Menjadi Tamu yang Tidak Menyusahkan Tuan Rumah

Menjadi Tamu yang Tidak Menyusahkan Tuan Rumah

Bertamu ke rumah saudara dan teman yang sudah akrab rasanya memang menyenangkan. Kita bisa ngobrol dan bersenda gurau melepas penat sambil bersantai menikmati suguhan yang disediakan tuan rumah.

Di Indonesia, bertamu santai antartetangga juga biasa dilakukan para ibu rumah tangga. Saat sudah selesai beberes rumah dan masak lalu gabut, mereka saling mengunjungi rumah tetangga.

Kadang cukup dari dalam pagar rumah untuk saling bertegur sapa dan tanya, "Masak apa hari ini?"

Kadang sampai diundang masuk rumah untuk ngeteh dan ngopi bareng. Kadang ada juga yang tanpa diundang langsung masuk rumah orang tanpa permisi untuk minta cabe, gula, bahkan beras.

Memuliakan Tamu

Ada banyak orang yang senang rumah mereka kedatangan tamu baik itu teman, saudara, atau kenalan. Kedatangan tamu berarti ada yang ingin bersilaturahim dan menganggap rumah mereka nyaman untuk didatangi.

Kenyamanan bukan saja dilihat dari kebersihan dan kelayakan rumah, tapi dari kenyamanan hati tamu yang merasakan kalau tuan rumah senang dan ikhlas menerima mereka.

Namun, kalau ada yang tamu yang tak diundang datang ke rumah tentu kita sebal. Selain mengganggu aktivitas dan rutinitas sehari-hari, tamu tak diundang juga bikin kita tidak nyaman karena sedang tidak punya suguhan, rumah sedang berantakan, dan berbagai situasi lain yang sedang tidak memungkinkan menerima tamu.

Lebih tidak nyaman lagi kalau tamu yang datang ternyata ingin pinjam uang dan kita tidak ingin meminjamkannya. Sebabnya, saat meminjamkan uang ratusan ribu sampai Rp5 juta, berarti kita harus siap kehilangan uang itu kalau-kalau si peminjam susah ditagih atau tidak mampu mengembalikannya.

Terlepas dari kedatangan tamu tak diundang atau yang ingin pinjam uang, agama kita menganjurkan untuk memuliakan tamu sebab besar manfaatnya buat kita sendiri, yaitu:

  1. Dapat pahala seperti ibadah haji dan umrah
  2. Menghapus dosa kita sebagai tuan rumah
  3. Disinari oleh cahaya kebaikan
  4. Menjadi ladang sedekah kita
  5. Meniru keteladanan Rasulullah SAW
  6. Bentuk keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT

Dalam hal memuliakan tamu, mencukil dari NU Online, tuan rumah yang berpuasa sunah sampai dibolehkan membatalkan puasanya bila tamu merasa segan dan sungkan untuk makan saat tuan rumah berpuasa.

Namun, bila antara tamu dan tuan rumah sudah akrab dan tidak ada lagi rasa saling sungkan, maka tuan rumah wajib meneruskan puasa sunahnya. Puasa yang boleh dibatalkan oleh tuan rumah untuk menemani tamunya makan dan minum hanya puasa sunah, bukan puasa wajib seperti puasa Ramadan, puasa nadzar, dan puasa qadla.

(Abu Bakar Syatha Ad-Dimyathi, I’ȃnatut Thȃlibȋn, [Jakarta: Darul Kutub Al-Islamiyah, 2009], juz III, hal. 665).

Sumber: https://islam.nu.or.id/puasa/diberi-hidangan-saat-berpuasa-sunnah-menurut-fiqih-r5GB7


___
Download NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap! https://nu.or.id/superapp (Android/iOS)
Sedangkan bila ia sedang melakukan puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa nadzar atau puasa qadla maka ia dituntut untuk tetap mempertahankan puasanya dan haram membatalkannya. (Abu Bakar Syatha Ad-Dimyathi, I’ȃnatut Thȃlibȋn, [Jakarta: Darul Kutub Al-Islamiyah, 2009], juz III, hal. 665).

Sumber: https://islam.nu.or.id/puasa/diberi-hidangan-saat-berpuasa-sunnah-menurut-fiqih-r5GB7


___
Download NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap! https://nu.or.id/superapp (Android/iOS)
Sedangkan bila ia sedang melakukan puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa nadzar atau puasa qadla maka ia dituntut untuk tetap mempertahankan puasanya dan haram membatalkannya. (Abu Bakar Syatha Ad-Dimyathi, I’ȃnatut Thȃlibȋn, [Jakarta: Darul Kutub Al-Islamiyah, 2009], juz III, hal. 665).

Sumber: https://islam.nu.or.id/puasa/diberi-hidangan-saat-berpuasa-sunnah-menurut-fiqih-r5GB7


___
Download NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap! https://nu.or.id/superapp (Android/iOS)

Menjadi Tamu yang Tidak Menyusahkan Tuan Rumah

Hal sama juga terjadi pada tamu yang memuliakan tuan rumah. Tamu yang berpuasa sunah boleh membatalkan puasanya kalau dirasa tuan rumah bakal kecewa karena sudah capek-capek menyediakan hidangan, tapi tidak dimakan oleh tamunya.

Baik tuan rumah dan tamu akan sama-sama nyaman kalau keduanya mengutamakan adab sebagai tamu dan tuan rumah. Maka ini yang bisa kita lakukan saat bertamu supaya tidak jadi tamu yang menyusahkan tuan rumah.

1. Mengabari lebih dulu sebelum datang. 

Hindari datang mendadak ke rumah teman, saudara, atau kenalan kecuali kita sekadar mampir untuk memberikan atau mengabarkan sesuatu.

Datang mendadak membuat tuan rumah kesulitan menyesuaikan rutinitas dan aktivitas harian dengan tamu yang mendadak datang. Bisa jadi hari itu mereka punya jadwal di luar rumah, tapi terpaksa batal karena harus menemani kita yang datang mendadak.

Namun, kita tidak perlu mengabarkan kalau berkunjung untuk silaturahim Idulfitri. Di hari Lebaran semua orang sudah sewajarnya saling mengunjungi satu sama lain. 

Kita saling membuka pintu lebar-lebar bagi tetangga, kerabat, dan kenalan yang ingin bersilaturahim sehingga tidak perlu saling mengabari kalau mau bertamu. Hanya saja, waktu Lebaran di desa dan kota berbeda.

Di desa, suasana Lebaran bisa berlangsung selama 1-2 pekan. Sedangkan di kota hanya sampai libur cuti bersama saja.

2. Jangan datang menjelang maghrib.

Walaupun kita bersaudara dekat dan akrab dengan tuan rumah, hindari datang bertamu menjelang maghrib. Diwaktu ini tuan rumah sudah menutup pintu serta jendela karena waktu istirahat tiba.

Datang menjelang maghrib akan lebih mengganggu kalau kita numpang salat Maghrib. Bisa jadi mereka jadi tambah repot harus menyiapkan ruangan, mukena, sajadah, dan perlengkapan salat lain untuk kita.

3. Tidak diam saja tapi juga tidak banyak omong

Jangan kebanyakan ngomong menceritakan diri dan keluarga sendiri. Kalau mau pamer lebih baik posting di Instagram atau Facebook saja.

Meski tidak dianjurkan untuk banyak menceritakan diri dan keluarga sendiri, terlalu banyak diam juga tidak asyik karena bikin tuan rumah bingung mau apa kita datang kalau cuma diam saja.

Komunikasi idealnya berjalan dua arah, saling bertukar informasi, dan saling melengkapi pembicaraan satu sama lain. 

4. Tidak usah ajak anak kecil kalau tidak terpaksa

Kalau terpaksa mengajak anak kecil, beri pengertian padanya kalau mainan dan benda yang ada di rumah itu bukan miliknya.

Anak kecil jangan sampai dimarahi, tapi kalau ternyata dia merusuh di rumah orang, baiknya langsung ajak pulang dan jangan sampai tuan rumah ikut repot turun tangan menenangkan anak yang rewel.

Ada juga anak kecil yang tidak mau pulang karena menginginkan mainan yang ada di rumah tuan rumah. Kalau sudah begitu ajak anak pulang dan mampirlah ke toko mainan untuk membelikannya mainan yang serupa dengan yang ada di rumah yang kita kunjungi.

***

Lebih baik kalau kita jadi tamu jangan sampai menyusahkan tuan rumah, tapi kalau kita jadi tuan rumah, maka perlakukan dan jamulah tamu dengan sebaik-baiknya. Dengan begitu hati kita jadi lapang dan tenang telah jadi orang baik.

Restoran No Pork No Lard Apakah Halal?

Restoran No Pork No Lard Apakah Halal?

Sering kita jumpai ada restoran yang memasang info bahwa restoran mereka tidak mengandung babi dan lemak babi (no pork no lard). Para pengunjung berjilbab pun tanpa ragu masuk ke restoran dan makan dengan nikmatnya tanpa kuatir soal kehalalan makanannya.

restoran no pork no lard apakah halal

Pork dalam bahasa Inggris berarti daging babi. Sedangkan lard adalah lemak/minyak babi yang kandungan lemaknya sangat tinggi. Minyak babi sering digunakan pada masakan Tiongkok (Chinese food) dan Jepang (Japanese food) untuk menumis.

Bila dapur sebuah restoran tidak ada daging dan minyak babi, apakah restoran itu sudah bisa dibilang halal?

Sake, Rum, Wine, dan Minuman Beralkohol

Kalau makan di restoran Indonesia atau yang menyediakan makanan daerah, kita lebih tenang menyantapnya karena kuliner Indonesia menggunakan bumbu dan bahan halal, kecuali mungkin kuliner dari daerah mayoritas nonmuslim seperti Bali, Papua, NTT, dan sebagian Sulawesi.

Namun, kalau kita datang ke restoran yang menyediakan kuliner asing, kita bakal harap-harap cemas karena walau tidak ada daging dan lemak babi, kemungkinan mereka menggunakan campuran alkohol seperti sake, wine (anggur beralkohol), rum, dan sebagainya sangat besar.

Contohnya steak. Orang Barat suka steak yang dimasak medium rare (setengah matang) untuk menikmati daging empuk dan lembut yang juicy (bersari).

