Alasan Kita Ngerti Bahasa Inggris tapi Gak Bisa Ngomongnya

Alasan Kita Ngerti Bahasa Inggris tapi Gak Bisa Ngomongnya

Banyak dari kita yang mengerti bila ada orang bicara bahasa Inggris, tapi begitu mau ngomong lidah rasanya kaku dan kelu. Kenapa bisa begitu, ya? Kenapa kita paham mendengar, tapi gak bisa ngomongnya?

Penyebab utamanya tentu dari kita sendiri. Sebab kedua biasanya datang dari orang terdekat, misal teman dan keluarga. Lima hal di bawah ini bisa jadi sebab lain yang membuat kita ngerti bahasa Inggris tapi gak bisa ngomongnya.

1. Kuatir Salah

 

Sebelum ngomong biasanya kita kuatir duluan. Kuatir salah pengucapan (pronounciation), salah kata (vocabulary), salah konteks, dan kekuatiran lain yang akhirnya bikin kita gak percaya diri untuk ngomong Inggris.

Yakinkan diri bahwa kita mau ngomong Inggris untuk belajar, bukan gegayaan atau berlagak keminggris. Dengan begitu kita jadi termotivasi dan kekhawatiran itu pun jadi berkurang bahkan menghilang.

2. Kebanyakan Mikirin Grammar

 

Kalau kita ngerti bahasa Inggris tapi gak bisa ngomongnya kemungkinan besar kita sudah tahu tentang grammar (tata bahasa).

Namun, justru karena kita tahu grammar jadinya malah kebanyakan mikirin grammar. Kita tahu seperti apa simple present tense, pasti kita mikir kalimat yang mau diomongkan sudah betul atau belum sesuai simple present tense.

Begitu juga dengan, misal, past tense, sudah betul belum, ya, dengan strukturnya. Kebanyakan mikirin grammar lama-lama kita malah gak jadi ngomong karena bingung sendiri.

3. Sibuk Mengartikan Terjemahan Kata

 

Sebelum ngomong kita biasanya mengingat-ingat dulu arti kata bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Untuk bicara satu kalimat dengan lima kata, berarti ada lima kata yang harus kita terjemahkan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris.

Sibuk mengartikan satu-satu kata per kata bahasa Indonesia ke bahasa Inggris bikin waktu kita habis dan malah gak jadi ngomong Inggris.

4. Gak Punya Teman Latihan

 

Ini yang paling sering terjadi pada banyak orang. Mau lancar bahasa Inggris, tapi gak punya teman buat latihan. 

Mau latihan sendiri rasanya aneh dan malu andai dilihat orang kita sedang ngomong sendirian. Alhasil kita jadi gak pernah latihan ngomong Inggris dan cuma mengerti percakapan orang lain saja.

5. Sering Diolok

 

Teman dan keluarga kadang jadi pihak yang paling sering mengolok atau mengejek saat kita sedang latihan ngomong Inggris.

Akhirnya kita jadi patah semangat, malu, dan tidak lagi mencoba latihan bicara Inggris. Kalau ini yang terjadi, tidak ada salahnya mengajak teman atau keluarga itu untuk sama-sama belajar bicara Inggris. 

Siapa tahu mengolok mengolok karena iri dan ingin juga bicara Inggris, tapi tidak tahu caranya.

Beritahu mereka alasan kita ingin lancar bicara Inggris. Apakah untuk liburan ke luar negeri, bekerja di negara asing, atau ingin mengasah kemampuan berbahasa asing selain bahasa daerah dan bahasa Indonesia.

Rata-rata orang Indonesia sekarang menguasai tiga bahasa sekaligus, yaitu bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa Inggris. Jadi katakan pada yang mengolok kalau tidak ada salahnya kita latihan bicara Inggris.

Cara Latihan Ngomong Inggris

 

Kalau kita sudah ngerti bahasa Inggris, minimal ngerti apa yang diomongin di YouTube Short tanpa subtitle, berarti modal kita sudah sangat bagus, tinggal lancarin aja ngomongnya.

Paling utama harus kita lakukan adalah memaksa diri untuk tidak memedulikan ejekan orang. Biarkan saja mereka bilang kita Inggrisnya medok Jawa banget. Biar saja orang bilang kita ngomongnya kaku patah-patah. Biarin, namanya juga belajar.

Bahasa Inggris bukan bahasa utama kita, jadi wajar kalau saat bicara logat daerah kita terbawa. Itu dialami semua orang di dunia yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris.

Setelah itu latihan mengucapkan kalimat percakapan singkat berulang kali sampai lidah terasa fasih dan tidak kaku lagi. Misal, "How you doing?" atau, "What is it?" bisa juga sekadar mengucapkan selamat pagi, sore, atau malam seperti, "Good morning!" kepada orangtua, adik, kakak, atau teman.

