Algoritma Google Sekarang Tidak Ramah Artikel?!

Algoritma Google Sekarang Tidak Ramah Artikel?!

Media mainstream ternyata kalah juga sama media sosial. Biasanya kalau kita mengetikkan suatu kata kunci misalnya 'gak suka nongkrong', hasil yang keluar di Google berasal dari media berita seperti Tribunnews, detikcom, kompascom, kumparan, dan lainnya.

Sekarang hasil yang keluar di halaman pertama bersumber dari postingan medsos seperti TikTok, Instagram, Thread, Facebook, dan Quora. Berita dari media online untuk kata kunci "gak suka nongkrong" terlempar ke halaman belakang Google.

Padahal media online memposting berita baru tiap menit. Meski sebetulnya gak baru-baru amat isunya, tapi update berita per detik dan per menit yang diposting media online mestinya menjadikan mereka terdepan di mesin pencari ketika orang mengetikkan suatu kata kunci (keyword).

Satu-satunya media berita yang bertahan di halaman pertama Google adalah IDN Times. Itu mungkin karena IDN Times juga mempersilakan para penulis konten menulis di sana. Postingan di IDN Times jadi lebih beragam karena selain sebagai media berita juga sebagai blog publik.

Berapa Kali Google Memperbarui Algoritma Dalam Setahun?


Apakah medsos sedemikian powerful-nya sampai bisa mengalahkan media berita di Google? Algoritma Google ternyata punya andil menjadikan postingan medsos merajai halaman pertama mesin pencari mereka.

Menurut MOZ Google memperbarui algoritma mesin pencari mereka ribuan kali dalam setahun. Google hanya memberitahu seiprit apa saja yang berubah dari algoritma tersebut.

Meski begitu, saat Google sedang tidak mengubah algoritmanya, banyaknya orang yang mencari postingan dari medsos bisa membuat perilaku penelusuran di mesin pencari jadi berubah.

Misal ada orang mengetikkan kata kunci di Google 'tiktok Kaesang Erina jet'. Dan ternyata ada ribuan orang yang juga mengetikkan kata kunci serupa. Akhirnya tiap ada orang yang mengetik kata kunci itu, yang muncul adalah postingan dari TikTok, bukan dari blog dan media online.

Masih menurut Moz, hasil penelusuran adalah fenomena real-time. Hasil penelusuran akan berubah setiap hari meskipun Google tidak mengubah kodenya karena internet terus berubah. 

Salah satu contoh nyata adalah pernyataan WHO tentang COVID-19 sebagai pandemi global pada bulan Maret 2020. Pandemi mengubah perilaku penelusuran secara drastis.

Jenis Kata Kunci

 

Jadi benarkah algoritma Google sekarang tidak ramah artikel? Sebagian tidak keliru, tergantung kata kunci yang kita ketikkan.

Kalau kalimat dalam kata kunci memakai bahasa baku seperti "susah diet", misalnya, maka hasil pencarian yang keluar dari media berita atau situs kesehatan seperti halodoc atau alodokter.

Yang jadi soal, minat baca orang Indonesia amat rendah karena rata-rata IQ-nya cuma 78,49 sama dengan TImor Leste dan terendah se-ASEAN. Rata-rata IQ ini menjadikan tingkat kecerdasan orang Indonesia peringkat ke 129 dari 197 negara yang diuji.

Banyak baca banyak tahu tidak baca sok tahu. Maka tidak heran kalau kosakata yang dimiliki orang kita juga terbatas. 

Mereka lebih sering mengetikkan kata kunci dengan bahasa sehari-hari. Pencarian dengan keyword bahasa pergaulan membuat hasil yang muncul di mesin pencari akan bersumber dari media sosial. Sebab bahasa yang digunakan di medsos adalah bahasa sehari-hari.

Sayangnya, informasi yang berasal dari media sosial sering bias, tidak utuh, terpotong-potong, dan tidak jelas sumbernya. Ini karena si pemosting mencari viral dan follower daripada mengutamakan validitas, keakuratan, dan kesahihan informasi yang dibagikan.

Blogger, Algoritma Google, dan Content Creator 


Biasanya para blogger yang blognya ber-niche (topik khusus) selalu jadi langganan di halaman 1 Google bahkan mengalahkan media online. Sekarang, mencari media online di halaman pertama saja tidak ketemu, apalagi mencari blog.

Blogger lawas yang sudah punya jaringan nampaknya harus mulai waspada. Jejaring mereka sesama blogger telah beradaptasi dengan perubahan jaman dengan pindah jadi content creator dan YouTuber.

Alhasil tidak ada lagi aktivitas blogwalking karena banyak blogger sudah tidak lagi menulis dan meng-update blognya. Blogwalking adalah kegiatan saling mengunjungi blog dan membaca artikel yang ditulis para blogger atau content writer.

Blogger yang jarang menulis membuat blognya turun peringkat di mesin pencari karena dianggap tidak aktif. Minimnya blogwalking membuat traffic kunjungan blog menurun. Akhirnya yang muncul di halaman depan Google bukan lagi blog ber-niche, melainkan postingan dari TikTok, Instagram, bahkan lokapasar seperti Shopee dan Tokopedia.

Kenapa hasil yang muncul di halaman pertama Google banyak berasal dari medsos?

1. Zaman medsos. Orang lebih banyak mencari sumber informasi yang berasal dari TikTok, Instagram, Facebook, Thread, YouTube, X, atau Quora.