Related: Jamur Shitake Bakar Lezat di Jejamuran

Sebetulnya bukan cara masaknya (matang atau setengah matang) yang bikin daging jadi empuk dan lembut, melainkan penggunaan bahan perendamnya (marinasi).

Steak itu bisa empuk dan lembut karena dimarinasi dalam wine, whiskey, brandy, atau bir. Makanya walau sama-sama menggunakan has dalam, daging yang dimasak steak lebih empuk, bersari, dan lembut daripada daging yang dimasak rendang.

Alkohol jelas haram dalam Islam. Muslim dilarang minum segala jenis minuman yang beralkohol karena dapat menyebabkan hilang akal. Walaupun alkohol dalam makanan yang kita santap tidak bikin kita mabuk dan hilang akal, keharamannya tetap berlaku.

Cara MUI Menilai Halal Tidaknya Restoran 

Sertifikasi halal dari LLPOM MUI jadi salah satu cara kita menilai apakah satu restoran halal atau tidak. Cara MUI menilai halal tidaknya suatu restoran adalah dengan melihat:

Bahan baku yang digunakan

Bahan baku tentu saja harus yang halal, tidak mengandung bahan yang haram. Bukan cuma daging babi, restoran juga tidak boleh menyediakan daging hewan bertaring, hewan ampibi, hewan yang menggunakan cakarnya untuk makan, dan hewan yang menjijikkan.

Pencampuran alkohol dalam makanan dan minuman juga haram karena alkohol itu sendiri sudah haram dikonsumsi dalam Islam.

Jadi kalau kita makan steak yang dimarinasi atau disiram oleh red wine, white wine, brandy, whiskey, sake, dan sebagainya itu sudah tidak bisa dibilang halal karena menggunakan alkohol.

Bahan baku lain semisal bumbu dan sayuran juga tidak boleh ditaruh dan bercampur dengan zat yang haram.

Peralatan masak

Fasilitas produksi seperti dapur, tempat mencuci, dan peralatan masak harus bersih dan tidak boleh digunakan bergantian untuk menangani bahan dan produk yang mengandung turunan babi. 

Pemilik resto nonmuslim yang ingin mendapat sertifikat halal harus memisah peralatan produksinya dari penggunaan untuk kebutuhan rumah tangga dan pribadi. Jangan sampai yang haram mencemari yang halal.

Saya pernah masuk di restoran hotel bintang tiga yang menunya menyediakan Nasi Campur Bali. Nasi Campur Bali berisi daging babi. Disitu cuma dijelaskan kalau nasi itu dimasak khas Bali yang artinya hampir pasti menggunakan daging babi.

Walau ada menu lain berbahan ayam, tapi kalau tempat menyimpan bahan baku dan peralatan masaknya bercampur antara makanan haram dan halal, maka yang halal jadi haram.

Menjauhi Kebathilan

Satu alasan kenapa MUI tidak meloloskan sertifikat halal untuk Mie Gacoan karena nama menu yang digunakan. MUI menilai nama-nama menu yang ada dalam Mie Gacoan menimbulkan kebathilan (tidak sesuai kaidah Islam).

Mengutip detikcom, Mie Gacoan menamai menunya dengan mie setan, mie iblis, es genderuwo, hingga es pocong. Nama menu seperti itu dinilai oleh MUI sebagai nama yang bathil.

restoran no pork no lard apakah halal
Grafik dari LPPOM MUI

Seberapa Penting Kehalalan Buat Kita?

Ketenangan dalam mengonsumsi apa yang masuk ke tubuh penting bagi banyak muslim. Tubuh akan bereaksi lebih baik terhadap makanan dan minuman yang halal.

Dari sisi religi, mengonsumsi yang halal kita lakukan untuk membuktikan manusia sebagai makhluk yang mulia dan bermartabat. Juga sebagai bentuk ketaatan sekaligus rasa syukur kepada Allah SWT.

Halal tidaknya makanan dan minuman juga mempengaruhi karakter manusia. Contoh gampangnya, orang yang rajin puasa akan lebih bisa mengendalikan emosinya dibandingkan dengan orang yang tidak pernah berpuasa.

Sementara itu dari sisi lahiriyah, senyawa dalam makanan haram juga dapat memicu hormon yang merangsang orang berperilaku kasar. Itulah kenapa daging hewan yang bertaring dan yang mencari mangsa dengan cakarnya haram untuk dimakan.

Selama masih banyak makanan dan minuman halal yang bisa kita konsumsi, baiknya kita hindari yang abu-abu seperti menu no pork no lard. Bisa saja menu itu tidak mengandung daging dan lemak babi, tapi dicampur dengan alkohol.

Kalau kita ingin masuk restoran tanyakan pada pelayannya apakah resto ini halal. Kalau dia menjawab halal padahal ada bahan haramnya, ya sudah, itu urusan dia sudah berbohong. Atau pelayannya yang tidak tahu yang mana saja yang halal dan haram?

Beda Halalbihalal, Kumpul Trah, dan Syawalan yang Sering Dicampur dan Simpang-siur

Beda Halalbihalal, Kumpul Trah, dan Syawalan yang Sering Dicampur dan Simpang-siur

Tiap lebaran kita mengenal acara silaturahim antarkerabat dan antar rekan kerja atau bahkan tetangga yang namanya halalbihalal, syawalan, dan kumpul trah.

Sebenarnya, sih, inti dari acara pertemuan dan silaturahim ketiga istilah itu sama. Bedanya cuma dari garis keturunan langsung, keturunan tidak langsung yang segaris darah, dan yang tidak ada hubungan darah.

Kumpul Trah

 

Kumpul trah biasa dilakukan tiap Idulfitri atau biasa kita sebut dengan lebaran. Biasanya kumpul trah dilakukan oleh keturunan dari pasangan suami-isteri yang punya banyak keturunan semisal 5, 8, bahkan 11 anak.

Di masa lalu menjadi hal wajar sebuah keluarga punya anak sampai 11. Anak-anak ini kemudian beranak-pinak dan menyebar kemana-mana. Saking banyaknya bersaudara dan hidup terpencar-pencar, maka diadakanlah kumpul trah supaya tali silaturahim antar garis keturunan tidak terputus.

Halalbihalal dan kumpul trah (foto: Mamik Setyorini)

Hanya saja karena jumlah keluarganya sudah sangat besar beranak-pinak sampai ke para cicit. Keakraban antar anggota keluarga sudah tidak lagi erat. Ditambah lagi karena jarang bertemu keakraban keluarga yang datang di kumpul trah menjadi sekadar basa-basi belaka.

Secara fisik mereka dekat, tapi secara batin tidak akrab.

Saya pernah mengemukan acara kumpul trah yang membagongkan karena keturunan Mbah Fulan yang pedagang dan petani dipisah dari keturunan yang jadi ASN, karyawan swasta, dan pejabat publik.

Related: Penggunaan Toa Masjid untuk Sahur dan Keberadaan Alarm

Para pedagang dan petani tersinggung karena dipisah dan dianggap tidak selevel dari mereka yang berpangkat dan berjabatan, padahal sama-sama keturunan Mbah Fulan. 

Sejak itu keturunan Mbah Fulan yang pedagang dan petani menolak hadir di acara kumpul trah bila pembagian tempat duduk masih dipisah dari yang lain. Ini mengakibatkan mereka tidak pernah lagi diundang. Trah Mbah Fulan pun tidak lagi lengkap dan terputus tali silaturahimnya.

Halalbihalal


KBBI mengartikan halalbihalal sebagai silaturahmi dan hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan, biasanya diadakan di sebuah tempat (auditorium, aula, dan sebagainya) oleh sekelompok orang.

Meski begitu, halalbihalal menurut saya lebih pas disematkan pada orang-orang yang jarang atau tidak pernah bertemu dalam rentang waktu minimal setahun sejak lebaran yang lalu.

Saling memaafkan di komplek perumahan, kantor, sekolah, dan organisasi lebih pas disebut silaturahmi saja daripada halalbihalal.

Sebabnya kalau tiap hari ketemu, bersua, dan bersapa lalu bikin halalbihalal, rasanya seperti kurang kerjaan karena mereka bisa saja langsung maaf-maafan saat itu juga. Lebih simpel, berkenan di hati, dan tidak boros biaya untuk menyewa tempat.

Momen Idulfitri adalah masa di mana kita harus mengeluarkan banyak uang untuk kebutuhan lebaran, jadi tidak perlu lagi kita keluar uang untuk bertemu orang-orang yang hampir tiap hari kita temui.

Syawalan

 

Di banyak tempat syawalan dianggap sama dengan halalbihalal karena sama-sama saling bermaafan disertai makan-makan.

Di Kendal, Jateng, tradisi syawalan dilakukan untuk mendoakan para ulama yang sudah meninggal. Di Tuban, Jatim, syawalan biasnaya dilakukan sepekan setelah hari raya Idulfitri, itu berarti dilakukan pada tanggal 8 Syawal. 

Syawalan kupat jembut di Pedurungan Kota Semarang (foto: Angling Aditya/DetikJateng

Secara garis besar, syawalan lebih dari sekadar bermaaf-maafan, disana ada keguyuban antarwarga, rasa syukur pada Allah atas nikmat yang diterima, dan saling berbagi. 

Syawalan biasanya dilakukan oleh warga dalam satu kampung yang sama sambil melakukan tradisi unik yang sudah turun-temurun ada dalam kampung atau desa tempat mereka tinggal.

Kalau maaf-maafan antar paguyuban atau dengan komite sekolah saya berpendapat istilahnya bukan syawalan, tapi silaturahmi (silaturahim). Pakai istilah halalbihalal boleh juga kalau antaranggota jarang bertemu.

Silaturahmi Kunjungan

 

Ada sebagian orang yang menganggap silaturahmi dan maaf-maafan kepada kerabat lebih baik dilakukan secara personal dengan mengunjungi kediaman yang bersangkutan.

Alasannya supaya terjadi kedekatan batin antarkeluarga dan hubungan bukan sekadar maaf-maafan setahun sekali belaka. Makanya sampai H+7 Idulfitri masih ada banyak orang yang saling berkunjung ke rumah saudara-saudara mereka untuk berlebaran.

Ada juga yang menghabiskan sampai 10 hari sebelum semua keluarganya mereka datangi. Jarak antarkeluarga ini tidak jauh, tapi juga tidak dekat. Artinya bisa ditempuh dalam waktu 1-2 jam perjalanan saja.

Kalau mengunjungi kerabat yang jauh biasanya dilakukan di lain hari atau pada lebaran dengan waktu 2 tahun sekali untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya.

