang tua" karena menganggap orang tua lebih punya banyak pengalaman hidup dibanding anak.

3. Merasa paling tahu yang dibutuhkan anak karena telah membesarkan anak sejak lahir.

4,. Merasa punya kuasa terhadap anak karena merasa si anak darah daging sendiri maka semua perkataan dan tindakan orang tua harus diikuti.

5. Keinginan masa kecil orang tua tidak tercapai dan ingin anak mencapai apa yang tidak bisa mereka raih. 

Generasi Baby Boomer (kelahiran 1946-1964) dan Gen X awal (kelahiran 1965-1972) merupakan generasi yang paling menerapkan pola asuh otoriter ini. Contoh pola asuh otoriter paling nyata yang diterapkan Baby Boomer dan Gen X awal, misalnya, anak-anak dilarang makan lebih dulu sebelum ayah mereka makan. 

Related: Love Language Orang Tua untuk Hubungan Berkualitas

Alasan lain orang tua menerapkan pola asuh otoriter karena mereka punya trauma masa kecil atau gangguan mental yang tidak disadari, misal gangguan stres, gangguan kecemasan sosial, bipolar, atau gangguan mental lain yang berimbas pada pola asuh.

Psychology Today menyebut bahwa pola asuh otoriter sering disertai dengan kekerasan terhadap anak dalam bentuk bentakan, ledekan, dan makian. Orang tua juga mudah melabeli anak dengan macam-macam sebutan negatif tiap mereka merasa anak tidak menuruti perintah dengan benar.

2. Pola Asuh Otoritatif/Demokratis (Authoritative Parenting)

 

Orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif adalah orang tua yang hangat, penuh kasih sayang, selalu mendukung, tapi juga menetapkan batasan dan disiplin pada anak.

Mereka selalu memberikan bimbingan dan mendorong supaya anak-anak mampu mandiri dan berpikir sendiri. Karena selalu berdiskusi dan bertanya pada anak sebelum mengambil keputusan tentang aktivitas, kebutuhan, dan apa yang diinginkan si anak, maka gaya pengasuhan orotitatif sering disebut sebagai pola asuh demokratis.

Ilustrasi: Very Well Mind

Saat anak memutuskan ingin melakukan suatu hal untuk mengisi waktu, mengembangkan bakat dan minat atau untuk meraih cita-citanya, orang tua akan mendukung dengan memberi bimbingan dan dorongan sesuai usia anak.

Orang tua otoritatif juga memilih untuk memberi penjelasan dan pemahaman pada anak sebelum anak berbuat negatif atau melakukan hal yang dilarang oleh norma agama dan sosial. 

Memarahi anak adalah pilihan terakhir bagi orang tua otoritatif. Kalaupun terpaksa memarahi dan memberi hukuman mereka akan memberi alasan dan penjelasan kenapa mereka marah dan memberi hukuman..

3. Pola Asuh Terbuka (Permissive Parenting)

 

Permissive atau permisif artinya terbuka atau membolehkan. Orang tua yang permisif sangat sayang dan sabar pada anaknya karena itu mereka akan memberikan apa yang diinginkan anak tanpa bertanya dan memikirkan manfaat dan risikonya untuk anak.

Selain itu orang tua  permisif juga sangat sedikit memberi bimbingan, aturan, dan tidak pernah menerapkan disiplin pada anak karena tidak ingin anak marah, kecewa, dan menganggap orang tuanya kejam. 

Ilustrasi: Very Well Mind

Orang tua permisif menganggap kebahagiaan anak adalah kebahagiaan mereka juga maka keinginan anak akan sebisanya mereka penuhi.

Para peneliti menemukan kalau anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif cenderung tidak disiplin, manja, kurang empati, banyak menuntut, dan mementingkan diri sendiri.

Namun orang tua yang menerapkan pola asuh permisif punya alasan melakukannya karena:

  1. Ingin memberi kebebasan pada anak.
  2. Membebaskan anak berkreasi dengan kreativitasnya sendiri.
  3. Tidak ingin dianggap sebagai orang tua oleh anak, melainkan teman.
  4. Semua hal adalah kesempatan belajar buat anak sehingga tidak perlu memikirkan risiko dan keselamatan anak.