2. Kata Kunci. Kalau kita ketikkan kata kunci memakai bahasa sehari-hari atau bahasa pergaulan yang tidak baku, hasil yang keluar bakal muncul dari medsos. Misal "lagi males mikir'.

Namun, kalau kita ketikkan keyword dengan bahasa baku yang akan keluar hasil pencarian adalah artikel dari media berita atau blog. Misal 'sulit fokus dan konsentrasi'

3. Perubahan algoritma. Algoritma Google berubah ribuan kali dalam setahun. Artinya apa pun bisa terjadi sesuai keperluan dan kepentingan Google. 

Pemerintah bahkan bisa mengintervensi Google untuk memblokir kata kunci tertentu, minta data pengguna, atau mengubah informasi yang keluar di mesin pencari. Itu tercantum dalam laman Transparency Report dan Google Policies.

4. Fenomena real-time. Apa yang sedang dicari netizen itulah yang akan tampil di mesin pencari.

Kalau banyak kata kunci yang mengarah ke TikTok, maka laman TikToklah yang muncul di pencarian kita. Kalau banyak kata kunci mengarah ke media online, maka yang muncul di halaman pertama Google adalah situs media itu.

Alasan Perempuan Gak Suka Video Call

Alasan Perempuan Gak Suka Video Call

Sebelum tahun 2010 kalau kita mau pesan taksi, nomor telepon rumah jadi syarat supaya order kita diterima. Nomor telepon rumah atau kantor membuktikan kita serius memesan taksi dan gak nge-prank.

Dua orang sedang video call

Itu karena nomor handphone waktu itu tidak bisa dipercaya karena mudah dibeli dan dipakai cuma sekali, jadi dianggap rentan untuk dipakai menipu. 

Nomor Handphone dan Video Call 


Sekarang pembelian SIMcard untuk nomor handphone harus menggunakan NIK (Nomor Induk Kependudukan) jadi tidak bisa lagi tiap bulan gonta-ganti SIMcard kecuali penjahat. Karena itulah posisi nomor handphone kini kuat sampai digunakan untuk bermacam transaksi online.

Posisi telepon rumah untuk ngobrol, janjian, ketemuan, atau bertukar kabar juga sudah digantikan oleh nomor handphone. Tidak puas cuma dengar suara, kini orang menggunakan video call untuk ngobrol sambil tatap muka.

Meski praktis karena bisa bicara sambil melihat wajah seseorang seperti bertemu langsung, nyatanya video call tidak disukai banyak perempuan. Banyak perempuan yang cuma mau video call dengan suami, anak, dan saudara kandung karena alasan kenyamanan.

Mereka risih kalau video call dengan orang diluar keluarga sendiri meski ke sesama perempuan. Kalau pun harus video call dengan orang lain mereka harus saling janjian dulu mau video call jam berapa supaya si perempuan bisa menyiapkan diri dulu di depan kamera.

Karena itulah banyak perempuan gak suka video call dan berikut alasan perempuan gak suka video call.

1. Berjilbab

Perempuan berjilbab harus menghindarkan auratnya terlihat oleh orang yang bukan mahram. Kadang kita dapat video call dari istri, suami, anak, atau keluarga saat mereka sedang di jalan, di kantor, di mall, dan di mana pun yang bikin wajah kita bisa tidak sengaja terlihat orang lain.

Orang yang tidak sengaja lewat itu bisa tidak sengaja juga melihat wajah si perempuan yang sedang tidak berkerudung. Spontan si perempuan jadi harus menunduk untuk menghindari wajahnya terlihat laki-laki yang bukan mahramnya.

Hal itu merepotkan sekali. Makanya banyak perempuan berjilbab yang gak suka video call karena mereka harus memakai kerudung saat video call berlangsung.

2. Cuma Dasteran

 

Perempuan yang lagi di rumah biasanya cuma pakai daster. Ada juga yang pakai celana pendek dan kaus kutung Rambut pun cuma diuntel ke belakangan dengan wajah tanpa makeup.

Banyak perempuan yang malu video call saat berdaster dan tidak berdandan karena merasa privasinya jadi terbuka di depan umum. Saat video call bukan cuma penelepon saja yang melihat, orang yang cuma lewat di belakang layar juga bisa melihat. Jadi privasi kita seolah terbuka lebar.

Related: Mematikan Centang Biru WhatsApp untuk Privasi Maksimal

Jadi banyak perempuan tidak suka menerima panggilan video (video call) dadakan saat mereka tidak bisa bersiap lebih dulu.

3. Lagi Kerja

 

Panggilan telepon suara masih bisa diterima menggunakan earphone sambil merapikan buku, menyapu, bahkan menyetir. Kalau video call kita harus standby di depan kamera handphone dan jadi tidak bisa mengerjakan apa-apa. 

Perempuan suka menelepon sambil mengerjakan sesuatu untuk memanfaatkan waktu secara maksimal. Makanya perempuan gak suka video call karena membatasi kebebasan mereka nyambi-nyambi mengerjakan sesuatu.

4. Gak Bisa Sambil Santai


Meski menerima video call dari sesama perempuan juga bisa sambil tiduran dan rebahan, tapi tidak elok dilihat di layar. 

Banyak perempuan gak suka video call dan lebih suka telepon suara saja yang lebih santai dan bisa sambil rebahan dengan privasi yang lebih terjaga. 