Penggunaan Toa Masjid untuk Sahur dan Keberadaan Alarm

Penggunaan Toa Masjid untuk Sahur dan Keberadaan Alarm

Di era orde baru dan reformasi, anak-anak kecil keliling kampung dengan membunyikan bedug untuk membangunkan orang-orang supaya tidak kesiangan sahur.

Suara bedug yang ditabuh anak-anak itu masih enak didengar karena tidak memekakkan telinga. Lagipula zaman dulu tidak banyak orang yang punya jam beker.


Jam beker adalah jam yang dilengkapi dengan alat yang dapat berdering pada waktu yang dikehendaki, untuk membangunkan orang.

Jadi suara bedug yang ditabuh anak-anak berguna supaya orang tidak kesiangan sahur.

Sekarang sudah tidak perlu lagi jam beker karena nyaris semua orang sudah punya HP. Pada HP paling jadul sekalipun sudah ada alarm yang fungsinya sama dengan jam beker. 

Maka tidak pas kalau speaker masjid digunakan untuk membangunkan sahur secara heboh dan lebay.

Membangunkan Sahur yang Berlebihan


Penggunaan pengeras suara masjid untuk membangunkan sahur patut diapresiasi sebagai bentuk moral pengurus masjid membangunkan warga supaya tidak keasyikan tidur dan lupa sahur.

Namun penggunaan toa masjid yang berlebihan dalam membangunkan sahur juga tidak tepat.

1. Membangunkan pukul 02.00-02.30 dini hari.
Pada jam segitu, orang belum bangun sahur karena mereka bangun pukul 03.00-03.30. 

Kalaupun ada yang bangun pukul 02.30 biasanya untuk masak atau tahajud.

Orang yang tahajud dan masak tidak perlu dibangunkan lagi karena mereka sudah bangun duluan sebelum dibangunkan oleh suara toa atau pengeras suara masjid.

2. Berteriak-teriak.
Sahuuuurrrrrrr rrrrrr! Saaashuuurrrrr!

Cara marbot, muadzin, atau siapa pun yang bertugas membangunkan, dengan cara berteriak atau bersuara lebay itu awalnya dilakukan di masjid-masjid di Jabodetabek sejak 2017, kemudian menular ke masjid -masjid daerah lain.

Bagaimana kalau ada bayi dan orang sakit yang tinggal di sekitar masjid? Apa mereka tidak kaget setengah mati?

3. Bernyanyi.
Kalau dipikir tidak mungkin membangunkan orang sambil nyanyi.

Nyatanya ada. Tahun 2023 ini marbot, muadzin, atau siapapun yang membangunkan orang, di Jabodetabek mungkin sudah tidak ada yang sambil menyanyi, tapi di daerah-daerah masih ada.

Cara membangunkan orang dengan bernyanyi sangat tidak patut dan tidak etis kalau dilakukan menggunakan toa masjid.

4. Menyetel lagu gambus.
Ini betulan ada. Speaker masjid digunakan untuk memutar lagu-lagu gambus ke seantero kampung

Alhasil malah bikin orang jengkel bin kezel.

Padahal tanpa dibangunkan heboh dan berisik seperti itu, orang tidak bakal kesiangan bangun. Sebabnya karena ada HP alias ponsel.

Ponsel dan Alarm


Data Indonesia melaporkan kalau ada 192,15 juta orang yang memakai ponsel di Indonesia. Berbanding dengan 272,77 juta orang penduduk Indonesia.

Berarti hampir semua orang dewasa punya HP yang mana didalamnya pasti ada alarm. 

Andaipun seseorang gak punya HP, pasti ada orang serumah atau teman sekamar yang akan membangunkannya sahur.

Alarm dibuat melekat (built-in) di ponsel gunanya untuk mengingatkan orang terhadap jadwal pribadinya dengan cara mengusik si pemilik ponsel, bukan mengganggu orang lain.

Kalaupun si empunya HP menyetel alarm itu keras-keras, yang terganggu, ya, cuma orang di sekitarnya, bukan sekampung.

Makanya bangunin orang secara lebay dan konyol pada dini hari pakai toa masjid, itu enggak banget!

Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 Tahun 2022


1. Pengeras suara luar adalah pengeras suara yang diarahkan ke luar masjid dan ditujukan untuk masyarakat di luar ruangan masjid atau musala.

2. Pengeras suara dalam adalah perangkat pengeras suara masjid yang diarahkan ke dalam ruangan masjid atau musala.

Penggunaan pengeras suara luar adalah untuk:
  1. Pembacaan Al-Qur'an atau salawat sebelum azan salat lima waktu dalam jangka waktu maksimal 10 menit.
  2. Pengumandangan azan salat lima waktu.
  3. Takbir pada tanggal 1 Syawal atau 10 Zulhijah di masjid atau musala dapat dilakukan hingga pukul 22.00 waktu setempat.
  4. Pelaksanaan Salat Idulfitri dan Iduladha.
  5. Upacara peringatan hari besar Islam atau pengajian apabila pengunjung melimpah ke luar arena masjid atau musala.
Jelas membangunkan orang untuk sahur menggunakan speaker masjid bukan hal wajib.

Hanya saja surat edaran (SE) bukanlah peraturan perundangan-undangan sehingga tidak bisa dijadikan alat yang memaksa orang untuk tunduk, termasuk mematuhi penggunaan toa masjid.

Sifat SE hanya untuk kalangan internal, misal kepala sekolah kepada guru-guru atau menteri kepada staf kementeriannya.

Makanya para pengurus masjid yang merasa perlu membangunkan orang dengan heboh dan lebay akan tetap melakukannya, kecuali kalau diprotes warga sekitar.

Sayangnya warga tidak berani protes karena takut dibilang menista agama lalu masuk penjara.

Kita juga bakal mendengar takbir di malam Idulfitri nonstop dari waktu isya sampai subuh. Padahal waktu yang diimbau hanya sampai pukul 22.00.

Membangunkan Sesuai Adab Islam


Islam rahmatan lil alamiin berarti rahmat untuk semua, tidak hanya untuk orang Islam. Itu karena Islam sangat mengutamakan adab, maka membangunkan orang juga harus beradab.

Caranya dengan membangunkan sesuai jam wajar sahur, yaitu pukul 03.00-04.00.

Menyetel volume toa tidak sampai maksimal. Di Indonesia jumlah masjid sangat banyak. Kalau suara azan saja bisa bersahutan, suara membangunkan sahur juga bisa, kan.

Suara yang bersahutan seperti itu malah menganggu alih-alih menyejukkan. Kalau ditambah teriak-teriak dan nyanyi, lama-lama orang yang mendengarnya bisa stres dan kena PTSD (post traumatic stress disorder--gangguan stres pasca trauma).

Sebulan mendengar teriakan dari masjid di jam setengah dua pagi apa tidak stres.

Bangunkanlah orang secara wajar dengan cara yang normal.
Sunan Kalijaga Bukan Jaga Kali tapi Merawat Toleransi

Sunan Kalijaga Bukan Jaga Kali tapi Merawat Toleransi

Apa yang kamu tahu tentang Raden Sahid? Konon, Raden Sahid bersemedi (bertapa) selama tiga tahun di pinggir kail (sungai) demi menjaga tongkat milik Sunan Bonang. 

Dari situlah nama Sunan Kalijaga disematkan kepada ayah dari Sunan Muria ini. Namun benarkah Sunan Kalijaga sampai segitunya menjaga tongkat? Bagaimana beliau makan, minum, dan salat lima waktu?

Tafsir Nama Sunan Kalijaga


Guru Besar UI Prof Agus Aris Munandar dari Fakultas Ilmu Budaya mengatakan bahwa banyak tafsir tentang Sunan Kalijaga saking beliau wali yang amat populer di masyarakat Jawa. Namun tafsir yang menyebut Sunan Kalijaga menjaga di pinggir kali amat lemah karena tidak sesuai etimologi.

Kalau menjaga tongkat, harusnya namanya Jagatongkat dan andai benar menjaga kali maka harusnya berjulukan Jagakali.

Ada juga yang menyebut kalau Kalijaga berarti menjaga kalimat syahadat yang artinya menjaga diri dan umat (masyarakat Jawa) untuk tetap berada dalam syariah Islam.

Hanya saja tafsir menjaga tongkat di pinggir kali itu terlanjur dikenal luas karena ditampilkan dalam film Sunan Kalijaga (1983) yang dbintangi Deddy Mizwar.

Terlepas dari tafsir tentang nama beliau, kepopuleran Raden Sahid bukan sekadar karena beliau seorang wali songo, tetapi juga terbangun karena darah asli Jawa yang mengalir di tubuhnya selain dari cara dakwahnya yang menggunakan tradisi dan kebiasaan masyarakat setempat.

Asal Kedatangan Wali Songo

 

Sunan berasal dari katan susuhunan yang berarti “yang dijunjung tinggi” atau panutan masyarakat. Ada juga yang mengatakan Sunan berasal dari kata Suhu Nan, artinya guru besar atau orang yang berilmu tinggi.

Guru Besar UI Prof Agus Aris Munandar dari Fakultas Ilmu Budaya,

Baca artikel detiknews, "Melihat Sunan Kalijaga, Apakah Benar Semedi di Kali dan Jaga Tongkat Seperti di Film?" selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-2992998/melihat-sunan-kalijaga-apakah-benar-semedi-di-kali-dan-jaga-tongkat-seperti-di-film.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

1. Teori Hadramaut

Teori ini meyakini para wali songo berasal dari Hadramaut, Yaman. Beberapa argumentasi yang diberikan oleh Muhammad al-Baqir dalam bukunya Thariqah Menuju Kebahagiaan, mendukung bahwa wali songo adalah keturunan Hadramaut (Yaman). 

Selain itu, L.W.C Van Den Berg, Islamolog dan ahli hukum Belanda yang mengadakan riset pada 1884-1886, dalam bukunya Le Hadhramout Et Les Colonies Arabes Dans L’archipel Indien (1886) mengatakan:

”Adapun hasil yang nyata dalam penyiaran agama Islam (ke Indonesia) adalah dari para Sayyid atau Syarif. Dengan perantara mereka agama Islam tersiar di antara raja-raja Hindu di Jawa dan lainnya. Selain dari mereka ini, walaupun ada juga suku-­suku lain Hadramaut (yang bukan golongan Sayyid atau Syarif), tetapi mereka ini tidak meninggalkan pengaruh sebesar itu. Hal ini disebabkan mereka (kaum Sayyid atau Syarif) adalah keturunan dari tokoh pembawa Islam (Nabi Muhammad SAW).”