Saat sedang menonton film berbahasa Inggris cobalah mengulang kalimat yang diucapkan pemerannya. Pause dulu filmnya lalu ulangi kalimat yang diucapkannya sampai logat kita sudah mirip dengan logat si pemeran film.

Latihan Menulis Bahasa Inggris

 

Sering-seringnya menulis dengan bahasa Inggris saat kita posting di media sosial, status Whatsapp, atau saat chatting dengan teman dan saudara. Gak usah kuatir dibilang sok keminggris, niatkan hati untuk belajar bukan sok-sokan.

Kalau ada orang yang membetulkan kalimat dipostingan atau chat kita, berterima kasihlah dan tidak perlu tersinggung.

Perbanyak latihan menulis bahasa Inggris dengan kata dan kalimat baku, misal "I want to eat" alih-alih 'I wanna eat'. 

Kalau perlu nyalakan fitur autocorrect bahasa Inggris di setelan keyboard ponsel kita. Autocorrect akan otomatis membetulkan andai kita salah mengetik suatu kata.

Rajin Buka Kamus dan Ensiklopedia Bahasa Inggris

 

Kamus sekarang tidak perlu beli, cukup ketik kata yang ingin kita tahu artinya di Google, tidak sampai sedetik langsung muncul terjemahannya.

Kita juga perlu baca ensiklopedia. Kalau tidak ada ensiklopedia atau malas mencarinya, kita bisa ketikkan satu kata bahasa Inggris di Google, nanti Google akan menampilkan arti dari kata itu (bukan terjemahannya). Sumbernya bisa dari kamus/ensiklopedia Oxford Dictionary, Merriem-Webster, Britannica, atau bahkan Wikipedia.

Dengan begitu wawasan kita terhadap kosakata bahasa Inggris makin bertambah. Hal itu bisa mendongkrak kepercayaan diri untuk bicara bahasa Inggris, bukan cuma ngerti terjemahannya saja.

Related: Banyak Baca Banyak Tahu Tidak Baca Sok Tahu

Remember, practice makes perfect. Makin sering kita latihan makin lancar kita ngomong Inggris. Hal sama berlaku kalau kita mempelajari bahasa lain, misal bahasa Jawa, Sunda, Prancis, dan bahasa lain.

Beda Keluarga, Saudara, dan Kerabat

Beda Keluarga, Saudara, dan Kerabat

Secara kata, keluarga, saudara, dan kerabat punya arti yang serupa dan maknanya sering disamakan. 

Memang tidak salah, hanya saja kita mungkin perlu membedakan apakah harus menyebut seseorang dengan keluarga, saudara, atau kerabat untuk memudahkan pengenalan terhadap garis keturunan atau kekerabatan.

Keluarga dibagi jadi empat, yaitu keluarga inti, keluarga besar, keluarga bilateral, dan keluarga kerajaan. Keluarga kerajaan?!

Keluarga


1. Keluarga inti (batih), yaitu anak dan suami/istri atau orang yang satu rumah dengan kita meski tidak ada hubungan darah atau hubungan perkawinan.

Bisa dibilang pekerja rumah tangga (PRT) dan supir yang tinggal serumah dengan kita adalah keluarga. Keluarga inti yang hanya terdiri dari ibu, bapak, dan anak-anak disebut juga dengan keluarga elementer.

2. Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan ipar, mertua, keponakan, dan menantu.

Kita dengan orang tua, anak, ipar, mertua, dan menantu adalah keluarga besar. Namun, kalau ditambah adiknya ipar, orangtuanya ipar, dan sepupunya ipar, itu namanya keluarga bilateral, bukan lagi keluarga besar.

3. Keluarga bilateral adalah seluruh keluarga dari pihak ibu dan bapak kita. Termasuk dalam keluarga bilateral adalah anak dari sepupu orang tua dan anak dari sepupu kita.

4. Keluarga kerajaan, yaitu seluruh keluarga raja atau ratu yang sedang memerintah. Keluarga kerajaan tidak ada di Indonesia, biasanya ada di Eropa yang masih menganut sistem kerajaan seperti Inggris, Belanda, Belgia, Spanyol, dan Swedia. 

Keraton atau kesultanan yang ada di Yogya, Solo, Banten, Gorontalo dan lainnya lebih familiar disebut keluarga keraton karena Indonesia negara kesatuan berbentuk republik yang tidak menganut sistem monarki parlementer.

Saudara

 

Arti dan makna saudara juga ada beberapa, kita bisa menggunakan kata 'saudara' sesuai konteks dan kepentingan.