4. Uninvolved Parenting (Pola Asuh Abai)


Uninvolved parenting sering disebut juga sebagai neglected parenting atau pola asuh abai. Gaya pengasuhan ini disematkan pada orang tua yang cuek apakah anaknya sudah makan, salat, mengerjakan PR, istirahat, dan segala kebutuhan dasar yang diperlukan anak.

Bisa dibilang gaya pengasuhan abai ini kontroversial karena anak dibiarkan tumbuh dan mengurus dirinya sendiri. Mereka bahkan mengambil keputusan untuk dirinya sendiri tanpa keterlibatan orang tua yang membimbingnya.

Uninvolved parenting terjadi karena orang tua sibuk bekerja dan menyerahkan pengasuhan pada keluarga terdekat mereka. Namun keluarga dekat ternyata juga sibuk atau tidak mengerti bagaimana cara mengasuh anak.

Anak yang dibesarkan dengan pola asuh abai ini kalau sudah punya anak akan cenderung mengabaikan anak mereka juga. Sebabnya karena mereka hanya mengenal pola asuh ini dan sudah terbiasa sehingga tidak ingin lagi menjalani pola asuh lainnya, terutama authoritative parenting yang dinilai melelahkan.

***

Orang tua bisa saja mengubah pola asuh mereka selagi anak masih dibawah umur dan belum remaja (12 tahun kebawah). Misal yang tadinya menerapkan pola asuh otoriter pelan-pelan mengubahnya menjadi demokratis.

Perubahan pola asuh ketika anak sudah remaja tidak akan berpengaruh terhadap karakter dan perilaku anak karena masa optimal anak menyerap apa yang mereka dapat ada di usia 12 tahun kebawah saat fungsi kognitifnya masih berkembang.

Fungsi kognitif anak baru terbentuk matang saat usianya mencapai 13 tahun. Maka sebelum anak mencapai usia remaja, orang tua bisa mengoptimalkan pendidikan agama, bermusik, olahraga, seni, atau keterampilan lain yang disukai anak.

Pada masa sebelm remaja ini pula pembentukan karakter dan budi pekerti pada anak harus ditanamkan sungguh-sungguh supaya mereka kelak tidak jadi orang begajulan yang terpapar hal-hal negatif.

Empat Jenis Tugas Kelompok

Empat Jenis Tugas Kelompok

Kita tidak akan pernah lepas dari yang namanya tugas atau kerja kelompok sebab hal itu bagian dari menyelesaikan tugas atau persoalan dengan lebih mudah dan cepat. Ringan sama dijinjing berat sama dipikul, begitu pepatah tentang menyelesaikan pekerjaan berat bersama-sama lebih baik dari sendirian.


Meski begitu, ada orang yang menganggap kerja kelompok cuma buang waktu karena tiap orang dalam kelompok semua mau menang sendiri, lebih senang menyuruh, dan memaksakan kehendak. Jadinya yang seorang itu kadang menawarkan diri  untuk mengerjakan semua dan anggota yang lain membiayai atau menyediakan bahan yang diperlukan.

Manfaat Kerja Kelompok
  1. Melatih diri untuk tidak egois.
  2. Melatih cara berkomunikasi dengan banyak orang
  3. Melatih bekerjasama dengan berbagai macam karakter orang.
  4. Berlatih menjadi pemimpin 
  5. Mengisi kebutuhan dasar manusia untuk bersosialisasi

Kerja kelompok merupakan salah satu cara yang melatih kita menjadi pribadi yang tidak menang sendiri dan terampil dalam berhubungan dengan banyak orang. 

Walau begitu banyak juga orang yang sering melakukan kerja kelompok, tapi tetap egois, malas, suka mengatur, merasa paling pintar, dan tidak mau ikut mengerjakan tugas. Bagaimana kalau kita dapat teman tugas kelompok yang seperti itu? 