Dalam bab lain masih dalam buku yang sama Van Den Berg juga menulis:

”Pada abad ke-­15, di Jawa sudah terdapat penduduk bangsa Arab atau keturunannya, yaitu sesudah masa kerajaan Majapahit yang kuat itu. Orang­-orang Arab bercampur dengan penduduk, dan sebagian mereka mempuyai jabatan­jabatan tinggi. Mereka terikat dengan pergaulan dan kekeluargaan tingkat atas. Rupanya pembesar-­pembesar Hindu di kepulauan Hindia telah terpengaruh oleh sifat­sifat keahlian Arab, oleh karena sebagian besar mereka berketurunan pendiri Islam (Nabi Muhammad SAW). Orang-­orang Arab Hadramaut membawa kepada orang­orang Hindu pikiran baru yang diteruskan oleh peranakan-­peranakan Arab, mengikuti jejak nenek moyangnya.”

2. Teori Tiongkok

Sejarawan Slamet Muljana membawa kontroversi didalam bukunya yang berjudul Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa (1968).

Dia menyatakan bahwa wali songo adalah keturunan Tionghoa muslim. Pendapat tersebut mengundang reaksi keras masyarakat yang berpendapat bahwa wali songo adalah keturunan Arab-Indonesia. Pemerintah orde baru juga sempat melarang terbitnya buku tersebut.

Perlu diketahui bahwa rezim orde baru tidak mengizinkan hal yang berbau Tionghoa berkembang di Indonesia. Orang-orang keturunan Tionghoa diwajibkan mengganti nama mereka dengan nama Indonesia. Pun banyak dari mereka yang tidak dapat kewarganegaraan Indonesia secara penuh, termasuk legenda bulutangkis Susi Susanti.

Entah Slamet Muljana hanya sekadar cari sensasi atau benar-benar menemukan fakta bahwa wali songo adalah keturunan Tionghoa.

Agama dan Aliran Kepercayaan Masa Sunan Kalijaga


Sebelum Islam datang agama yang dianut masyarakat Jawa adalah Hindu, Buddha, dan aliran kepercayaan nenek moyang.

Agama dan aliran kepercayaan yang lebih dulu ada di Jawa tidak bertentangan dengan syariat agama Islam, justru dengan menjaga harmoni dan toleransi Islam dengan agama dan kepercayaan itu, dakwah akan lebih diterima.

Wajah Islam yang rahmatan lil alamin juga tercermin dalam toleransi yang dilakukan Sunan Kalijaga lewat lagu, pertunjukkan wayang, tahlilan, syukuran, atau lainnya.

Sunan Kalijaga tidak mengharamkan dan membid'ahkan tradisi masyarakat, melainkan mengisi tradisi dan kebiasaan adat setempat dengan doa-doa, lantunan ayat suci Al-Qur'an, dan salawat.  

Mungkin itulah makna dan tafsir yang paling mendekat dari nama Sunan Kalijaga. Sunan yang menjaga toleransi dan harmoni agama dengan tradisi Jawa seperti air kali yang mengalir alami.

Perjanjian Pranikah, Pasangan Muslim Perlu?!

Perjanjian Pranikah, Pasangan Muslim Perlu?!

Perjanjian pranikah wajar dilakukan oleh pasangan nonmuslim untuk memisahkan harta bawaaan laki-laki dan perempuan supaya tidak tercampur dengan harta bersama.

Perjanjian pranikah

Selain itu, perjanjian pranikah juga mengatur pembagian penghasilan selama pernikahan dan pembagian harta bersama jika terjadi perceraian. 

Namun, perlukan pasangan suami-istri yang beragama Islam membuat perjanjian pranikah mengingat sudah ada Kompilasi Hukum Islam dan UU Perkawinan?

Kompilasi Hukum Islam

 

Kompilasi Hukum Islam (KHI) adalah himpunan hukum Islam yang disusun berdasarkan ijtima ulama yang dasarnya adalah Al-Qur'an dan Hadis dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat Indonesia.

Perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam Pasal 2 menjelaskan bahwa "Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat miitsaqan ghaliizhan untuk menaati perintah Allah dan melakukannya merupakan ibadah."

KHI sifatnya melengkapi UU Perkawinan Nomor 16 Tahun 2019 Tentang  Perubahan atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Jadi tidak ada tumpang tindih antara KHI dan UU Perkawinan, 

Batas Usia Minimum Calon Pengantin 


Batas usia minumum ditetapkan supaya saat menikah, kedua calon pengantin bukan cuma siap fisiknya saja, melainkan psikisnya juga. Kesiapan fisik dan psikis untuk menghindarkan terjadinya perselisihan dan kekerasan dalam rumah tangga juga risiko kesehatan pada perempuan ketika dia hamil dan melahirkan.

Hanya saja ada perbedaan dalam usia minimum pasangan pengantin, Pada UU No. 16 Tahun 2019 disebutkan usia minimal calon pengantin pria dan wanita adalah 19 tahun, seperti yang dikutip dari lama Kemenag. 

Sedangkan pada Kompilasi Hukum Islam, batas usia minumum untuk calon pengantin laki-laki adalah 19 tahun dan perempuan 16 tahun. 

Walau begitu, yang dipakai oleh Kantor Urusan Agama (KUA) adalah UU Perkawinan, bukan Kompilasi Hukum Islam. Maka calon pengantin perempuan yang belum berusia 19 tahun harus dapat dispensasi dari pengadilan agama supaya diizinkan menikah.

Dispensasi yang telah diputuskan Pengadilan Agama inilah yang jadi landasan KUA untuk menikahkan perempuan yang belum berusia 19 tahun. 

Kenapa KUA memakai UU Perkawinan alih-alih Kompilasi Hukum Islam? 

Walau usia minimal calon pengantin adalah 19 dan 16 tahun, tapi pada Pasal 98 Kompilasi Hukum Islam, batas usia anak untuk bisa disebut dewasa adalah 21 tahun sepanjang anak tersebut belum pernah melakukan perkawinan.

Jadi KUA bukan saja mengikuti UU Perkawinan, tapi juga berada di tengah antara KHI dan UU Perlindungan Anak yang menyebut bahwa batas usia anak untuk disebut dewasa adalah 18 tahun. 

Terus terang, perbedaan batas usia dewasa ini bikin bingung orang awam. Kenapa tidak disamakan saja? Apa mungkin perbedaan ini sengaja dibuat untuk mengakomodir kasus hukum yang berbeda yang dialami anak? Entah.

Harta Bersama

 

Harta bersama adalah semua uang, barang, investasi, tabungan dan usaha yang dihasilkan selama pasangan terikat dalam pernikahan. Sering disebut juga sebagai harta gono-gini. 

Pada fikih hukum Islam (Al-Qur'an, Hadis, dan mahzab) tidak dikenal adanya harga bersama dalam perkawinan. Namun, di Indonesia ada harta bersama yang merupakan hasil ijtihad ulama-ulama Indonesia.

Hal itu tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 85-Pasal 97 disebutkan bahwa harta perkawinan dapat dibagi atas: 

  1. Harta bawaan suami, yaitu harta yang dibawa suami sejak sebelum perkawinan;
  2. Harta bawaan istri, yaitu harta yang dibawanya sejak sebelum perkawinan;
  3. Harta bersama suami istri, yaitu harta benda yang diperoleh selama perkawinan yang menjadi harta bersama suami istri;
  4. Harta hasil dari hadiah, hibah, waris, dan shadaqah suami, yaitu harta yang diperolehnya sebagai hadiah atau warisan;
  5. Harta hasil hadiah, hibah, waris, dan shadaqah istri, yaitu harta yang diperolehnya sebagai hadiah atau warisan

Sedangkan menurut Pasal 35 UU Perkawinan menyebut bahwa harta dalam perkawinan (rumah tangga) dibedakan menjadi:

  1. Harta yang diperoleh selama perkawinan yang menjadi “harta bersama”; dan
  2. Harta bawaan masing-masing suami istri, baik harta tersebut diperoleh sebelum menikah atau dalam pernikahan yang diperoleh masing-masing sebagai harta pribadi, contohnya, hadiah atau warisan. Harta pribadi sepenuhnya berada di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

Dengan demikian, walau si istri tidak bekerja dan tidak punya nafkah sendiri, dia tetap berhak atas harta gono-gini andai terjadi perceraian dengan suaminya. Pun jika suami tidak bekerja dan istrilah si pencari nafkah, dia juga berhak atas harta bersama andai mereka bercerai.

Suami yang tidak bekerja, tapi tetap dapat harta inilah yang paling sering diperselisihkan oleh keluarga besar istri, terlebih kalau perceraian terjadi karena istri meninggal. Siapalah yang mau uang, perhiasan, dan barang hasil kerja istri dibagi ke suami yang modal ko**** doang alias mokondo.

Jika perselisihan harta bawaan antar-keluarga berlarut-larut, mereka bisa membawanya ke Pengadilan Agama. Hakim di Pengadilan Agama akan mempertimbangan pembagian dan pemisahan harta tersebut sesuai UU Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.

Menikah Adalah Ibadah 

 

Dalam ajaran Islam menikah termasuk ibadah. Suami yang mencukupi semua kebutuhan istri sama artinya dia sedang beribadah walau memang wajib baginya menafkahi anak-istri.

Istri yang mentraktir suami dengan gajinya juga ibadah baginya walau tidak wajib dia memberi nafkah dan uang hasil keringatnya kepada suami.

Istri harus minta izin kepada suami jika ingin menggunakan uang hasil pemberian nafkah suami untuk keperluan di luar rumah tangga. 

Namun, istri berhak tidak minta izin kalau uang itu adalah hasil keringatnya sendiri. Dia berhak menggunakan uangnya sendiri untuk keperluan apapun (yang baik, bukan untuk membiayai perselingkuhan, misalnya).

Landasan menikah adalah ibadah itu juga yang membuat suatu keluarga tenteram dan bahagia. Apalagi soal harta sudah diatur dalam UU Perkawinan Nomor 16 dan Kompilasi Hukum Islam.

Maka sebenarnya tidak perlu ada perjanjian pranikah pada pasangan yang beragama Islam.