1. Saudara kandung. Selain bisa menyebut adik dan kakak kita dengan keluarga inti, kita juga bisa menyebut mereka dengan saudara kandung.

Saudara kandung adalah kakak atau adik yang beribu dan berbapak sama dengan kita.

2. Saudara sedarah. Saudara sedarah belum tentu jadi saudara kandung karena bisa saja mereka satu ayah, tapi beda ibu, atau punya ibu yang sama, tapi ayahnya beda.

3. Saudara segolongan, sepaham, dan seagama. Orang yang tidak berhubungan darah dan bertalian pernikahan juga bisa disebut saudara. 

Merekalah yang kita sebut saudara segolongan, sepaham, dan seagama. Itulah kenapa kita sering menyebut mereka dengan sebutan saudara seiman, saudara sebangsa setanah air, bahkan saudara senasib sepenanggungan.

Kata 'saudara' juga biasa dipakai generasi sebelum tahun 1990 sebagai kata ganti 'anda' dalam berbagai konteks. Generasi jaman dulu sering memanggil rekan sejawat atau rekan akrab dengan sebutan 'saudara'  untuk menunjukkan bahwa mereka sepemahaman.

Sekarang yang masih menggunakan kata 'saudara' untuk menggantikan kata 'anda' adalah para hakim, pengacara, jaksa, polisi, atau mereka yang berkepentingan di bidang hukum dan peradilan.

4. Saudara sepupu. Sepupu adalah anak dari kakak/adik ibu dan bapak kita. 

Banyak dari kita yang akrab dengan sepupu karena sekolah bareng, nongkrong bareng, jalan bareng, atau karena sering main bareng.

Meski pertalian darah sepupu dekat dengan kita karena orangtua kita dan mereka adik-kakak, sepupu bukanlah mahram jadi boleh dinikahi.

Pada sepupu (yang betul-betul sepupu) karena orangtua kita beradik-kakak dengan orangtua mereka, lebih baik menyebutnya langsung dengan 'sepupu' atau misan, bukan 'saudara sepupu'.

Kerabat

 

Semua saudara adalah kerabat, tapi tidak semua kerabat adalah saudara. Makanya meski di KBBI arti kerabat mirip dengan saudara, bedanya kalau kerabat tidak ada hubungan darah, tapi karena perkawinan.

Kerabat tidak ada hubungan darah hubungan darah, tapi jalinan kekeluargaan terjadi dari pernikahan. Misalnya kita punya adik ibu namanya Tante Sinta. Tante Sinta menikah dengan Om Iwan. Kakak dan adik Om Iwan bukan saudara kita, tapi mereka jadi berkerabat dengan kita karena pernikahan Om Iwan dengan Tante Sinta.

Sama juga kalau kakak dan adik kita menikah. Misal Kak Santi kakak kita menikah dengan Bang Saleh. Kakak dan adik Bang Saleh jadi kerabat kita karena pernikahan kakak kita dengan kakak mereka.

Sesama kerabat bisa saling akrab melebihi saudara kalau mereka sefrekuensi. Kalau mereka sudah akrab biasanya saling menyebut sesama dengan sebutan saudara, bukan lagi kerabat.

***

Boleh saja kita menyamakan semuanya dengan sebutan saudara atau keluarga. Penyebutan berdasarkan hubungan darah dan tali perkawinan hanya untuk memudahkan kita mengenali mereka mana yang yang keluarga, saudara, atau kerabat.

Pemisahan sebutan ini juga bermanfaat kalau anak atau cucu kita bertanya, "Paklik Dul itu saudara dari siapa, Pak?" atau "Mas Fandi itu siapanya Ibu?"

Jadi untuk mempermudah menyebut anggota keluarga dan asal-usul hubungannya dengan kita, kita bagi jadi tiga sebutan yaitu keluarga, saudara, dan kerabat.

Ngeblog: Masih Relevan tapi Sudah Ditinggalkan

Ngeblog: Masih Relevan tapi Sudah Ditinggalkan

Beberapa waktu lalu blog publik Kompasiana menggelar kopi darat dan diskusi bertema Is Blogging Still Relevant?

Saya akan katakan, yes, it is always still relevant as long as internet exist. Para blogger akan terus menulis untuk blognya. Para penjual theme dan pemberi tips ngeblog juga terus ada. Masalahnya bukan blogging still relevant or not, tapi masih adakah yang baca blog?

Apa Itu Blog

 

Blogger (narablog) disematkan kepada mereka yang mengelola blog yang di-hosting para penyedia weblog seperti Blogger, Wordpress, Wix, Webly, atau Tumblr.

Ada yang mengkomersialkan blognya dengan memasang Adsense, Adsterra dll. Kalau ada yang mengklik iklan di blog, si narablog akan dapat duit. Ada juga yang bikin blog cuma untuk curhat. Membuat blog untuk curhat ini sesuai dengan makna di KBBI.

