Orang Sering Ngomong Bodoh untuk Menguatkan Identitas Sosial
Kita pernah dengar Pak Presiden bilang kalau sawit itu sama dengan pohon karena punya daun. Karena punya daun makanya bisa menyerap karbondioksida.
Media arus utama seperti Tempo, Kompas, Pikiran Rakyat, dan Detik kemudian memberitakan kalau sawit tidak sama dengan pohon di hutan. Sawit tidak bisa menggantikan fungsi pohon di hutan hanya karena sama-sama punya daun.
Paling ramai ada pasangan selebritas Deddy Corbuzier dan Sabrina Chairunnisa. Deddy marah pada anak-anak sekolah yang bilang kalau makanan yang diberikan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak enak.
Deddy juga bilang anaknya yang bernama Azka mau disuruh makan nasi kotak yang disediakan di lokasi syuting. Terakhir di akun X-nya Deddy bilang kalau soal keracunan, dia makan seharga Rp6juta juga bisa keracunan.
Teori Identitas Sosial
Apa yang dilakukan Pak Presiden dan pasangan selebritas di atas merupakan bentuk penguatan identitas sosial.
Berdasarkan Teori Identitas Sosial dari Henri Tajfel dan John Turner pada 1979 menyatakan bahwa seseorang memperoleh sebagian konsep diri mereka dari keanggotaannya dalam kelompok sosial.
Itulah mengapa kelompok yang diikuti seseorang merupakan sumber kebanggaan dan harga diri yang penting bagi orang tersebut. Kelompok itu dapat berupa circle satu arisan, sesama keturunan bangsawan, anggota di tim sepak bola dan sebagainya.
Menjadi bagian dari satu kelompok dapat memberi kita perasaan seperti di bawah ini.
1. Kepemilikan. Menjadi bagian dari suatu kelompok dapat menanamkan perasaan terhubung dan bersatu.
Kita jadi nyaman dan merasa tidak sendirian karena punya pengalaman, sudut pandang, kesukaan, atau persepsi yang sama dengan banyak orang.
2. Tujuan. Menjadi bagian dari kelompok membuat kita merasa punya tujuan dalam hidup.
3. Harga diri. Berafiliasi dengan suatu kelompok dapat meningkatkan harga diri karena kita mendapat kebanggaan dari citra, pencapaian, dan prestasi yang dimiliki kelompok.
4. Identitas. Kelompok yang kita masuki bisa menguatkan jati diri kita berdasarkan atribut, nilai, dan tujuan bersama yang disepakati dalam kelompok.
Dalam kelompok formal seperti partai politik, karang taruna, organisasi massa, atau organisasi profesi, ada kerangka untuk menguatkan identitas itu dalam bentuk AD/ART.
Untuk Kami Bukan Kita
Kami artinya saya dan mereka. Kita artinya saya dan Anda semua.
Kalau merujuk pada KBBI yang lebih komplet penjelasannya, 'kami' berarti orang pertama jamak yang berbicara bersama dengan orang lain (tidak termasuk yang diajak berbicara); yang menulis atas nama kelompok, tidak termasuk pembaca.
Pada Teori Identitas Sosial, ucapan atau pernyataan kontroversi yang dilontarkan seseorang utamanya ditujukan untuk 'kami' yaitu kelompok sosialnya.
Pernyataan soal sawit dan MGB akan menguatkan identitas Pak Presiden, Deddy, dan Sabrina ke dalam kelompok mana mereka tergabung.
Sabrina mengatakan sudah syukur dikasih makan gratis sebab dirinya waktu sekolah cuma bisa beli jelly drink penahan lapar yang waktu itu harganya Rp750. Uang jajannya cuma Rp1000.
Dalam hal ini Sabrina memosisikan dirinya sebagai orang kelas bawah yang uang jajannya terbatas dan cuma bisa beli jelly drink supaya tahan lapar sampai pulang ke rumah. Sasaran makan gratis ini memang orang menengah ke bawah yang gampang sekali diimingi oleh yang berbau gratis.
Sementara itu suaminya Deddy bilang kalau anaknya saja harus makan nasi kotak yang sama dengan kru di lokasi syuting, mosok yang dapat gratis malah gak bersyukur. Pernyataan yang tidak apple to apple ini kontroversial karena menu dan cita rasa pada nasi kotak di tempat syuting tentu berbeda dengan yang tersaji di Makan Bergizi Gratis.
Pun MBG sebetulnya tidak gratis karena uangnya dari pajak yang dibayarkan masyarakat ke negara. Masyarakat membayar pajak ke negara lewat kopi yang mereka minum di kafe, tiket yang dibeli untuk nonton bioskop dan konser, perpanjangan SIM dan STNK, beli baju, tas, sepatu, bahkan saat top-up game pun mereka bayar pajak yang namanya PPN (Pajak Pertambahan Nilai).
Sebesar 80,32% pendapatan negara berasal dari pajak yang masyarakat bayarkan, bukan dari sumber daya alam melimpah yang jadi kekayaan Indonesia.
Ngomong Bodoh
Salah satu contoh pernyataan bodoh yang menimbulkan kontroversi adalah, "Makan harga Rp6juta aja bisa keracunan, kok."
Kalau yang jutaan saja bisa keracunan apalagi yang cuma Rp10rb karena higienitas dan pengolahan yang Rp6 juta lebih baik dari yang Rp10rb.
Pernyataan kontroversial memang kerap dilontarkan kalau seseorang ingin
menguatkan dirinya sebagai bagian dari kelompok sosial tertentu. Mereka sudah tahu omongannya merupakan bentuk kebodohan, tapi tetap saja dilontarkan.
Itulah alasan kenapa orang sering ngomong bodoh padahal tahu yang diomongkannya cuma bentuk kebodohan. Semuanya berdasarkan Teori Identitas Sosial.