Video Call Keluarga Dekat


Video call meski fungsinya untuk membuat orang merasa seperti bicara tatap muka, tapi banyak perempuan yang privasinya seolah diobrak-abrik.

Maka biasanya video call dilakukan pada hubungan yang dekat seperti suami ke istrinya, orang tua ke anaknya, dan hubungan pertemanan yang sudah sangat dekat. 

Itu pun lihat dulu sikonnya. Kalau kita menelepon di tempat umum di mana banyak orang berlalu lalang, sebaiknya tidak melakukan video call, cukup panggilan telepon suara saja. Ini untuk menghindari rasa malu dari orang orang yang kita video call.

Kalau memang ingin video call karena ingin ngobrol sudah lama tidak bertemu, misalnya, janjian dulu dan katakan pada pukul berapa kita akan video call. Gunanya untuk memberi kesempatan mereka ganti baju dulu, pakai jilbab dulu, dandan, atau mencari tempat nyaman untuk video call.

Kalau mereka keberatan dan memilih panggilan suara saja maka kita tidak perlu maksa harus video call. Tidak semua perempuan suka video call dan alasan diatas mengungkap kenapa perempuan gak suka video call.

Video Call Bikin Ngomong Teriak-teriak


Video call membuat posisi mikrofon di handphone jadi lebih jauh dari mulut dan telinga. Ini menyebabkan banyak orang jadi ngomong lebih kencang saat video call supaya suaranya terdengar ke seberang layar.

Orang di seberang layar pun sama-sama merasa harus teriak supaya suaranya terdengar. Jadilah orang yang sedang video call kadang seperti teriak-teriak. Maka sangat tidak nyaman kalau harus video call dalam jangka waktu lama.

Kalau saat bertelepon suara kita bisa ngobrol berjam-berjam, maka saat video call kita cuma betah beberapa menit saja.

Jaga Data Pribadi dengan Cybersecurity

Jaga Data Pribadi dengan Cybersecurity

Keamanan siber atau cybersecurity sering disebut juga dengan keamanan informasi. Maksudnya, semua informasi kita yang ada di laptop, komputer, handphone, email, media sosial, dan apa pun yang terhubung ke internet harus aman dari serangan virus, pencurian data, pembajakan oleh hacker, dan sebagainya.

Kalau dari pengertian formal ilmu teknologi informasi, yang disebut cybersecurity adalah hal-hal yang menyangkut teknologi, tindakan, atau praktik apa pun untuk mencegah serangan siber atau memitigasi dampaknya.

Keamanan siber itu sendiri bertujuan untuk melindungi sistem, aplikasi, perangkat komputasi, data sensitif dan aset keuangan individu dan organisasi dari virus komputer, serangan ransomware yang canggih dan mahal, dan banyak lagi. 

Ransomware adalah jenis malware yang menyandera data atau perangkat korban, mengancam akan menguncinya kalau korban tidak membayar uang tebusan kepada penyerang. Singkatnya ransomware adalah serangan virus yang minta tebusan uang pada korbannya.

Serangan siber mempunyai kekuatan untuk mengganggu, merusak, atau menghancurkan bisnis, dan kerugian yang ditanggung para korbannya terus meningkat.

Serangan siber tiap tahun meningkat karena meningkatnya juga aktivitas dalam jaringan seperti:

  1. Peningkatan adopsi komputasi awan (cloud computing)
  2. Kompleksitas jaringan
  3. Pekerjaan jarak jauh (remote working) dan bekerja dari rumah (work from home)
  4. Program BYOD (bring your own device), yaitu kebijakan yang membolehkan karyawan menggunakan perangkat pribadi mereka untuk terhubung ke jaringan kantor untuk mengakses sistem dan data terkait pekerjaan.
  5. Perangkat serta sensor yang terhubung dalam segala hal mulai dari bel pintu, mobil, hingga jalur perakitan.

Idealnya, kita yang sering kerja di internet atau selalu terhubung ke internet paham bagaimana cara memproteksi semua gawai (gadget) supaya tidak kena serangan cyber.

Melindungi Handphone, Laptop, Tablet, Komputer dari Serangan Siber

 

Berikut cara mudah melindungi handphone, laptop, tablet, dan komputer dari serangan siber (cyber attack)

1. Pasang Antivirus dan Cleaner

Kalau kita aktif bertransaksi di mobile banking dan e-wallet, atau kita aktif ngonten di medsos, baiknya beli atau langganan antivirus premium yang berbayar supaya perlindungannya maksimal.

Andai tidak punya cukup duit untuk beli yang premium, pakai yang gratisan tidak apa-apa asal pilih antivirus yang sudah dikenal.

Sementara itu cleaner berfungsi membersihkan cache dan data yang menempel di aplikasi. Cache yang tidak dibersihkan akan membuat memory handphone cepat penuh.

Beberapa antivirus sudah menyertakan cleaner jadi tidak perlu meng-install terpisah. Namun, kalau antivirus tidak ada cleaner bawaan, kita perlu memasang aplikasi cleaner lagi.

2. Tidak Perlu Install Aplikasi yang Tidak Dibutuhkan

Pastikan aplikasi yang ada di gadget adalah aplikasi yang betul-betul kita gunakan dan perlukan.