Terus, bagaimana membangun chemistry dengan teman kelompok yang tidak se-circle? Paling penting kita netralkan dulu hati dan pikiran untuk tidak merasa paling pintar dan paling benar. Selebihnya biarkan komunikasi mengalir sesuai situasi dan kondisi di dalam kelompok.

Empat  Jenis Tugas Kelompok

Ada Empat jenis tugas kelompok yaitu collaborative learning, cooperative learning, group work, problem-based learning, dan team-based learning.

1. Collaborative Activity

 

Collaborative learning sering disebut juga dengan collaborative activities atau teori pembelajaran/aktivitas kolaboratif.

Teori Pembelajaran Kolaboratif dicetuskan oleh Lev Vygotsky (1896-1934) seorang psikolog dari Uni Soviet. Lev terkenal karena membuat kerangka perkembangan psikologis anak yang disebut dengan Zone of Proximal Development.

Pada collaborative learning, semua peserta dalam kelompok mau tidak mau harus bekerja sama untuk memecahkan masalah supaya tugas mereka selesai tepat waktu. Contoh dari pembelajaran kolaboratif adalah mencocokkan, menyortir, memberi peringkat, atau memasang.

Jenis tugas kelompok collaorative learning membuat anggota kelompok harus bekerja bersama-sama dalam satu waktu. Bila tidak dikerjakan bersama dalam waktu yang bersamaan, tugas tidak akan selesai tempat waktu.

Collaborative activities bermanfaat untuk melatih keterampilan memimpin dan berkomunikasi lisan juga mengembangkan higher-level thinking atau kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini meliputi pembentukan konsep, penggambaran konsep, visualisasi, pemecahan masalah, berpikir kritis, berpikir praktis, aktif, dan kreatif.

2. Cooperative Activity


Cooperative activities atau aktivitas kerja sama efektif dilakukan pada kegiatan terstruktur yang dilakukan kelompok kecil terdiri dari 2-5 orang.

Yang dimaksud dengan kegiatan terstruktur adalah kegiatan yang semuanya sudah ditentukan oleh guru, dosen, manajer, supervisor, ketua RT, dan siapa pun yang memberi tugas. Tiap kelompok tinggal menjalankan apa yang jadi kewajiban dan batasan untuk menyelesaikan suatu tugas.

Cooperative activity bermanfaat untuk membangun rasa saling percaya antar anggota kelompok.

3. Problem-based Learning

 

Problem-based learning disebut juga dengan pembelajaran berbasis masalah. Ini cocok diterapkan pada sekelompok pelajar supaya mereka memahami suatu materi secara lengkap dan mendalam, caranya dengan melakukan tugas kelompok.

Sebelum bekerja berkelompok, tiap anggota kelompok harus lebih dulu membaca dan mengerti materi yang akan mereka kerjakan sebelum dicari penyelesaiannya dalam kerja kelompok.

Problem-based learning selalu berorientasi pada kelompok sehingga bermanfaat untuk melatih siswa menyisihkan waktu diluar jam sekolah untuk mengerjakan proyek kelompok mereka.

4. Team-based Learning 


Team-based learning disebut juga dengan pembelajaran berbasis tim/kelompok. 

Siswa, mahasiswa, atau siapa pun anggota kelompok diharapkan membaca dengan teliti serangkaian materi persiapan yang dapat berupa bacaan, slide presentasi, audio, atau video. Setelah itu baru menyelesaikan tugas bersama-sama dengan memadukan pengetahuan tiap anggota kelompok terhadap suatu materi.

Tugas Pengurus Komite Sekolah Sesuai Permendikbudristek 75/2016

Tugas Pengurus Komite Sekolah Sesuai Permendikbudristek 75/2016

Di satu sekolah ada yang namanya Paguyuban Kelas dan Komite Sekolah.

Paguyuban Kelas beranggotakan semua orang tua/wali siswa yang ada di kelas tersebut. Paguyuban Kelas ini dibentuk berdasarkan Permendikbud No. 30 Tahun 2017 tentang Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan.