Kadrun dan Pola Pikir yang Menghambat Islam

Kadrun dan Pola Pikir yang Menghambat Islam

Kadrun adalah akronim dari kadal gurun yang secara kiasan disematkan untuk orang yang intoleran dan menyukai aksi radikalis dan ekstremis Islam seperti di Timur Tengah.

Istilah "gurun" dipakai karena jazirah Arab identik dengan gurun pasir sehingga disematkan kepada mereka yang selalu melihat Islam dari sudut pandang etnis Arab hanya karena Islam lahir di jazirah Arab.

Padahal Islam di Arab Saudi yang menganut paham wahabi. Pun tidak sama dengan di Turki karena negara itu berpaham sekuler yang memisahkan urusan agama dengan negara. Hal serupa terjadi di Yordania. Walau berideologi Islam, negara yang punya 30 partai politk itu sudah dipengaruhi oleh ajaran kapitalis-liberalis warisan Inggris ketika menguasai Yordania tahun 1928-1934.

Persepsi Keliru Soal Kadrun


Karena selalu menginginkan Indonesia jadi negara Islam seperti di Timur Tengah, maka kadrun menutup mata soal sejarah nyata yang dialami bangsa Indonesia.

Masuknya Islam di Indonesia hingga jadi agama yang terbesar di bumi khatulistiwa ini karena para pemuka agama masa lalu banyak menggunakan pendekatan halus dan memakai kebudayaan lokal untuk menarik minat pribumi terhadap ajaran Islam.

Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika itupun sudah sangat Islami karena sesuai dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Maka kadrun bukanlah orang yang memakai kopiah, sarung, berjenggot, bercelana cingkrang, dan bercadar. Kadrun adalah pola pikir yang menolak keberagaman dan tidak menerima bahwa Islam Indonesia berkembang karena berasimilasi dengan kearifan lokal.

Cara melihat seseorang itu kadrun atau bukan adalah dari pola pikirnya, bukan cara berpakaiannya.

Sangat disayangkan Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad mengatakan jangan takut dicap kadrun hanya karena kita memakai kopiah dan sarung, seperti dilansir detik.com

Bukan seperti itu. 

Orang yang memakai kopiah dan sarung memang bukan kadrun karena mereka adalah santri. Tidak ada santri yang jadi kadrun, kecuali di pesantren yang sudah terpapar paham ekstremis.

Menurut KBBI, ekstremis adalah orang yang melampaui batas kebiasaan (hukum dan sebagainya) dalam membela atau menuntut sesuatu.

Kebetulan pula, para pelaku teror selama ini bercelana cingkrang dan bercadar, sehingga muncul stigma terhadap orang yang berpakaian seperti itu. Tambahan lagi, pelaku teror semuanya terpapar paham khilafah dan tidak mengakui agama lain selain Islam yang berdasarkan khilafah.

Wahabi 

 

Kadrun menganggap bahwa apa yang ada di Arab (Saudi) itulah ajaran Islam yang sebenarnya. Padahal disana berpaham wahabi.

Paham wahabi amat tidak cocok diterapkan di Indonesia karena di sini ada banyak agama, kepercayaan, dan suku. Wahabi membolehkan kekerasan dan intoleransi kepada mereka yang berbeda, sedangkan toleransi amat dibutuhkan di negeri ini supaya keanekaragaman Indonesia terjaga.

Keanekaragaman itu Islami karena Allah menciptakan manusia dalam berbagai ras dan warna kulit. Pun Allah mengizinkan agama dan kepercayaan lain tumbuh di Indonesia. Urusan nanti siapa yang masuk surga, tergantung siapa yang punya kuncinya sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadis.

Di Arab Saudi perubahan membawa negara itu ke arah Islam moderat dan terbuka sudah dilakukan oleh putra mahkota Muhammad bin Salman dengan melakukan reformasi, salah satunya membolehkan perempuan menyetir mobil.

Khilafah 

 

Melansir laman nu.or.id, secara bahasa khilafah adalah kata infinitif atau dalam tata bahasa Arab masdar dari kata khalafa-yahlifu artinya adalah mengganti. 
 
Abu Bakar as-Shiddiq adalah orang pertama yang diberi gelar Kholifatu Rosulillah artinya pengganti Rasulullah. Kemudian Umar bin Khattab bergelar Kholifatu Kholifati Rosulillah artinya pengganti dari pengganti Rasulullah. 
 
Penggunaan gelar khalifah ini kemudian tidak berhenti pada Khulafaur Rasyidin saja tapi berlanjut pada pemerintahan yang dipimpin muslim pada masa-masa berikut, yaitu Umayyah, Abbasiyah, Fathimiyyah, Ayyubiyyah, Buwaihiyyah, Muwahhidin hingga Utsmaniyah. 
 
Jadi, semua pemimpin muslim lintas pemerintahan dan generasi menggunakan gelar khalifah untuk memperkuat legitimasinya. 
 
Organisasi yang terang-terangan ingin mengganti Pancasila dengan sistem khilafah adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Maka, menyusul 20 negara yang lebih dulu melarang HIzbut Tahrir, pemerintah Indonesia akhirnya juga melarang HTI.
Hizbut TareSecara bahasa khilafah adalah kata infinitif atau dalam tata bahasa Arab masdar dari kata khalafa-yahlifu artinya adalah mengganti. Abu Bakar as-Shiddiq adalah orang pertama yang diberi gelar Kholifatu Rosulillah artinya pengganti Rasulullah. Kemudian Umar bin Khattab bergelar Kholifatu Kholifati Rosulillah artinya pengganti dari pengganti Rasulullah. Penggunaan gelar khalifah ini kemudian tidak berhenti pada Khulafaur Rasyidin saja tapi berlanjut pada pemerintahan yang dipimpin muslim pada masa-masa berikut: Umayyah, Abbasiyah, Fathimiyyah, Ayyubiyyah, Buwaihiyyah, Muwahhidin hingga Utsmaniyah. Jadi semua pemimpin muslim lintas prmerintahan dan generasi menggunakan gelar khalifah untuk memperkuat legitimasinya.

Sumber: https://www.nu.or.id/opini/salah-paham-dan-paham-yang-salah-soal-khilafah-zk993

Dua belas dari dua puluh negara yang melarang Hibut Tahrir adalah negara Islam, diantaranya Malaysia, Yordania, Suriah, Turki, Libya, Arab Saudi, Pakistan, dan Mesir.

Ahlussunnah sebagai kelompok Islam terbesar memandang khilafah bukan sebagai syariat, melainkan lingkup pikiran.



Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Sabtu, 27 November 2021 - 00:00 WIB oleh Muhaimin dengan judul "Sejarah Wahhabi di Arab Saudi yang Kini Didobrak Pangeran Mohammed bin Salman". Untuk selengkapnya kunjungi:
https://international.sindonews.com/read/611337/43/sejarah-wahhabi-di-arab-saudi-yang-kini-didobrak-pangeran-mohammed-bin-salman-1637943072

Untuk membaca berita lebih mudah, nyaman, dan tanpa banyak iklan, silahkan download aplikasi SINDOnews.
- Android: https://sin.do/u/android
- iOS: https://sin.do/u/ios

Ciri Khas Kadrun


1. Mengkafirkan orang yang tidak sepemahaman. Jangankan yang bukan muslim, sesama orang Islam saja bisa mereka kafirkan hanya karena berbisnis atau bersahabat dengan non-muslim.

Padahal Rasulullah sendiri bergaul dengan non-muslim, bahkan dengan para penganut kepercayaan.

2. Mengharamkan hal-hal yang sudah diketahui bukan suatu keharaman. Seringkali kelompok kadrun mencampur-aduk hukum-hukum dari empat mahzab untuk kepentingan sendiri.

Akhirnya halal-haramnya suatu hal juga bisa mereka atur sesukanya sendiri.

Mestinya jika kita mengikuti mahzab Syafi'i, maka mahzab itulah yang kita ikuti dalam segala segi kehidupan, kecuali dalam situasi khusus seperti berhaji.

3. Mudah membid'ahkan ibadah keagamaan yang sudah ratusan tahun berlangsung, walau ibadah itu sendiri tidak bertentangan dengan syariat Islam karena dilakukan juga oleh Khulafaur Rasyidin.

Selain Rasulullah, orang-orang yang diikuti teladannya oleh umat Islam adalah Khulafaur Rasyidin, yaitu Umar bin Khatab, Abu Bakar Ash Shidiq, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Jika Khufaur Rasyidin melakukan ibadah tertentu yang tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan Hadis, apakah tidak boleh diikuti hanya kita merasa perbuatan itu bid'ah?

4. Senang membuat berita bohong dan menyebarkan informasi palsu di media sosial. Padahal bagi prang awam, kebohongan yang terus-menerus disemburkan bisa dianggap sebagai kebenaran.

Pada akhirnya kebohongan yang dianggap kebenaran itu menyesatkan banyak orang dan dapat memprovokasi mereka berbuat hal yang justru bertentangan dengan ajaran Islam rahmatan lil alamin.

***

Maka jelas bahwa orang yang bercelana cingkrang dan bercadar tidak berarti kadrun. Seseorang disebut kadrun jika ucapan, perilaku, dan pola pikirnya tidak mencerminkan Sang Penciptanya sendiri yang termanifestasi dalam 99 asmaul husna.

Tuhan dan Ateisme

Tuhan dan Ateisme

Ateisme adalah paham yang tidak mengakui keberadaan Tuhan, dewa-dewi, roh halus, dan semua zat takkasat mata yang dipuja manusia.
 

Jumlah orang ateis di banyak negara makin banyak dari tahun ke tahun. Sama bertambahnya dengan orang agnostik, yaitu mengakui keberadaan Tuhan dan makhluk halus, tapi tidak mengakui keberadaan agama-agama di dunia.


Paling mencolok yang diyakini kaum ateis adalah semua fenomena alam dan semua hal yang terjadi di dunia bisa dijelaskan secara ilmiah, termasuk peristiwa Isra Miraj.

Isra Miraj memang dapat dijelaskan secara ilmiah dengan memakai teori relativitas Einstein yang mengatakan bahwa jika kecepatannya melebihi kecepatan cahaya, maka waktu berjalan mundur.

Pada saat JIbril mencuci hati Rasulullah, saat itulah tubuh beliau jadi seperti Jibril. Jibril adalah malaikat yang mana dia tercipta dari cahaya sehingga wujudnya tidak seperti manusia yang terikat ruang dan waktu. Disitulah teori relativitas terjadi.