Hindari juga meng-install aplikasi pencari uang yang menjanjikan, misalnya "nonton 400 video dapat satu juta). Aplikasi seperti itu selain tidak ada gunanya juga bisa menyadap kontak telepon dan kamera di HP kita.

Kalau tidak perlu-perlu amat hindari menonton film bajakan. Situs dan aplikasi film bajakan biasanya menyisipkan iklan judi dan pornografi. Judi dan pornografi terbukti merusak mental dan otak kita.

Handphone dan laptop kita juga rawan tersusupi malware dan virus dari situs dan aplikasi bajakan.

3. Hati-hati Menginstall Aplikasi yang Sudah di-Mod

Sering kita tergoda untuk install game atau aplikasi yang sudah dimodifikasi sehingga tidak perlu bayar untuk membuka fitur premiumnya.

Akan tetapi, siapa yang tahu kalau dibalik game mod itu ada virusnya atau tidak dan ada pengintai datanya atau tidak. Andai betul-betul ingin memainkan game atau meng-install aplikasi yang sudah di-mod, install dari situs yang sudah lama ada dan menjamin aplikasi mereka tidak mengandung virus dan malware.

4. Pasang PIN pada Device

Aktifkan PIN (Personal Identification Number) untuk membuka device (peranti) yang sering kita gunakan. Namun, baiknya hindari membuat PIN dari tanggal lahir karena mudah ditebak.

PIN bisa mencegah device kita dipakai orang andai hilang atau dicopet. Misal kita kehilangan handphone, si pencuri tidak bisa langsung menggunakannya karena terkendala PIN. Dengan begitu kita punya waktu untuk menonaktifkan mobile banking dan aplikasi keuangan lainnya.

Bila perlu aktifkan juga Find My Device yang ada di semua ponsel Android versi 10 keatas atau di iPhone dengan nama Find My Apple (App). Saat kita sadar handphone hilang langsung gunakan Find My Device untuk mengetahui di mana handphone kita berada.

5. Jangan Sering Pinjamkan Gawai Ke Orang Lain

Saling meminjam atau memainkan HP atau laptop sering terjadi di kalangan pelajar dan mahasiswa. Bisa jadi teman kita tidak sengaja mengklik email atau SMS atau meng-install aplikasi yang mengandung virus dan akhirnya merusak gawai.

Kalau tidak kepepet, hindari meminjamkan HP ke teman atau saudara atau siapa pun. Waspada itu perlu.

Pekerjaan Bidang Cybersecurity

 

Kalau tertarik mendalami cybersecurity kita bisa kuliah di jurusan cybersecurity. Ada 7 kampus di Indonesia yang punya jurusan cybersecurity, yaitu Binus (Bina Nusantara), Telkom University, Universitas Tanjungpura, Universitas Surabaya, AMIKOM Yogyakarta, dan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).

Lulusan cybersecurity nantinya bisa bekerja dan menjalani profesi sebagai berikut.

1. Analis Keamanan Informasi

Seorang analis keamanan informasi punya tugas melindungi keamanan data di kantor swasta, lembaga pemerintahan, yayasan, bank, BUMN, dan lainnya.

Tugas analis keamanan informasi meliputi mencegah kebocoran data, pemalsuan identitas, dan penyebaran virus pada sistem komputer.

2. Security Architect

Security architect merupakan ahli IT senior yang merancang, membangun, dan memelihara sistem keamanan untuk memastikan keamanan dan privasi data.

Arsitektur yang dimaksud adalah penilaian risiko, alat, kebijakan, dan langkah-langkah untuk mengendalikan akses ke perusahaan, jaringan, dan aplikasi.

3. Network Administrator

Mengutip Glints, seorang network administrator bertugas memberikan pengawasan teknis WAN (wide area network) dan menyiapkan dan memelihara dokumentasi konfigurasi jaringan dan tata letak kabel.

Masih ada lagi, dia juga merancang dan mengelola infrastruktur nirkabel dan sistem pendukung, merekomendasikan peningkatan jaringan dan peralatan baru, dan menganalisis, memahami, dan merancang sistem keamanan jaringan komputer pada suatu perusahaan.

Gaji seorang network administrator di Indonesia rata-rata Rp4,8 juta per bulan.

4. Computer Forensic Investigator

Investigator forensik komputer bertugas mengekstrak bukti digital dari sistem komputer. Bukti yang dikumpulkan sering digunakan di pengadilan atau oleh perusahaan yang menghadapi risiko keamanan. 

Computer forensic investigator sering bekerja sama dengan penegak hukum, tim kepatuhan, dan tim SDM untuk merekonstruksi rangkaian peristiwa yang mengarah pada pelanggaran hukum.

Kemudian, tugas lain dari computer forensic investigator adalah Mengidentifikasi ancaman potensial dan memberikan rekomendasi keamanan yang lebih baik.

Computer forensic investigator di Indonesia dibayar rata-rata Rp167 juta.

5. Teknisi Teknologi Informasi (IT Technician)

IT Technician punya tugas memastikan semua jaringan komputer berfungsi dengan baik, termasuk menjaganya dari serangan virus. Dia juga harus cepat menyelesaikan kalau ada masalah di jaringan.

Rata-rata IT Technician digaji Rp6,8 juta per bulan.

6. IT System Engineer

Hasil riset Kelly Services bertajuk Indonesia 2019 Salary Guide, profesi ini termasuk yang bergaji tinggi di kisaran Rp10 juta-Rp50 juta.