Related: Tugas Ketua Paguyuban Kelas, Fungsi, dan Efek Sosialnya

Bila Paguyuban Kelas mengurus kebutuhan pembelajaran dan menyalurkan aspirasi orang tua hanya di satu kelas, maka Komite Sekolah mengurus kebutuhan sekolah untuk memajukan kualitas pendidikan di sekolah secara keseluruhan.

Kenapa harus ada Paguyuban Kelas dan Komite Sekolah? Sebab kepala sekolah dan para guru tidak bisa sekaligus mengawasi jalannya pendidikan di sekolah dan mencari dana sambil melakukan kegiatan belajar-mengajar. 

Adanya Paguyuban Kelas dan Komite Sekolah berguna untuk mengawasi, memberi masukan kepada guru dan kepala sekolah bila diperlukan, dan memenuhi kebutuhan tiap kelas dan sekolah yang bersangkutan.

Kapan Komite Sekolah Terbentuk?

 

Komite sekolah sudah ada sejak Kurikulum 2004 diberlakukan. Kurikulum 2004 disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Komite sekolah waktu itu dibentuk berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).

Kemudian pada 2006 KBK disempurnakan dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pengembangan kurikulum dalam KTSP dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. 

Sementara itu, Dewan Pendidikan merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Dewan Pendidikan menetapkan kebijakan sekolah berdasarkan berbagai tentang pendidikan yang berlaku. 

Selanjutnya Komite Sekolah menetapkan visi, misi dan tujuan sekolah dengan berbagai implikasinya terhadap program kegiatan operasional untuk mencapai tujuan sekolah.

Kemudian kurikulum berganti jadi Kurikulum 2013 (K13) dan terbit Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 yang menguatkan peran Komite Sekolah dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan oleh satuan pendidikan. 

Permendikbud ini merevitalisasi peran dan fungsi Komite Sekolah agar dapat menerapkan prinsip-prinsip gotong royong, demokratis, mandiri, profesional, dan akuntabel.

Tugas Ketua Komite Sekolah dan Pengurus Komite Sekolah


Menurut Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 75 Tahun 2016 tugas Komite Sekolah adalah sebagai berikut.

1. Memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan.

Terkait didalam adalah memberi pertimbangan terkait hal:

  1. Kebijakan dan program sekolah, termasuk bila sekolah perlu mengadakan ekstrakurikuler tertentu yang banyak diminati siswa.
  2. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah/Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah
  3. (RAPBS/RKAS)
  4. Kriteria kinerja sekolah
  5. Kriteria fasilitas pendidikan di sekolah, misalnya merenovasi perpustakaan dan menambah koleksi bukunya.
  6. Kriteria kerjasama sekolah dengan pihak lain, misalnya mengadakan kampanye anti-bullying. atau kampanye bebas narkoba di sekolah.

2. Menggalang dana dan sumber daya pendidikan lainnya dari masyarakat baik perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri maupun pemangku kepentingan lainnya melalui upaya kreatif dan inovatif. 

Upaya kreatif dan inovatif yang dimaksud harus memenuhi kelayakan, etika, kesantunan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Jadi tidak boleh dengan cara memaksa, mengintimidasi, dan lainnya yang tidak sesuai etika kelayakan dan kesantunan.

Penggalangan dana dilakukan bila sekolah membutuhkan dana untuk membayar honor guru, mengupah penjaga sekolah, membayar pelatih ekstrakurikuler, atau menambah fasilitas. Sekolah bisa mengajukan permohonan dana ke Komite Sekolah bila dana BOS tidak cukup.

Kemudian Komitelah yang akan menggalang dana dari berbagai pihak, terutama orang tua, supaya kebutuhan sekolah tersebut terpenuhi.

Sekolah sendiri, terutama negeri, tidak boleh meminta sumbangan uang kepada orang tua/wali siswa sebab itu akan jadi pungutan. Pungutan dala bentuk apa pun dilarang oleh Kemendikbudristek. Jadi yang boleh menggalang dana untuk kebutuhan sekolah hanyalah Komite Sekolah.