KBBI mengartikan blog sebagai catatan harian atau jurnal pribadi di internet yang dapat diakses oleh siapa saja.

Blog Raditya Dika yaitu Kambing Jantan yang populer di masa 1990-an isinya cuma seputar dunia sehari-harinya tentang aktivitas sekolahnya, kegiatan keluarga, dan kekonyolan teman-temannya.

Sekarang Raditya Dika masih eksis sebagai komika (pelawak tunggal), influencer medsos, dan aktor.

Sementara itu Rebecca Blood di bukunya Weblogs: A History and Perspective yang terbit tahun 2000 mengatakan blog adalah jenis situs web atau jurnal daring tempat individu atau kelompok secara teratur mengeposkan konten tentang berbagai topik. Posting ini biasanya ditampilkan dalam urutan kronologis terbalik, dengan entri terbaru muncul pertama.

Jaman Video

 

Sebelum munculnya medsos video seperti TikTok, Instagram Reels, atau YouTube Short, minat baca orang kita sudah lemah. Orang yang suka baca dianggap kuper karena dianggap tidak mengenal dunia luar.

Pembaca blog juga sama. Cuma mereka yang tertarik membaca saja yang rajin buka blog. Kelompok lain yang rajin baca blog adalah sesama blogger yang tergabung dalam komunitas.

Sayangnya, komunitas para blogger ini juga sekarang menghilang tergerus zaman. Misalnya Kumpulan Emak Blogger. Sejak 2012 sampai sekarang komunitas ini masih ada, tapi aktivitas yang berhubungan dengan blogging sudah sedikit. Para anggotanya pun sudah amat jarang blogwalking saling mengunjungi blog anggota.

Blogwalking adalah kegiatan blogger yang mengunjungi blog lain untuk membaca dan memberi komentar di artikel. Sebelum jaman video muncul, blogwalking termasuk kegiatan wajib para narablog untuk saling berkunjung.

Tiap blogger mendambakan blognya dikunjungi dan artikelnya dibaca karena bisa menaikkan domain authority (DA). Domain authority jadi salah satu syarat untuk ikut blog competition atau lomba menulis yang mensyaratkan domain authority minimal 15.

Banyak narablog sudah beralih jadi content creator. Mereka tidak lagi menulis meski masih rutin membayar domain untuk mempertahankan blognya tetap eksis.

Alasan utama mereka pindah haluan karena zaman berubah. Kalau dulu saja orang Indonesia sudah malas baca, apalagi sekarang. Orang lebih suka nonton video pendek daripada membaca artikel. Maka blogger pun lebih suka bikin video di TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts daripada menulis.

Jadi bisa dibilang kegiatan ngeblog masih relevan, tapi sudah ditinggalkan. Sangat sedikit blog baru yang muncul di Indonesia. Kalaupun ada, orang cuma iseng bikin saja lalu tidak diapa-apakan.

Pembaca Blog


Menurut Master Blogging ada 600 juta blog di internet. Setiap harinya juga ada 5,6 miliar pencarian di Google dan 94% dari pencarian itu mengarah ke blog. Itu berarti blog masih relevan dan dibaca karena memberi informasi yang tidak disajikan media berita.

Di Indonesia pembaca blog juga masih banyak. Terbukti dari masih banyaknya blog yang dapat traffic dari Google dan menghasilkan AdSense jutaan ke kantong blogger. Para blogger juga masih dapat job menulis untuk perusahaan atau brand.

Related: Cara Blog Umur Sebulan Diterima AdSense

Sayangnya data dari blog readership statistic menemukan kalau yang masih membaca blog adalah mereka yang berusia 41-60 tahun. Inilah juga yang jadi alasan hanya blogger lawas yang mengelola blognya sejak belasan tahun lalu.

Gen Z (kelahiran tahun 1997-2010) memilih jadi content creator yang membuat video pendek berdurasi 15-30 detik. 

Namun, itu adalah data global. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2024 mencapai 221.563.479 orang. Jumlah itu sangat logis karena penduduk Indonesia saja ada 280 juta orang.

Membuka WhatsApp, scrolling TikTok, posting Instagram Feed, atau nonton YouTube butuh internet yang diakses pakai kuota data di ponsel. 

Jadi menurut saya meski banyak orang yang menggunakan internet, mereka menggunakannya untuk mengakses medsos, bukan membuat atau membaca blog. Jadi selama masih ada internet ngeblog masih relevan, tapi sudah ditinggalkan.

Ngeblog dan Nulis


Perubahan zaman membuat anak muda tidak tertarik menulis apalagi bikin blog. Kalaupun ada anak muda yang tertarik menulis, mereka memilih blog publik daripada punya blog sendiri. 