Maka dari itu, Rasulullah bisa bepergian melebihi kecepatan cahaya sampai ke sidratul muntaha (ujung alam semesta tempat langit ketujuh berada).

However, kebesaran Allah tidak terbatas. Dia yang menjadikan Jibril dapat berinteraksi dengan Nabi Muhammad SAW walau berbeda dimensi yang membuat Nabi Muhammad SAW berwujud cahaya dan JIbril berwujud manusia.

Lantas, apakah Jibril yang terbuat dari cahaya itu tidak ada yang menciptakan? Apakah Jibril muncul begitu saja tanpa ada yang membuatnya? Apakah Muhammad sebagai manusia muncul begitu saja dari tanah tanpa ada yang menciptakannya?

Agama (terutama Islam) tidak pernah bertentangan dengan ilmu pengetahuan, malah Islam sangat mendukung sains. Terbukti dengan hadis Rasulullah tentang gerhana bulan dan matahari bukanlah tanda kelahiran atau kematian, melainkan tanda kebesaran Allah (Abu Burdah dari Abu Musa r.a).

Teori Asal Mula Kehidupan yang Mendasari Ateisme

1. Abiogenesis
Teori ini menyatakan bahwa semua makhluk hidup berasal dari benda mati. Ilmuwan yang mencetuskan teori ini adalah Aristoteles (384-322 SM) diikuti oleh Antony Leuwenhoek yang mengikutinya pada tahun 1677.

Mereka berasumsi bahwa cacing berasal dari tanah, makhluk renik berasal dari jerami yang direndam, dan belatung berasal dari daging. 

Aristoteles hidup pada zaman sebelum agama samawi (berasal dari wahyu disebut juga agama langit) turun, jadi wajar dia mencari tahu dari mana asal muasal kehidupan.

2. Biogenesis
Biogenesis lahir untuk membantah teori abiogenesis dengan keyakinan bahwa makhluk hidup dihasilkan dari makhluk hidup lain melalui reproduksi, bukan dari benda mati. 
 
Ilmuwan yang berhasil membuktikan bahwa suatu kehidupan dapat terjadi karena adanya kehidupan lain yang telah ada sebelumnya adalah Francesco Redi, Spallanzani, dan Louis Pasteur. 

3. Cosmozoic atau Kosmozoan
Teori ini menyatakan bahwa asal mula makhluk hidup bumi berasal dari ”spora kehidupan” yang berasal dari luar angkasa. 
 
Keadaan planet di angkasa luar tidak memungkinkan kehidupan dapat bertahan. Pada akhirnya spora kehidupan itu sampai ke bumi. 
 
4. Evolusi Biokimia
Ilmuwan Alexander Oparin dari Rusia adalah orang yang mencetuskan teori ini bahwa asal mula kehidupan terjadi bersamaan dengan evolusi terbentuknya bumi beserta atmosfernya.
 
Selama jutaan tahun, senyawa dari atmosfer lantas menjadi organisme yang sekarang ini menghuni bumi.

5. Evolusi Kimia Urey-Miller
Tokoh miliuner futuris yang ada dalam novel Origin karya Dan Brown, Edmond Kirsch yang ateis, mengambil tabung percobaan milik Urey-Miller yang disimpan puluhan tahun dari sebuah universitas untuk menguatkan presentasinya.
 
Ilmuwan AS Harold Urey yang mendukung teori Alexander Oparin lantas membuat........pada 1893. Percobaan Urey itu kemudian diteruskan oleh mahasiswanya yang juga jadi ilmuwan bernama Stanley Miller.

Karena itulah percobaan mereka yang menyimulasikan keadaan bumi di masa lalu dan menguji terjadinya abiogenesis berasal dari reaksi zat kimia terkenal dengan nama Percobaan Urey-Miller.

 

Penyebab Seseorang Menjadi Ateis dan Agnostik

 
1. Kekecewaan
Seseorang yang kurang memahami ajaran agamanya cenderung menyalahkan agama dan Tuhan saat dirinya mengalami kegalauan hati, kesedihan, dan kemelut hidup.
 
Saat kemelut hidup terjadi padanya dan tidak ada sashabat-kerabat yang bisa melegakan hatinya, maka dia akan melampiaskan semuanya pada agama yang dianutnya. Dia kecewa ternyata agama yang dianutnya tidak membantunya. Tuhan  yang disembahnya ternyata tidak memberinya mukjizat atas segala yang menduka hatinya.
 
Penyanyi Shakira salah satunya. Dia menyatakan bahwa dia jadi agnostik karena pernah mengalami ketidakyakinan pada agama saat sedang terpuruk.

Karena kekecewaan yang dilampuaskan pada agama dan Tuhan itulah seseorang kemudian menjadi agnostik. Jika sudah benar-benar tidak percaya keberadaan Tuhan dan konsep surga-neraka, maka seseorang akan terdorong menjadi ateis.

2. Ketidaksesuaian Memahami Agama dengan Realita
Ajaran agamaku, kok, membolehkan poligami, aku sebagai wanita gak terima dipoligami. Enak banget jadi lelaki di Islam sedangkan wanita diarang begini dilarang begitu.

Pemahaman yang keliru seperti itu boleh jadi karena ikut pengajian ustaz yang salah atau terbiasa mengambil ilmu agama dari internet, bukan dari orang yang paham agama. Ajaran agama jadi ditafsirkan sendiri bukan dari tafsiran ulama ahli tafsir.
 
Karena melihat ajaran agamanya tidak sesuai dengan prinsip hidupnya, seseorang bisa saja pindah keyakinan ke agama yang lain. Jika dia tidak percaya terhadap ajaran agama mana pun karena dirasa tidak masuk akal, maka agnostiklah pilihannya.
 
Orang agnostik cenderung jadi ateis karena lama-lama dia pun tidak percaya bahwa Tuhan itu ada.

Kealpaan Kaum Ateis


Para ateis lupa bahwa semua benda mati dan zat yang dipakai pada teori asal mula kehidupan pun ada yang menciptakan. Seperti cacing yang dulu dianggap berasal dari tanah. Tanah itu ada yang menciptakan. 

Bagaimana mungkin sesuatu yang berlainan wujud seperti mikroorganisme dapat menurunkan atau "melahirkan" makhluk hidup lain yang wujudnya dan sifatnya berbeda

Lalu bagaimana wujud si pencipta itu? Kalau memang ada Tuhan sebagai yang maha mencipta, kenapa kita tidak bisa melihat-Nya?
 
Kita tidak bakalan bisa melihat Tuhan karena kita cuma makhluk yang diciptakan yang tidak mungkin melihat yang menciptanya. Analoginya sama seperti kalau kita membuat dunia dalam video game dengan beragam karakter. Tidak satu pun dari karakter itu dapat melihat kita sebagai seseorang yang menciptakan dunia game itu.

Gambarannya persis seperti yang ada di film Free Guy, kalau Anda ingin mengerti bagaimana makhluk tidak dapat melihat yang menciptanya.

Ateis dan Harry Potter

  
Tokoh Hermione di novel Harry Potter mengatakan kalau tidak ada keadaan yang berasal dari ketiadaan. Artinya, baik muggle (orang tanpa kemampuan sihir) maupun penyihir tidak dapat membuat ada suatu benda dari hal yang tidak ada.

Hermione bilang begitu waktu Ron Weasley memintanya menyulap supaya piring Ron terisi puding lagi. Padahal Harry Potter cuma fiksi dan tentang penyihir yang bagi umat Islam seperti bersekutu dengan jin dimana mengadakan puding mestinya mudah.

Semua makanan dan minuman di meja makan Aula Besar Hogwarts dimasak oleh peri rumah. Dibawa oleh para penyihir dari dapur langsung ke Aula Besar dengan sihir. Jadi, makanan itu tidak serta-merta ada begitu saja.

Percakapan Hermione dengan Ron Weasley itu tidak ada di Harry Potter versi film, melainkan versi novel yang berjudul The Chamber of Secret (Kamar Rahasia).

Dengan begitu kita jadi tahu bahwa JK Rowling bukanlah ateis. Memang bukan, malahan dia seorang kristiani yang religius.

Jasa Bangunin Sahur dan Ngingetin Buka Puasa yang Sebenarnya Gak Diperluin tapi Selalu Ada

Jasa Bangunin Sahur dan Ngingetin Buka Puasa yang Sebenarnya Gak Diperluin tapi Selalu Ada

I appreciate the effort to get profit, but never get why people need to be waking up for sahur and breakfasting while they have alarm on their phones already.

Do they live alone in the forest so they need someone else to remind them or what?

Ilustrasi jam weker dari learntimeonline.com

Lima belas tahun lalu jasa bangunin sahur dan ngingetin buka puasa mungkin dicari banyak orang. Sekarang kalau masih ada yang menawarkan jasa tersebut rasanya mau saya ketawain dalam hati karena semua orang sudah punya smartphone yang sudah ada alarmnya.

Walau begitu, bisa saja ada orang yang benar-benar butuh jasa mereka. Orang yang bucin (butuh cinta), misalnya. Saking kesepian sampai butuh ditelepon dan diingatkan sahur.

However, that business still does not make sense to me because the reasons below:

1. Suara pengeras masjid di Indonesia tidak pernah senyap


Apalagi di masjid yang pengurusnya orang NU, hampir selalu berisik karena semua kegiatan yang diadakan di masjid NU hampir pasti menggunakan pengeras suara luar. 

Walaupun di masjid non-NU lebih sepi, tapi mereka juga selalu mengingatkan sahur sejak pukul 03.00 yang diulang pada pukul 04.00. Sebelum heboh suara bising speaker masjid dari Menag Yaqut Cholil Qoumas, banyak masjid bahkan memutar murotal nonstop dari jam 03.00 sampai azan Subuh.

Sekarang masjid lebih sepi sejak dikeluarkannya edaran tentang penggunaan toa oleh Kemenag, tapi masjid pun pasti menggaungkan peringatan bila sudah masuk imsak. Setelah itu azan Subuh berkumandang seperti biasa.

Andaipun ada orang yang rumahnya jauh dari masjid, seperti di Bali atau Manado, misalnya, mereka bisa pakai telepon seluler (ponsel) pintar yang pasti sudah ada alarmnya.