System engineer punya tanggung jawab memimpin tim dalam proses desain dan integrasi sistem baru yang digunakan perusahaan termasuk sistem komputer dan mekanik. 

Dia juga harus mengawasi performasi sistem, mendesain dan mengimplementasikan sistem baru, serta membantu permasalahan teknis yang dialami oleh klien dan konsumen.

7. Penetration Tester

Seorang penetration tester bisa dibilang sebagai hacker karena dia harus menguji keamanan sistem dengan menggunakan teknik hacking. 

Penetration tester juga menguji keandalan dan kerentanan sistem serta aplikasi untuk mendapatkan informasi sensitif yang harus dilindungi. Kalau ditemukan kerentanan atau kelemahan, dia akan merekomendasikan perbaikan di sistem itu.

Pekerjaan ini bergaji fantastis di kisaran Rp169 juta-Rp300 juta untuk penetration tester di Indonesia.

***

Kalau kita punya keponakan, saudara, tetangga, atau anak sendiri yang suka mengutak-atik komputer, laptop, bahkan mengutak-atik aplikasi di handphone, beritahukan kepadanya kalau ada pekerjaan yang berhubungan dengan internet, jaringan, dan komputer namanya bidang cybersecurity.

Siapa tahu dia jadi teknisi, konsultan, analis bahkan hacker andal. Hacker tidak selalu jahat. Banyak hacker baik yang menguji sistem di perusahaan-perusahaan. 

Mereka akan memberitahukan celah dan kerentanan di sistem itu dan sering tanpa minta bayaran. Kalaupun dibayar, mereka tidak pernah mematok harga karena bentuknya sebagai ucapan terima kasih perusahaan yang bersangkutan.

Beda E-Commerce, Social Commerce, dan Marketplace

Beda E-Commerce, Social Commerce, dan Marketplace

Electronic commerce (e-commerce), marketplace, dan social commerce sama-sama tempat jual-beli barang di internet yang sering disebut juga sebagai toko online. Namun dari ketiganya ada perbedaan yang mencolok mulai domain yang dipakai buat berdagang sampai karakteristiknya.


Singkatnya bisa dibilang kalau e-commerce adalah toko online yang dikelola langsung oleh individu atau perusahaan. Sedangkan marketplace adalah pasar online yang mempertemukan antara pembeli dan penjual yang dikelola pihak ketiga. Kemudian social commerce adalah medsos yang merangkap pasar online.

Berikut penjelasan lengkap tentang beda e-commerce, social market, dan marketplace.

E-commerce atau Electronic Commerce (Niaga Elektronik)

 

E-commerce adalah website atau situs yang menjual barang sekaligus menerima pembayaran dan mengirim barang langsung kepada pembeli. Pemberian potongan harga, bebas ongkir, dan promo kepada pembeli tergantung dari pemilik website.

Dibanding marketplace dan social commerce, e-commerce amat jarang memberi potongan harga apalagi bebas ongkir. Itu karena mereka memperhitungkan segalanya dari sisi komersil. Kalau dengan diskon bebas ongkir atau promo mereka masih bisa untung, barulah mereka memberikan diskon itu.

Jadi bisa dibilang kalau e-commerce adalah toko online yang sesungguhnya. Contoh dari e-commerce yang masih ada sejak lama sampai sekarang adalah estilamama.com, jakartanotebook.com, muslimgaleri.co.id, dan bhinneka,com.

Sebelum ada marketplace dan social commerce, banyak orang yang membuat toko online untuk menjual aneka kerajinan tangan buatannya, menjual baju, e-book, dan elektronik

Sekarang hampir tidak ada perorangan yang membuka e-commerce dan memilih jualan di marketplace dan social commerce. Membuat e-commerce biayanya lebih mahal karena harus membeli domain, menyewa server, dan meluangkan waktu untuk promosi toko online.

Marketplace (Lokapasar)

 

Marketplace punya padanan bahasa Indonesia sebagai lokapasar. Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Bibli, Lazada, Zalora, dan JDID adalah platform marketplace yang mempertemukan penjual dengan pembeli.

Pemilik marketplace bebas memberi diskon, bebas ongkir, dan cashback kepada barang yang dijual di platform-nya. Hanya saja pemberian seperti itu menggerus biaya operasional marketplace. 

Makanya cuma sedikit dari marketplace yang dapat untung dari mengelola platform jual-beli itu. Di Indonesia, sejauh ini, marketplace yang untung baru Bukalapak. Untung yang dimaksud disini mereka sudah dapat laba setelah mengeluarkan biaya untuk operasional marketplace, gaji karyawan, dan pajak.

Dari sisi pembeli, belanja di marketplace lebih menguntungkan daripada di e-commerce karena bebas ongkos kirim (ongkir), dapat potongan harga, dan kadang dapat cashback pula. Subsidi seperti itu sebetulnya merugikan marketplace karena membuat pengeluaran sangat bengkak yang lalu disebut sebagai bakar duit.

Social Commerce


Social commerce adalah media sosial sekaligus marketplace. Jadi selain bisa melihat postingan orang lain, kita bisa berbelanja juga. Para pengguna medsos yang punya banyak follower sering dibayar untuk jualan produk tertentu.

Jadi selain mejeng atau jadi content creator, pengguna medsos juga bisa nyambi jualan dan dapat komisi dari tiap barang yang terjual atau dibayar sesuai jam tayang atau sesuai perjanjian yang disepakati bersama.