Menulis di blog publik lebih simpel dan jaminan dapat pembaca dari sesama anggota. Ada blog publik bahkan memberi insentif bagi anggota yang telah mencapai syarat tertentu. Bandingkan dengan mengelola blog sendiri yang harus berkutat dengan SEO, domain authority, page authority, dan persaingan di laman pencari Google.

Plus, menulis di blog publik tidak perlu keluar duit untuk membeli domain dan template. Tinggal daftar langsung nulis. Kalau beruntung bisa dapat uang juga.

Jadi kalau ada yang bertanya apa ngeblog masih relevan dengan jaman? Iya, masih relevan, tapi sudah ditinggalkan.

Banyak Baca Banyak Tahu Tidak Baca Sok Tahu

Banyak Baca Banyak Tahu Tidak Baca Sok Tahu

Hampir semua orang Indonesia tidak berminat membaca. Kata mereka membaca bikin otak jadi kusut. 

Hidup sudah berat jangan ditambah berat lagi dengan membaca. Saking malasnya membaca, pengumuman penting yang ditempel di pintu bank, puskesmas, sekolah, tempat ibadah, dan tempat umum lainnya jadi sering diabaikan.

"Kok gak ada pengumuman kalau jam bukanya mundur?"

"Itu pengumumannya sudah ditempel di pintu masuk," kata Pak Satpam sambil menunjukkan lima jarinya ke arah pintu depan.

"Mana saya tahu ada pengumuman, saya, kan, gak dengar."

Alasan Orang Tidak Suka Baca

 

Orang malas membaca karena menganggap membaca sama dengan menguras otak yang mengharuskan kita berpikir keras. 

banyak baca

Kalau baca jurnal ilmiah mungkin iya, tapi kalau baca pengumuman, majalah, novel, bahkan komik, apa iya sampai menguras otak segala?!

Nyatanya banyak dari kita yang minat bacanya rendah karena alasan dan anggapan berikut.

1. Buang-buang waktu

Banyak orang lebih memilih nonton TV, TikTok, dan YouTube Shorts saat senggang daripada membaca buku.

Membaca buku dianggap buang-buang waktu karena tidak ada unsur hiburannya yang bisa mengurangi stres. Padahal hasil penelitian membuktikan baca buku bisa mengurangi stres.

2. Buang-buang duit

Buku, majalah, novel, komik harganya mahal bikin boros buang-buang uang. Lebih baik beli yang lain daripada beli buku. Habis selesai dibaca bukunya cuma disimpan gak kepake. Begitu anggapan sebagian dari kita.

Padahal nonton TikTok, YouTube Short, atau Instagram Reels juga pakai kuota yang dibeli dengan uang. Kita beli buku bisa dipinjamkan ke orang lain, disumbangkan ke perpustakaan sekolah, atau diwariskan ke anak-cucu.

3. Nambah beban pikiran

Hidup sudah berat, kok, ditambah berat lagi dengan membaca. Anggapan itu terjadi karena orang mengira aktivitas membaca sama dengan belajar.

Ini terjadi karena ketidakpahaman banyak orang terhadap buku berjenis novel, majalah, komik, kumpulan cerpen, atau kumpulan puisi. Karena menganggap semua buku sama seperti buku pelajaran sekolah, maka orang mengira membaca buku cuma nambah beban hati dan pikiran.

4. Tidak bisa buat hiburan

Membaca memang cuma melibatkan huruf dan kata-kata tanpa gambar dan suara. Dibanding nonton TV dan TikTok, membaca nampak membosankan dan tidak ada hiburan yang bikin hati senang.

Padahal bacaan tanpa gambar dan suara bisa bikin kita berimajinasi menggambarkan rupa dan watak tokohnya. Membayangkan pemandangan dalam novel sampai ke adegan terkecil juga bisa memicu imajinasi dan bikin baca jadi seru banget!

Membaca Menghidupkan Saraf Otak

 

Banyak baca bikin kita banyak tahu karena otak menyerap lebih banyak informasi dibanding saat kita menonton. Makanya orang yang tidak pernah baca cenderung sok tahu karena otaknya tidak terisi banyak informasi.

Informasi yang didapat dari gosip dan gibah itu gak sama kayak proses membaca lho, ya, karena aktivitas otaknya tidak aktif.

Proses membaca juga ternyata malah bikin saraf otak membentuk jaringan rumit dan rumitnya jaringan itu bikin otak kita sehat.

Healthline mengungkap penelitian scan MRI pada otak yang mengungkap saat kita membaca, sirkuit dan sinyal di otak membentuk jaringan yang kompleks. Makin sering kita membaca jaringan sirkuit dan sinyal itu makin kuat.