2. Ponsel keluaran 2015 keatas sudah dilengkapi koneksi internet otomatis


Koneksi internet di ponsel terbaru sudah tidak perlu kita setting manual. Jadi, smartphone tanpa simcard tetap bisa menyesuaikan jam tempat mereka tinggal secara otomatis lewat jaringan internet. Ketepatan jam itu bisa digunakan untuk menyetel alarm supaya bangun sahur gak kesiangan.

Jangankan smartphone, ponsel jadul yang bunyinya masih monophonic dan polyphonic juga sudah dilengkapi alarm. Malahan bunyinya keras banget karena tidak ada penyetelan untuk suara lembut.

Kalaupun orang tidak punya ponsel jenis apapun karena sangat miskin. Jam biologis tubuhnya bisa menyesuaikan kapan harus bangun. Bila ingin bangun pagi, mereka akan tidur lebih cepat. Kalau tidak bisa tidur cepat karena harus lembur, mereka akan niat-seniat-niatnya harus bangun sahur.

Lagian orang miskin gak butuh jasa bangunin sahur, gak mampu bayarnya.

3. Tarif 


Paling mencengangkan buat saya, ada yang pasang tarif bangunin sahur dan ngingetin buka puasa seharga HP. 

HP keluaran lokal macam Advan, Evercoss, HiMax, dan Zyrex jadi kelihatan murah banget. Bahkan pula HP Tiongkok seperti Xiaomi, Realme, dan Oppo harganya masih jauh lebih murah dibanding tarif jasa bangunin sahur.

emperbaca.com/istimewa

Tahun 2021 lalu, Choirul Anam asal Kabupaten Magelang sempat viral karena terang-terangan membuat poster menawarkan jasa bangunin sahur. Dia tidak mematok tarif karena permintaan itu datang dari teman-temannya.

Selain menawarkan jasa bangunin sahur, Anam juga membuka jasa menemani makan malam dan diantar sampai rumah, khusus perempuan lajang.

Bisa disimpulkan, jasa bangunin sahur walau sebenarnya gak perlu, ternyata dibutuhkan orang-orang yang kesepian dan ingin merasa jadi orang penting karena dibangunkan waktu sahur.

***

Namanya orang cari duit, ya, apa aja bisa asal halal dan gak merugikan orang. Semoga sukses buat yang jualan jasa bangunin sahur dan ngingetin buka puasa.

Para Pendakwah yang Gagal Menampilkan Islam Rahmatan Lil Alamin

Para Pendakwah yang Gagal Menampilkan Islam Rahmatan Lil Alamin

Jumlah penganut Islam di Indonesia, berdasarkan indonesia.go.id, ada sekitar 207 juta penduduk atau 87,2% dari total penduduk Indonesia pada 2020. Dengan penganut sebanyak itu, Indonesia jadi tempat bagi 13% keseluruhan muslim (penganut agama Islam) dunia.

However, dengan jumlah sebesar itu apa lantas orang Islam di Indonesia bangga? Apa yang dibanggakan? Menguasai total muslim seluruh dunia, jadi agama yang damai, atau agama yang paling benar?

Paham agnostik dan ateis tidak dikenal di Indonesia. Di Nusantara lebih dikenal istilah Islam KTP untuk menggambarkan orang yang mengakui Islam sebagai agamanya (di KTP), tapi -selain merayakan Idul Fitri dan Idul Adha, tidak pernah menjalankan ibadah dan ajaran Islam. 

Akan tetapi, melihat jumlah agnostik dan ateis di Asia Timur dan negara-negara Barat terus bertambah dari tahun ke tahun, bukan hal yang mustahil orang yang Islam KTP berubah jadi agnostik, bahkan ateis.

Yuk Baca: Negara Berpenduduk Ateis Terbanyak di Dunia

Apa gak berlebihan menganggap muslim di negara mayoritas Islam terbesar di dunia bisa jadi agnostik dan ateis cuma gara-gara negara tetangga di Asia Timur banyak yang agnostik dan ateis??

Tidak berlebihan bila cara dakwah dai di Indonesia sering menjadikan wanita dan anak-anak sebagai subjek diatas laki-laki.

Muslim yang percaya pada otoritas laki-laki dan kemurnian agama, akan menelan mentah-mentah doktrin itu dan terbawa radikalisme. 

Sementara muslim yang apatis karena sangat sering menerima doktrin keliru yang bertentangan dengan akal sehat mereka, memilih jalan "gelap" dengan menjadi Islam KTP. Sebagian lagi mungkin pindah agama (murtad) atau jadi agnostik dan ateis di luar negeri.

Kok, jauh amat mikirnya sampe kesitu? 

Pertama, Islam radikal yang seperti Wahabi, Taliban, dan ISIS sudah menyusup ke kampus-kampus, masjid-masjid, kantor pemerintahan, bahkan TNI dan Polri.

Kedua, pendakwah yang menggambarkan Islam secara tidak tepat jumlahnya makin banyak daripada Islam yang mengutamakan keseimbangan habluminnallah dan habluminannas.

Ketiga, mereka yang tidak ikut Islam radikal dan Islam nusantara merasa terjebak lalu hilang keyakinan terhadap agama mereka sendiri. Mereka jadi apatis, lalu berkumpul dengan kaum hedonis, kemudian jadi agnostik dan ateis.

Poligami

Poligami tidak dilarang dalam Islam, tapi syaratnya sungguh berat dan hampir tidak bisa dipenuhi manusia kecuali nabi dan rasul.

Celakanya, ada orang yang menjual agama demi meraup untung dengan jadi mentor poligami. 

Belum lagi dalam banyak kesempatan, para pendakwah yang disebut ustaz dan ustazah lebih sering membela laki-laki yang poligami. Salah satu yang salah kaprah yang mereka tebarkan adalah, istri yang dipoligami akan masuk surga karena ridho Allah ada pada suami.

Padahal Allah meridhoi suami yang tidak menyakiti istrinya. Bila istri tidak terima dipoligami, bagaimana ridho Allah ada pada suami?!

Ulama dan kyai besar seperti Buya Hamka, Ahmad Dahlan, Hasyim Asy'ari, Gus Dur, dan Idham Chalid tidak pernah poligami. Buya Hamka bahkan mengatakan bahwa monogami lebih terpuji dan menenangkan.

Satu kasus paling menarik adalah kepindahan Trie Utami dari Islam ke Buddha karena tidak mau dipoligami oleh Andi Analta Baso Amir. Tri Utami dikabarkan mandul. Suaminya menikah lagi karena ingin punya keturunan. Islam memang membolehkan suami nikah lagi, terlebih kalau istri tidak bisa punya anak.

Mungkin saja Trie Utami bisa "diselamatkan" dari kemurtadan bila dia menemukan pendakwah yang tidak pro-poligami. 

Bila para pendakwah/dai lebih banyak ceramah tentang beratnya poligami dan lebih mendukung istri, mungkin Trie Utami tidak akan murtad meski dia tetap bercerai dari suaminya. 

Kekerasan Terhadap Istri

Pendakwah Oki Setiana Dewi pernah mengatakan dalam ceramahnya mengatakan, jika suami menampar istri, itu adalah aib rumah tangga yang tidak boleh diceritakan ke orang lain, termasuk orang tua. 

Aib yang harus ditutupi bukan yang seperti itu. Contoh aib yang harus ditutupi, misal suami dipecat dari pekerjaannya, maka istri gak boleh mengeluh kemana-mana. Islam membolehkan suami memukul istri, tapi dengan cara yang sangat tidak menyakitkan seperti Nabi Ayyub. 

Istri Nabi Ayyub pergi ke pasar untuk menjual rambutnya demi membeli makanan. Nabi Ayyub marah karena istrinya lalai menaati perintahnya. Nabi Ayyub kemudian berjanji akan memukul istrinya bila dia sembuh.

Setelah sembuh, Nabi Ayyub memukul istrinya dengan seikat rumput. Menghukum dengan segenggam rumput tentu tidak menyakitkan. Ada versi yang mengatakan bahwa istrinya dipukul dengan 100 batang lidi yang diikat jadi satu lalu dipukulkan ke tubuh istrinya.

Saya lebih percaya versi seikat rumput daripada lidi. Nabi adalah orang yang menerima wahyu dari Allah SWT untuk dirinya sendiri dan keteladanannya dapat dijadikan contoh oleh manusia lain. Apakah logis Nabi mengajarkan kekerasan? 

Apalagi redaksi soal rumput dan lidi diambil dari bahasa Arab yang bisa saja menimbulkan penafsiran berbeda-beda.

Kemudian, kisah suami yang menampar istrinya itu Oki contohkan dari Jeddah, Arab Saudi, dimana kebahagiaan rumah tangga disana jauh dari ideal karena dipengaruhi ulama konservatif wahabi. 

Sebelum Arab Saudi melakukan reformasi, kehidupan perempuan amat terkekang. Jangankan menyetir mobil, sekedar keluar rumah tanpa ditemani mahramnya saja dilarang keras, apalagi bekerja kantoran. Siaran radio saja amat sangat dibatasi dan diawasi ketat oleh para ulama Wahabi.

Orang tua Durhaka

Selama ini lebih banyak pendakwah yang menyuruh kita untuk jadi anak salih dan salihah, tidak peduli seberapa buruk orang tua memperlakukan kita.

Tidak banyak pendakwah yang menyebut bahwa orang tua juga bisa durhaka bila mereka memperlakukan anak seenaknya, terutama kesehatan mentalnya.

Salah satu sahabat Rasulullah Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan, "Didiklah anakmu sesuai zamannya karena mereka bukan hidup di zamanmu." Kalau pada zaman dulu kita harus tunduk semua perkataan orang tua sebagai bagian dari mental terjajah, kini tidak lagi.

Anak-anak harus dibesarkan dalam keadaan nyaman yang penuh kasih sayang dan keterbukaan, bukan dengan dipaksa, dimarahi, dan dihukum seperti zaman penjajahan.

Rasulullah juga sangat banyak memberi contoh bagaimana memperlakukan anak-anak. Saat beliau dikencingi balita yang digendongnya, dia malah menegur ibu sang balita karena memarahi si balita. Rasulullah berkata bahwa najis kencing bisa hilang, tapi kemarahan itu akan diingat si anak selamanya. Artinya, kemarahan ibu akan mempengaruhi kesehatan mental si anak kelak.