TikTok Shop (sebelum ditutup) adalah social commerce yang paling banyak digunakan orang Indonesia. Penyebab pemerintah melarang dan menutup TikTok Shop karena di sana ada persaingan tidak sehat yang diberlakukan bagi barang impor dari Tiongkok.

Barang serupa dari Tiongkok diijual dengan harga jauh lebih miring dari yang diproduksi dalam negeri. Jadi semacam perang harga yang disubsidi besar-besaran oleh TikTok.

Sekarang ini Facebook Shop dan Instagram Shop juga terancam ditutup karena melalui Permendag Nomor 31 tahun 2023 platform medsos tidak boleh lagi melakukan transaksi jual-beli seperti marketplace.

Kalau mau tetap jualan, platform medsos harus membuat platform jualan yang terpisah, jadi tidak di satu aplikasi, sebab izin dan perhitungan pajaknya juga beda.

Pertimbangan Utama Orang Belanja Online

 

Dulu orang lebih senang belanja langsung ke toko untuk melihat, memegang, dan mencoba langsung barang yang diinginkannya. Selain itu ketakutan akan menerima barang yang tidak sesuai dengan yang dipajang di toko online juga jadi faktor orang enggan belanja orang.

Sekarang kita sudah tidak ragu beli apa pun lewat internet karena sudah terbiasa dan mengerti apa yang harus dilakukan supaya tidak tertipu.

Berikut pertimbangan utama orang memilih belanja online terutama karena alasan praktis.

1. Barang yang diinginkan tidak dijual di kota tempat tinggal. Kalau sudah begini belanja online jadi pilihan utama daripada harus keluar kota untuk membeli barang impian.

Tiket konser juga sering dijual online untuk memudahkan penonton di kota yang berbeda membeli tiket konser musisi favorit mereka.

2. Mencari barang unik yang dibuat dan dijual terbatas. Ada barang yang cuma dijual online dengan edisi terbatas supaya eksklusif.

Untuk membeli barang itu orang harus mengakses situs e-commerce dan melakukan transaksi di sana.

3. Bisa pesan sesuai selera. E-commerce dan marketplace sering menawarkan membuat kaus, poster, sepatu, atau aksesori yang didesain sesuai selera kita.

Daripada repot mencari alamat tempat yang membuat desain custom lebih baik mencarinya di marketplace atau e-commerce.

4. Harga jauh lebih murah dari toko fisik. Hampir semua barang yang dijual di internet lebih murah dari yang dijual di toko fisik.

Sudah lebih murah, dapat casback pula, gimana gak tergiur.

***

Mau belanja di toko fisik atau di internet sama saja. Yang penting jangan boros dan perhitungan betul-betul. Hindari utang dengan paylater dan sejenisnya karena bisa bikin kita lupa diri.

Diskon dan cashback besar yang ditawarkan paylater dkk itu bisa jadi perangkap yang membuat kita terjerat utang. Apalagi kalau digunakan untuk beli barang yang tidak bukan kebutuhan mendesak. 

Mau belanja di mana pun, pengeluaran tidak boleh lebih besar dari pemasukan kita.

Matikan Centang Biru WhatsApp Untuk Privasi Maksimal dan Menghindarkan Buruk Sangka

Matikan Centang Biru WhatsApp Untuk Privasi Maksimal dan Menghindarkan Buruk Sangka

Pada aplikasi pesan instan WhatsApp kita bisa mematikan centang dua biru alias Read Receipts supaya orang tidak tahu kita sudah baca pesan WhatsApp atau belum. Bagi sebagian orang, tidak bisa melihat centang biru pada pesan yang kita kirim bisa jadi menyebalkan.

Foto: Kelly Chiello/Shutterstock via The Cut

Makanya ada ahli agama yang mengatakan kalau mematikan centang dua biru WhatsApp sama dengan perbuatan tercela karena sama dengan berbohong.

Akan tetapi, mematikan centang biru WhatsApp justru ada manfaat yang menghindarkan kita dan orang lain saling berburuk sangka. 

Coba kalau kita lihat pesan kita sudah dibaca, tapi belum dibalas lamaaaaa sekali. Bukankah kita akan lebih buruk sangka melihat pesan sudah centang dua biru-tapi tidak dibalas-daripada yang centang yang abu-abu?! 

WhatsApp membuat banyak fitur yang menjaga privasi penggunanya yang tidak ingin diketahui kapan mereka online dan terakhir terlihat (Last Seen and Online), dan pesan terbaca (Read Receipts) yang mematikan centang biru jelas untuk mengakomodir pengguna yang ingin privasinya terjaga. 

Tidak semua orang ingin diketahui apakah dia membaca pesan atau belum dan kapan dia membalas.

Jadi sebenarnya tidak ada hubungannya dengan agama karena fitur itu dibuat untuk memenuhi keinginan orang yang ingin aktivitas ber-WhatsAppnya diketahui semua orang.

Manfaat Mematikan Centang Biru WhatsApp


Mematikan Read Receips atau centang dua biru pada pesan WhatsApp kita gunakan kalau ingin privasi yang maksimal dan menghindari buruk sangka orang lain.

1. Skala prioritas

Ada orang yang memakai nomor WhatsApp yang sama untuk pribadi, pekerjaan, dan bisnis untuk efisiensi. 