Inilah yang bikin membaca punya manfaat untuk mencegah penurunan kognitif (daya pikir) seiring bertambahnya usia. Kita bisa terhindar dari pikun. Membaca buku dan majalah juga membuat pikiran kita kita tetap aktif.

Selain menghidupkan saraf dan jaringan di otak, membaca juga berguna untuk mengurangi stres, menurunkan tekanan darah dan detak jantung, serta memperbesar peluang panjang umur.

Studi jangka panjang yang melibatkan 3.635 peserta dewasa dalam jangka waktu 12 tahun menemukan bahwa mereka yang membaca buku bertahan hidup sekitar 2 tahun lebih lama dibandingkan mereka yang tidak membaca.

Studi tersebut juga menyimpulkan bahwa orang yang membaca minimal 3,5 jam per pekan memiliki kemungkinan 23% untuk hidup lebih lama dibanding mereka yang tidak membaca sama sekali.

Singkatnya, ini manfaat membaca (versi cetakan) bagi tubuh dan pikiran kita:

  1. Menurunkan tekanan darah dan detak jantung.
  2. Mengurangi stres. Membaca novel fiksi bergenre fantasi bisa membuat kita berkhayal mengikuti alur cerita yang bisa bikin stres berkurang.
  3. Terhindar dari pikun karena otak diajak aktif berpikir.
  4. Panjang umur karena terhindar dari stres, darah tinggi, dan jantungan.
  5. Meningkatkan empati.
  6. Menambah wawasan dan kosa kata.

Samakah Membaca Buku versi Cetak dengan Ebook?

 

Beberapa studi menunjukkan membaca di buku, kertas, dan bentuk cetak lain (majalah, koran dsb) membuat kita memahami dan mengingat lebih banyak apa yang dibaca dibandingkan kalau kita membacanya di format digital dalam ponsel, tablet, atau komputer.

Membaca di layar bikin kita membaca lebih cepat karena mata memberi rangsangan ke otak untuk mengenalinya sebagai konten digital, bukan konten cetakan. Ini yang membuat kita tidak bisa memahami dan menyerap informasi secara maksimal saat membaca di layar dibanding kalau kita membaca buku cetakan.

Selain itu mata akan lebih cepat lelah kalau kita membaca di layar karena cahaya yang datang berasal dari layar dan hanya fokus ke mata. Kalau kita membaca buku cetak, cahaya yang didapat berasal dari cahaya matahari atau lampu yang menerangi seluruh ruangan tempat kita membaca jadi mata tidak cepat lelah.

Jadi supaya dapat manfaat maksimal dari membaca, bacalah buku, majalah, atau komik dalam versi cetak, bukan yang ebook. Baca sambil rebahan boleh, tapi jangan sambil tiduran supaya mata tidak jadi minus.

Sekarang kita sudah tahu alasannya kenapa banyak baca banyak tahu, tidak baca sok tahu.

Bingung Mau Nulis Apa

Bingung Mau Nulis Apa

Bingung mau nulis apa sebetulnya jarang dialami oleh penulis pemula. Para penulis profesional dari novelis sampai jurnalis justru yang paling sering mengalami kebingungan mau nulis apa.

Penulis pemula biasanya banyak ide, tapi mereka masih takut-takut dalam menulis. Takut tulisannya jelek, takut gak ada yang baca, dan ketakutan lain yang sebetulnya tidak perlu.

Apa itu Penulis Pemula? 

 

Saya berpendapat sebetulnya tidak ada yang namanya penulis pemula karena semua orang bisa menulis. Menulis bukanlah profesi yang mengharuskan kita belajar secara khusus seperti dokter, apoteker, atau arsitek.

Saya sendiri kuliah di jurusan jurnalistik karena saya suka menulis. Di jurusan itu ada mata kuliah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Mata kuliah itu dianggap enggak banget karena sebelumnya kami sudah belajar Bahasa Indonesia.

Saya, sih, gak masalah dan enjoy saja menerima semua materi yang berhubungan dengan bahasa. 

Jadi, setiap orang bisa jadi penulis asal dia senang membaca dan mau mengerti kaidah kepenulisan. Di negeri kita kaidah kepenulisan ada di EYD (Ejaan yang Disempurnakan) yang bisa kita akses di ejaan.kemdikbud.go.id.

Sementara itu, seseorang disebut penulis profesional kalau dia sudah membuat tulisan yang dikenal dan diakui secara luas atau sudah memenangi penghargaan di dunia kepenulisan.