Pentingnya para pendakwah mengingatkan orang tua tentang kedurhakaan bisa jadi mengurangi penelantaran anak, secara fisik dan mental. Jadi, bukan cuma anak saja yang durhaka kepada orang tua. Orang tua amat mungkin lebih banyak durhakanya kepada anak.

Siksa Kubur, Surga, dan Neraka

"Aku melihat ke dalam surga, maka kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka, maka kebanyakan penduduknya adalah wanita." (HR Bukhari dan Muslim).

"Nurut sama orang tua. Kalo gak nurut masuk neraka lo!"

"Nurut sama suami, jangan buka aib rumah tangga curhat sana-sini, ntar masuk neraka, lho!"

Sungguh apes nasib wanita bila para pendakwahnya terus-menerus menggaungkan wanita harus taat kepada orang tua dan suaminya, walaupun sumber dosa bukan pada si wanita.

Allah punya sifat maha pengasih lagi maha penyayang. Allah tidak akan menjebloskan wanita ke neraka kalau ternyata suaminya yang kurang memberi uang. Suami hanya memberi Rp350.000 per bulan, padahal kebutuhan makan rumah tangganya sampai satu juta karena suami tidak mau tiap hari cuma makan sayuran seperti kambing.

Si istri jadi berutang kesana-kemari untuk menutup biaya makan. Ketika suami tahu istrinya banyak utang, diceraikanlah istrinya itu dengan alasan boros.

Bukan wanita seperti itu yang masuk neraka, tapi suami yang celaka.

***

Jadi, para pendakwah yang budiman, jangan ceramah yang itu-itu melulu. Soal haram-halal, bid'ah, durhaka, surga, neraka, siksa kubur, dan lain-lain yang membuat Islam seolah menakutkan, bahkan bagi pemeluknya.

Bukalah wajah Islam sebenarnya yang damai, merangkul semua makhluk, mendukung teknologi dan ilmu pengetahuan, dan memperlakukan semua manusia laki-laki, perempuan, anak-anak, dan lansia secara setara dan adil. Islam rahmatan lil alamin.

Satu hal lagi. Ada riwayat hadis yang mengatakan bahwa Rasulullah pernah mengatakan umatnya akan terpecah jadi 73 golongan. Bisa saja walau masih mengakui Allah SWT sebagai Tuhan, Muhammad sebagai Rasulullah, dan Kabah sebagai kiblat, mereka terpecah karena masalah kemanusiaan yang saling mengkafirkan, memusyrikkan, dan membid'ahkan.

Ramadan (Bukan) Bulan Pesta Pora

Ramadan (Bukan) Bulan Pesta Pora

Akal dan logika mengatakan bahwa selama Ramadan harusnya kita bisa berhemat karena selama sebulan kita puasa. Tidak makan di siang hari yang harusnya menghemat uang untuk makan siang. Pun Islam menyuruh kita puasa agar rendah hati dan menumbuhkan empati pada orang miskin yang tidak mampu makan tiga kali sehari.

Namun, yang terjadi sebaliknya. Alih-alih menumbuhkan empati dan mengasah kerendah-hatian, kita malah memborong bahan pangan selama Ramadan. Alasannya, supaya anak semangat puasa. Maka diboronglah sirup, susu, sari kelapa, dan kue-kue.

Alasannya, untuk menjaga vitalitas tubuh supaya tetap bugar saat bekerja sambil puasa. Maka diboronglah buah, aneka vitamin, dan suplemen makanan.

Belum lagi aneka makanan dan kue khas yang hanya dibuat dan dijual di bulan Ramadan, membuat air liur terbit dan akhirnya kita beli tiap hari. 


Jangan heran bila dompet kita malah jebol selama puasa. Alih-alih menyesapi esensi puasa, kita malah pesta pora.

Bulan Pesta Pora

Kok Ramadan dibilang pesta pora, sih? Itu menista agama!! Tahan, jangan marah dulu.

Puasa adalah bulan dimana kita harusnya menahan segala nafsu, termasuk nafsu makan. tapi kenapa kita malah beli banyak makanan untuk stok puasa?  

"Itu membantu ekonomi umat! Betul, tapi kita bisa beli dagangan mereka tiap hari, kan? Bukan cuma saat Ramadan?

"Mereka jualan cuma pas puasa aja, hari lainnya mereka jadi kuli bangunan." Kalau begitu di hari lain, kita bantu kasih mereka makan supaya kuat bekerja seharian selama jadi kuli. 

"Sambil nunggu Maghrib enaknya jalan-jalan sambil liat-liat, siapa tahu ada makanan enak buat buka puasa." Berarti fix, ya, karena lapar mata, bukan karena kebutuhan.

Pun, munculnya banyak pedagang karena hukum suppy and demand (pasokan dan permintaan). Mereka jualan karena yakin bakal diborong oleh orang yang puasa. Pedagang takjil tidak akan jualan kalau tidak ada yang beli.

Jangan sampai keberkahan puasa lenyap karena kita menuruti nafsu memborong sesuatu yang sebenarnya kita tidak butuhkan. Lain soal bila kita orang kaya. Tiap hari borong pun gak masalah karena duitnya memang ada. Setelah borong jangan dimakan sendiri. Bagi-bagikan ke panti asuhan, panti wreda, dan orang-orang miskin di lingkungan rumah.

Ramadan Momentum Berhemat


Kita telah memperlakukan bulan Ramadan sebagai bulan pesta pora dan pesta identik dengan pemborosan, Makanya pengeluaran kita jadi lebih boros saat bulan puasa.

Cara berhemat saar puasa bila kamu masih ingin punya uang ekstra saat Lebaran 

  • Beli takjil secukupnya. Beli hanya yang benar-benar kita ingin coba atau yang hanya yang kita suka.
  • Tidak keluar rumah saat sedang tongpes (kantong kempes/bokek). Ini untuk menghindari kita lapar mata lantas berutang.
  • Masak menu makanan seperti hari biasa.
  • Tidak perlu sering buka puasa bersama (bukber). 
  • Beli kebutuhan pokok sama seperti diluar bulan-bulan puasa.
  • Perbanyak mengaji dan ibadah sunah lain supaya terhindar dari keinginan beli ini-itu diluar kebutuhan.
Tidak perlu minder dan gengsi hanya karena di meja makan tidak ada menu spesial Ramadan. Ramadan akan afdol justru bila kita memahami esensi puasa dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Nyadran Bukan Makan Di Kuburan

Nyadran Bukan Makan Di Kuburan

Orang non-suku Jawa yang melihat nyadran sekilas akan beranggapan kalau orang-orang itu sedang melakukan ritual bid'ah yang diakhiri dengan makan bersama di kuburan.

Orang Jawa biasa menggelar acara nyadran setahun sekali. Nyadran dilakukan setiap bulan Ruwah pada kalender Jawa atau Syaban pada kalender Islam, menjelang bulan Ramadan. 

Diyakini, dalam menyambut bulan suci, lahiriah dan batiniah yang kotor pada manusia sebaiknya dibersihkan. Kuburan sebagai tempat peristirahatan terakhir manusia, perlu dibersihkan supaya manusia selalu ingat pada kematian dan kemudian mengisi hidupnya dengan perbuatan baik.

Nyadran memang bukan ajaran Islam. Sunan Kalijaga mengganti ritual Hindu dengan pembacaan ayat suci Al-Quran, tahlil, zikir, dan doa-doa. Menghilangkan apa yang sudah jadi tradisi dan kebiasaan masyarakat dengan alasan bid'ah hanya akan membuat penduduk Jawa (pada masa lampau) menjauhi syiar Islam.

Itulah sebab Sunan Kalijaga banyak melakukan asimilasi ajaran Islam dengan tradisi masyarakat Jawa yang sudah ada sejak tahun 358 Masehi. Kalau tidak begitu, Islam tidak bakalan jadi agama mayoritas di Indonesia seperti sekarang.

Makan di kuburan

Sejatinya, nyadran bukan makan-makan atau kenduri di kuburan. Orang-orang Jawa pada bulan Syaban biasanya membersihkan kuburan-kuburan orangtua dan saudara-saudara mereka untuk mengingat bahwa kelak mereka juga akan mati dikubur dalam tanah. 
Foto : antaranews.com

Bersih-bersih kuburan kurang lengkap tanpa mendoakan arwah orang yang kuburnya mereka bersihkan. 

Dua hal ini tidak bertentangan dengan ajaran Islam yang membolehkan ziarah kubur. Setelah energi terkuras untuk bersih-bersih maka mereka menyantap bekal/hidangan yang mereka bawa, untuk dimakan bersama.
.
Bersih-bersih kuburan akan terasa berat kalau dilakukan sendirian, apalagi zaman dulu kuburan identik dengan kesan seram dengan pepohonan besar dimana-mana. Jika dilakukan beramai-ramai akan menghilangkan kesan seram sekaligus menjaga kebersamaan dan kerukunan antar warga kampung. 

Di beberapa kampung di daerah yang masih mengadakan nyadran, doa-doa tidak lagi dilakukan di pemakaman, melainkan di masjid. Setelah mendengar tausyiah dan mengumandangkan doa-doa, mereka makan bersama. Bersih-bersih kuburan dilakukan sebelum atau sesudah berdoa di masjid. 

Jadi nyadran bukan makan bersama di kuburan. Filosofi dibalik nyadranlah yang utama. Makan-makan hanya kegiatan wajar setelah lelah beraktivitas. Jika lokasi makannya di kuburan itu karena sebelumnya ada aktivitas  membersihkan kuburan. Kalau kita selepas kerja bakti membersihkan got dan selokan, makan-makannya juga di sekitaran selokan itu, kan, bukan di rumah masing-masing, kan?

Mendoakan arwah keluarga, kebersamaan, silaturahmi, kerukunan warga kampung, dan pengingat kematian. Itulah filosofi nyadran.

Saya pribadi berpendapat ini tidak bertentangan dengan syariat Islam. Kalau bertentangan tentu Walisongo, terutama Sunan Kalijaga, tidak akan mengasimilasikan kebudayaan itu dengan Islam. Sunan Kalijaga mengganti ritual Hindu dengan doa-doa Islam supaya ajaran Islam bisa diterima masyarakat tanpa melanggar ajaran Islam itu sendiri.

Ziarah kubur dan mendoakan arwah dibolehkan dalam Islam, apalagi silaturahmi wajib hukumnya.

Jadi selama satu kebudayaan tidak bertentangan dengan ajaran Islam, tidak haram, dan tidak memaksakan diri, tidak apa-apa dilakukan.