Kalau sedang sibuk, dia akan membaca pesan yang masuk, tapi tidak menjawabnya saat itu juga karena ada pekerjaan atau pesan lain yang lebih mendesak untuk dibalas.

Jadi dia akan membaca pesan yang masuk dan kalau dirasa tidak urgent, dia akan menandainya dengan Mark As Unread untuk dibalas beberapa saat yang akan datang.

2. Ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal

Saya beri contoh ada ibu rumah tangga yang sedang asyik chatting dengan bestie bertukar resep, tiba-tiba dia mencium bau gosong dari dapurnya. 

Si ibu pun langsung menaruh hp dan lari ke dapur dengan posisi WhatsApp masih terbuka dengan centang biru yang terpampang. 

Si bestie yang sedang chatting dengannya tentu penasaran, kok online dan sudah centang biru, tapi tidak balas-balas. Padahal si ibu sedang berjibaku menyelamatkan masakannya yang gosong di dapur dan tidak sempat lagi membaca WhatsApp.

Mematikan centang biru WhatsApp bisa menghindarkan salah sangka antar dua orang yang sedang chatting atau bertukar pesan.

3. Ada waktu menjawab pertanyaan dan pernyataan

Mematikan centang biru bisa memberi kita waktu untuk berpikir secara jernih dan bija kepada orang yang bertanya dan meminta pada kita.

Misal ada orang yang bertanya bagaimana menghadapi orang-orang yang mencibir dirinya karena anaknya terlibat tawuran. Pertanyaan ini butuh pemikiran beberapa saat supaya kita bisa memberikan respon yang bijak kepada orang tersebut.

Kita tidak akan bisa berpikir lebih jernih untuk menjawab pertanyaan karena merasa diburu-buru harus menjawab secepat mungkin hanya karena tidak enak hati sudah terlihat kalau kita sudah membaca pesan itu.

Hal sama berlaku pada orang yang dimintai pendapat tentang rumah tangga, keuangan, anak, jodoh, dan sebagainya. Kita perlu waktu untuk merespon pesan WhatsApp sebelum memberikan jawaban yang pas.

4. Menolak permintaan utang

Kalau ada teman yang mau pinjam duit, tapi kita enggan meminjamkan kita punya waktu untuk mencari alasan yang tidak menyinggung perasaannya.

Utang Rp1-2 juta yang kita pinjamkan ke orang lain sangat besar kemungkinannya tidak dikembalikan. Entah karena mereka benar-benar miskin atau menganggap kita kaya yang sudah tidak butuh Rp1-2 juta.

 Maka dengan mematikan centang biru kita punya waktu untuk tidak langsung menjawab permintaan utang tersebut. Bahkan kalau kita tidak menjawab pun tidak apa-apa karena tanda centang di WhatsApp mereka menandakan pesan belum kita baca.

Hubungan Asmara dan Agama


Psikolog yang khusus menangani hubungan asmara Madeleine Mason dari lembaga psikologi Maclynn menyarankan orang yang sedang menjalani hubungan percintaan untuk sama-sama mematikan Read Receips atau Laporan Dibaca. Hal ini untuk menghindari overthinking, panik, dan rasa saling curiga antar keduanya kalau melihat centang biru terpampang, tapi pesan belum dibalas.

Karena itulah saya yakin kalau mematikan centang biru WhatsApp tidak melanggar keyakinan agama saya sebagai orang Islam karena tidak melanggar akidah dan tauhid terhadap Allah SWT, alasannya karena:

1. Semua orang sudah tahu ada fitur mematikan centang biru. Artinya fitur ini bisa digunakan dan tidak dimaksudkan untuk menipu karena memang disediakan dari WhatsApp sebagai penyedia aplikasi pesan instan.

2. WhatsApp adalah urusan duniawi. Ini artinya mematikan centang biru WhatsApp adalah perkara duniawi yang boleh dilakukan asal tidak melanggar syariat agama.


Jadi kita tidak perlu ragu menonaktifkan fitur Laporan Terbaca sebab tidak berdosa. Malah akan menghindarkan diri dari berburuk sangka terhadap orang lain yang disebabkan pesan sudah centang biru, tapi pesan belum juga dibalas.
Memilih Medsos yang Tepat Untuk Self Branding, Pendongkrak Profit, dan Pelayanan Publik

Memilih Medsos yang Tepat Untuk Self Branding, Pendongkrak Profit, dan Pelayanan Publik

Kita tidak harus punya semua akun media sosial kecuali kita artis dan selebritas duni hiburan, dan seleb internet seperti, contohnya, Ria Ricis dan Gen Halilintar. 

Artis dan selebritas dunia hiburan perlu selalu berhubungan dengan para penggemar sebagai bagian dari karir mereka. Begitu pun para selebritas internet atau seleb medsos yang pekerjaan utamanya memang membuat konten di media sosial.

Kalaupun punya semua akun medsos, kita tidak perlu aktif setiap hari memperbarui postingan di medsos. Kita punya kehidupan di dunia nyata yang lebih bermanfaat dan orang-orang di sekitar yang membutuhkan keaktifan kita.

Sebelum aktif di salah satu medsos, mari kenali dulu karakteristik medsos supaya apa yang kita inginkan di medsos tersebut lebih efektif dan mendukung tujuan kita.