Writer's Block


Semua penulis pasti pernah bingung mau nulis apa. Wajah sudah di depan laptop, tapi ide gak datang-datang. Makin lekat menatap layar malah makin blank

Penyebab seorang penulis bingung mau nulis apa:

1. Sudah keseringan menulis. Saking seringnya nulis, otaknya jadi buntu dan tidak lagi cepat menelurkan ide. 

Ini biasa terjadi pada para blogger (narablog) yang tiap hari menulis satu topik khusus untuk blognya atau penulis spesialis.

Penulis spesialis adalah penulis yang biasanya menulis hanya satu topik dan mendalami topik itu, misal pendidikan saja, kesehatan saja, otomotif, atau resensi film.

Sedangkan penulis generalis adalah penulis yang menulis bermacam topik dengan pembahasan yang seperlunya.

Penulis generalis sedikit beruntung karena selagi bingung mau nulis apa, dia bisa nulis topik yang beda dari yang ditulisnya sehari-hari. Misal biasanya dia nulis pendidikan. Saat lagi bingung mau nulis apa dia lalu terpikir menulis politik.

2. Kebanyakan ide. Kebanyakan ide bikin kepala bingung ide mana yang harus ditulis lebih dulu. Mau nulis A, tapi B kayaknya lebih menarik untuk ditulis duluan. 

Begitu terus akhirnya kita malah bingung mau nulis apa. Kebanyakan ide pada akhirnya bikin kita gak jadi nulis.

3. Banyak pikiran diluar menulis. Ingin hati menulis apa daya pikiran sedang ada di tempat lain. 

Walau sudah ada ide mau nulis apa, pikiran yang sedang galau, gundah, atau bad mood juga bikin kita jadi bingung mau nulis apa.

Akan tetapi, bingung mau nulis apa beda dengan writer's block

Writer's block adalah kebuntuan tiba-tiba yang dialami penulis saat akan menyelesaikan tulisannya. Jadi si penulis sudah menulis beberapa paragraf atau bab, tapi tiba-tiba buntu dan tidak bisa melanjutkan tulisannya

Meski sudah ada outline (kerangka) tulisan dan tingga; mengikutinya, tetap saja buntu.

Sedangkan kalau kita mengalami bingung mau nulis itu artinya belum mulai nulis sama sekali, tapi kita buntu duluan saking bingungnya mau nulis apa.

Bantuan AI

 

Bolehkah saat kita bingung mau nulis apa lalu minta bantuan artificial intelligence seperti ChatGPT atau BingChat?

Boleh saja, tapi tulisan itu akan hampa tanpa soul seperti kalau kita baca teks di buku pelajaran..

Kalau terpaksa pakai bantuan AI untuk membuat puisi, misalnya, jangan jiplak mentah-mentah. Gubah puisi itu dengan kata-kata dan gaya kita sendiri supaya enak dibaca, tidak kaku, dan terasa kalau puisi itu dibuat oleh manusia.

Lagipula secanggih-canggih AI membuat puisi, puisi buatan otak manusia tetaplah yang terbaik walau penulis pemula sekalipun. Ini karena manusia tahu kata-kata yang dipakai sehari-hari dan mampu menempatkan kata demi kata secara proporsional dalam kalimat.

Apa yang Harus Dilakukan Kalau Sedang Bingung Mau Nulis Apa? 


1. Perbanyak baca. Membaca bikin otak terstimulasi karena rangsangan ke otak saat membaca berjalan lebih lambat daripada saat menonton di layar.

Stimulasi yang lambat ke otak justru membuat sel saraf bekerja optimal. Otak kita jadi mampu berpikir secara terstruktur. Dengan begitu ide nulis bisa muncul dari aktivitas membaca dan dari bahan bacaan.

2. Menjauh dari laptop. Saat kita bingung mau nulis apa, beban mental makin berat karena perasaan harus menulis saat itu juga.

Menjauh dari laptop sementara waktu berguna untuk menyegarkan pikiran dan mengembalikan ide menulis.

3. Menikmati teh atau kopi beserta kudapannya. Sambil menjauh dari laptop kita bisa menikmati kudapan beserta teh atau kopi.

Kurang asupan gula bisa mempengaruhi kinerja otak yang bikin kita jadi blank. Namun, gulanya jangan kebanyakan. Minum teh atau kopi tanpa gula kalau kita menikmatinya bersama cake yang manis.

***

Semua orang pasti pernah mengalami kebuntuan. Saat sedang bingung mau nulis apa, yakinlah itu cuma sementara. Nanti kita akan balik lagi menulis sesuatu yang enak dibaca dan membuat kita merasa hidup.

Tahun Ajaran, Tahun Pelajaran, dan Cara Menulis Angka Tahun Ajaran

Tahun Ajaran, Tahun Pelajaran, dan Cara Menulis Angka Tahun Ajaran

Tahun ajaran baru di Indonesia dimulai pada Juli dan berakhir pada Juni tahun berikutnya. Dari Juli tahun ini ke Juni tahun berikutnya kita sebut dengan satu tahun ajaran.