3. Mengawasi pelayanan pendidikan di sekolah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pelayanan disini bisa berarti cara guru mengajar, mutu makanan di kantin, kualitas pelatih ekstrakurikuler, dan atau ketersediaan seragam dan alat tulis di koperasi sekolah.

4. Menindaklanjuti keluhan, saran, kritik, dan aspirasi dari peserta didik, orangtua/wali, dan masyarakat serta hasil pengamatan Komite Sekolah atas kinerja sekolah.

Pada poin ini Komite Sekolah dapat ditafsirkan menjadi jembatan bagi siswa, orang tua/wali siswa dengan sekolah, termasuk mencari jalan keluar terbaik bila ada permasalahan dan keluhan terhadap sekolah.

Masyarakat yang keberatan dengan sekolah yang siswanya sering tawran juga bisa mengaspirasikannya ke Komite Sekolah.

Masa Jabatan Pengurus Komite Sekolah

 

Permendikbud No. 75/2016 memberi aturan masa jabatan pengurus Komite Sekolah selama tiga tahun dan dapat dipilih lagi untuk satu kali masa jabatan berikutnya.

Itu berarti masa jabatan ketua, wakil,  sekretaris, bendahara, dan semua pengurus Komite Sekolah paling lama enam tahun saja. Kalau lebih dari enam tahun berarti melanggar Permendikbud No. 75/2016.

Akan tetapi seseorang bisa saja jadi pengurus Komite Sekolah selama 10-13 tahun berturut-turut karena diangkat dari unsur berbeda-beda.

Misal, awalnya dia diangkat dari perwakilan orang tua siswa selama enam tahun selama anaknya ada di kelas 1-6 SD. Kemudian tiga tahun berikutnya dia diangkat dari unsur tokoh masyarakat dan dilanjutkan sampai 3 tahun berikutnya.

Itu berarti dia sudah 12 tahun ada di satu sekolah sebagai pengurus Komite Sekolah. Seseorang yang sudah terlalu lama memegang jabatan sosial seperti itu rentan berada dalam konflik kepentingan atau memanfaatkan posisinya untuk menguntungkan diri dan kelompoknya.

Apalagi Komite Sekolah termasuk kerja sosial yang tidak dapat upah apalagi gaji, jadi amat mungkin kalau dia tidak bisa menghindari menggunakan posisinya demi memperoleh keuntungan finansial.

Pro Kontra Keberadaan Komite Sekolah


Apa yang didapat bila seseorang jadi pengurus Komite Sekolah? Paling mungkin adalah prestige atau gengsi dan status sosial. Dia akan dipandang sebagai orang penting di sekolah dan dihormati oleh guru dan orang tua/wali siswa.

Makanya kalau yang bersangkutan menyanggupi jadi ketua, wakil, atau pengurus komite sekolah, seyogyanya dia berkomitmen menjalankan tugas dan fungsinya demi kepentingan nama baik sekolah, peserta didik, dan guru di sekolah tersebut.

Walau rentan berhadapan dengan konflik kepentingan, sebisa mungkin seseorang tidak menyalahgunakan jabatan sosialnya sebagai Komite Sekolah untuk mengambil keuntungan pribadi.

Selain itu bila melakukan tugas dengan baik tanpa memanfaatkan jabatannya sebagai pengurus Komite Sekolah, yang bersangkutan insyaallah dapat pahala dari amal ibadahnya membantu sekolah. 

Pada Rancangan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang sedang digodok DPR-RI, ada usulan menghapus Komite Sekolah karena dianggap arogan dan hanya mengumpulkan uang. 

Namun penghapusan Komite Sekolah masih diwarnai pro dan kontra karena keberadaannya dinilai masih dibutuhkan untuk mengawasi jalannya pendidikan di tiap satuan pendidikan.

Masyarakat dapat mengajukan usul pada RUU Sisdiknas lewat situs Kemdikbudristek di SINI.