 1. TikTok

 

Mengutip data dari We Are Social, pada 2023 pengguna aktif TikTok tercatat ada 1,09 miliar di seluruh dunia. Indonesia jadi negara nomor dua sebagai pengguna TikTok terbesar di dunia sebanyak 113 juta akun per April 2023. Di nomor satu ada Amerika Serikat dengan 117 juta pengguna.

Besarnya pengguna TikTok ini yang membuat jualan para pedagang laris manis bak kacang goreng walau minim subsidi ongkir seperti yang ada di lokapasar (marketplace) lain semacam Tokopedia dan Shopee.

Kalau kamu pedagang yang ingin mempercepat perputaran barang dan kas, kamu harus rajin bikin live untuk menarik minat para TikTokers. Perputaran barang dan uang yang cepat di TikTok juga jadi alasan pedagang berani memberi harga yang lebih murah daripada di marketplace lain.

TikTok paling cocok untuk kamu yang sering gabut dan suka bikin konten secara spontan. TikTok murni untuk hiburan tanpa ada unsur edukasi apa pun. Makanya tidak cocok untuk personal dan company branding.

2. Instagram

 

Instagram identik dengan keindahan, baik keindahan manusia, panorama, pemandangan, interior, eksterior, dan semua hal. Maka medsos ini cocok buat promosi tempat wisata, produk dan layanan terbaru, dan self-branding,

Sebagai medsos yang karakternya cocok untuk self-branding. Kamu bisa mencitrakan diri sesuai keinginanmu, entah kamu ingin dilihat sebagai orang kaya, suka sedekah, ramah, gaul, apa adanya, dan semua yang ingin kamu citrakan.

Instagram juga tempat para selebritas memajang segala aktivitas mereka dan lama-lama menarik minat orang biasa untuk melakukan hal serupa. Karena semua hal indah-indah, rupawan, mewah, dan megah inilah yang membuat Instagram dikenal sebagai media sosial tempat pamer.

3. Twitter

 

Twitter berbasis teks atau kalimat, jadi pengguna tidak perlu memposting foto atau gambar apa pun, cukup mengetik beberapa baris kata, lalu posting. Sangat simpel. Makanya Twitter ideal untuk orang yang ingin mengeluarkan ide, mengomentari sesuatu, atau bahkan curhat masalah sehari-hari.

Twitter juga medsos paling tepat bagi perusahaan untuk merespon secepat mungkin keluhan netizen sebelum jadi viral. Ini sesuai karakteristik Twitter yang berbasis teks. Jadi kalau pengguna produk atau layanan tertentu punya masalah mereka bisa langsung nge-twit dan me-mention akun yang bersangkutan tanpa harus memfoto apa pun dulu.

Namun karena merupakan medsos microblogging, banyak pengguna yang membuat akun anonim supaya merasa lebih bebas bercerita, mengungkapkan pendapat, atau curhat. Inilah yang membuat peredaran berita bohong (hoaks) kemudian marak di Twitter.

4. Facebook

 

Facebook sudah makin ditinggalkan muda dan para pesohor. Makanya yang masih menggunakan Facebook sekarang lebih banyak orang-orang tua.

Sejak lama Facebook punya fitur grup yang memungkinkan orang dengan minat sama membentuk sebuah grup dan rutin berdiskusi, namun keberadaan grup itu lantas dilupakan karena pengguna Facebook yang mayoritas orang tua tidak banyak menggunakan grup.

Pun walau Facebook juga punya fitur live seperti Instagram dan TikTok serta posting status seperti microblogging Twitter, namun sudah jarang orang yang menggunakannya sebab hampir semua pengguna Facebook kini beralih ke Instagram.

Untuk media promosi, layanan publik, dan kampanye, Facebook efektif untuk menjangkau orang berusia diatas 45 tahun.

Telegram dan WhatsApp Business


Perusahaan, kementerian, dan lembaga publik kini juga sudah menggunakan WhatsApp Business untuk pelayanan yang lebih privat kepada konsumen atau publik.

Lewat WhatsApp Business perusahaan bisa melakukan promosi dan layanan baru langsung ke tangan konsumen. Lebih praktis karena konsumen atau pengguna layanan tidak perlu repot lagi mencarinya di medsos atau website perusahaan.

Sama seperti WhatsApp yang merupakan aplikasi pesan instan, keberadaan Telegram untuk mengirim informasi ke ratusan orang sekaligus membuatnya lebih unggul dari WhatsApp. A

kan tetapi, karena mampu menampung ratusan orang sekaligus dalam satu grup, Telegram sering disalahgunakan untuk penyebaran film-film bajakan, konten porno, dan perjudian. Citra Telegram di Indonesia agak negatif karena sering dijadikan penyebaran tiga hal yang melanggar hukum tersebut.

Perusahaan dan unit usaha yang ingin menjangkau pelanggan baru, pelanggan tetap, dan calon pelanggan bisa menggunakan WhatsApp Business yang disetel menggunakan pesan otomatis (bot/robot algoritma. Pesan otomatis itu kemudian bisa diambil alih oleh customer service atau admin bila ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh bot tersebut.

Kita bebas menggunakan medsos sesukanya asal tidak melanggar UU ITE seperti menyebar fitnah, ujaran kebencian, dan mempermalukan nama seseorang. Lebih penting lagi gunakan medsos sesuai kepentingan dan kebutuhan. Dengan begitu kita bisa menyeimbangkan hidup di dunia nyata dengan kesenangan di media sosial.