Belakangan sering kita baca 'tahun pelajaran' alih-alih 'tahun ajaran'. Sebenarnya yang betul itu tahun ajaran atau tahun pelajaran?

Etimologi Tahun Ajaran dan Pelajaran


KBBI mengartikan pelajaran sebagai:

  1. n yang dipelajari atau diajarkan: ~ Bahasa Indonesia; daftar ~
  2. n latihan: ~ mengetik
  3. ihwal belajar

Sedangkan ajaran artinya:

  1. n segala sesuatu yang diajarkan; nasihat; petuah; petunjuk: ia senantiasa memegang teguh ~ orang tuanya
  2. n paham: ~ terlarang

Ternyata KBBI juga punya kata turunan, yaitu tahun ajaran yang artinya tingkatan masa siswa belajar; masa belajar dalam tahun tertentu. Dengan begitu jelas kata yang sesuai kaidah bahasa Indonesia adalah tahun ajaran, bukan tahun pelajaran.

Selain itu, kata pelajaran juga bisa bermakna yang diajarkan dan langsung dapat dipraktikkan, semisal mengetik, menyetir mobil, menjahit, kelistrikan, bangunan, dan keterampilan informal lainnya yang ketika dipelajari langsung dapat dipraktikkan.

Sementara itu, kata ajaran lebih cocok digunakan untuk hal-hal yang perlu pemikiran lebih dulu sebelum mempraktikkannya, seperti Matematika, IPA, IPS, Agama, Sosiologi, Antrologi, dan lain-lain.

Maka untuk mempertegas aktivitas akademik yang dilakukan di sekolah yang merupakan satuan pendidikan formal, maka penggunaan kata 'tahun ajaran' lebih tepat daripada 'tahun pelajaran'.

Takwim dan Penulisan Tahun Ajaran


Takwim diambil dari bahasa Arab yang artinya penanggalan atau kalender. KBBI mengartikan tahun takwim sebagai tahun berdasarkan kalender (berawal dari 1 Januari dan berakhir pada 31 Desember).

Tahun ajaran tidak dimulai pada 1 Januari sampai 31 Desember, melainkan sejak Juli tahun ini dan berakhir pada Juni tahun berikutnya. Itu berarti dalam satu tahun ajaran ada dua takwim.

Ejaan yang Disemburnakan Edisi Kelima (EYD V) menyebut fungsi garis miring digunakan dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa 1 tahun yang terbagi dalam 2 tahun takwim.

Karena menggunakan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim, maka penulisan tahun di tahun ajaran menggunakan garis miring (sering disingkat menjadi garing), yaitu tahun ajaran 2024/2025 bukan tahun ajaran 2024-2025.

Kalau kita tulis tahun ajaran 2024-2025 artinya satu tahun ajaran akan berlangsung dari Januari 2024 sampai Desember 2025

Sedangkan kalau ditulis dengan garis miring yaitu tahun ajaran 2024/2025 artinya satu tahun ajaran di sekolah berlangsung di antara tahun 2024 dan 2025

Di antara tahun 2024 dan 2025 bisa berarti Juni 2024 sampai Juli 2025 atau sejak Agustus 2024 sampai Juli 2025 seperti tahun akademik di perguruan tinggi.

Tahun Ajaran atau Tahun Pelajaran?

 

Isi Permendikbudristek soal sekolah, peserta didik, kurikulum, dan lainnya menggunakan kata 'tahun pelajaran' sementara KBBI menggunakan 'tahun ajaran'. Lalu mana yang harus kita ikuti dan yakini kebenaran penulisannya?

Di Kurikulum Merdeka juga ada Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Kata projek merupakan bentuk tidak baku dari proyek. Idealnya Kemdikbudristek menggunakan kata Proyek alih-alih Projek pada P5 karena KBBI dibuat oleh Badan Bahasa yang ada dibawah Kemdikbudristek.

Meski demikian, hal itu mungkin untuk kepraktisan karena tidak semua orang paham kata baku dalam bahasa Indonesia.

Berkenaan dengan tahun ajaran atau tahun pelajaran, mereka yang berprofesi sebagai tenaga pendidik boleh menulisnya dengan 'tahun pelajaran' mengikuti pedoman dan petunjuk dalam banyak Permendikbudristek yang ditujukan untuk sekolah dan tenaga pendidik.

Namun, kita yang bukan tenaga pendidik harus menulisnya dengan 'tahun ajaran' mengikuti kaidah di KBBI dan EYD V yang bisa kita lihat di situs ejaan.kemdikbud.go.id dan kbbi.kemdikbud.go.id.