Makna Kata yang Berubah dengan Peyorasi dan Ameliorasi

Bahasa diciptakan dan digunakan oleh manusia. Ketika perilaku dan pola pikir manusia berubah, kata-kata dalam bahasa bisa mengalami perubahan makna. Satu kata bisa berubah maknanya jadi negatif atau positif.

Perubahan makna kata disebut dengan peyorasi atau ameliorasi. Peyorasi adalah kata atau frasa (gabungan dua kata atau lebih) yang mengalami perubahan makna jadi lebih negatif atau merendahkan dari makna aslinya. 

Sedangkan ameliorasi adalah kata atau frasa yang mengalami perubahan makna menjadi lebih positif atau lebih halus dari makna aslinya. 

Bahasa Latin

 

Peyorasi berasal dari bahasa Latin pejoratus yang meminjam dari kata pejorare yang berarti memburuk. Diserap kedalam bahasa Inggris jadi pejorative dan diserap lagi ke bahasa Indonesia jadi peyorasi.

Sementara itu ameliorasi berasal dari kata ameliorare yang berarti memperbaiki atau menjadi lebih baik. Ameliorare diserap ke bahasa Inggris jadi ameliorate dan diserap ke bahasa Indonesia jadi ameliorasi.

Related: Ngerti Bahasa Inggris tapi Gak Bisa Ngomongnya

Kenapa mengambil dari bahasa Latin? Karena bahasa Latin punya struktur yang sangat teratur dan konsisten yang membuatnya ideal untuk menciptakan istilah-istilah baru yang membutuhkan presisi dan kejelasan. 

Struktur  yang teratur dan konsisten membantu menghindari kebingungan dan memastikan bahwa istilah tersebut dapat dipahami oleh komunitas ilmiah internasional.

Selain itu, bahasa Latin tidak digunakan lagi sebagai bahasa ibu jadi tidak memihak bahasa nasional mana pun. Ini membuat bahasa Latin netral dan universal sebagai bahasa akademik dan ilmiah.

Orang-orang terakhir yang menggunakan bahasa Latin adalah mereka yang hidup di masa Kekaisaran Romawi (tahun 27 SM-476M).

Berikut contoh kata yang mengalami peyorasi dan ameliorasi.

Klitih


Klitih pada awalnya bermakna netral karena sebagai istilah yang dipakai untuk menggambarkan aktivitas mengusir bosan dengan jalan-jalan tanpa tujuan di malam hari atau klithah-klithih. Klithah-klithih secara harfiah bermakna bolak-balik agak kebingungan.

Belakangan klitih mengalami perubahan maksa jadi negatif. Sejak tahun 1990-an klitih makin mengalami peyorasi yang bermakna kekerasan jalanan yang dilakukan sekelompok remaja (pelajar SMP atau SMA) dengan memilih korban secara acak.

Klitih identik dengan Yogyakarta karena di provinsi itulah sering dilaporkan kasus kekerasan jalanan sampai korbannya meninggal dunia.

Kata 'klitih' telah mengalami peyorasi dari netral ke negatif.

Bajingan

 

Di masa lalu, bajingan adalah sebutan bagi kusir (pengendali) gerobak sapi. Gerobak sapi digunakan untuk mengangkut orang dan barang, tapi sapi jalannya sangat lambat, tidak secepat kuda.

Orang-orang yang sering menggunakan jasa gerobak sapi untuk bepergian lama-lama mengeluh karena kelamaan menunggu datangnya bajingan dan gerobak sapinya, "Dasar bajingan lama banget datangnya." 

Pun mereka yang diburu waktu, tapi tidak punya pilihan angkutan selain gerobak sapi cuma bisa mengeluh karena saat sudah di gerobak sapi butuh waktu lama untuk sampai di tujuan.

Lama-lama bajingan tidak lagi bermakna kusir gerobak sapi, melainkan jadi kata makian untuk orang yang berperilaku jelek dan jahat. Kata 'bajingan' telah mengalami peyorasi dari netral ke negatif.

Wanita

 

Dulu kata 'wanita' dianggap lebih rendah dari kata 'perempuan' dan digunakan pada situasi dan kondisi negatif. Sekarang 'wanita' menjadi istilah yang lebih sopan dan menghormati, makanya sering digunakan dalam konteks formal dan resmi.

Kata 'wanita' telah mengalami ameliorasi dari negatif ke positif.

Abdi

 

Abdi dulunya berarti budak atau orang yang ada dibawah kendali orang lain. Abdi tidak punya kekuasaan atas dirinya sendiri dan hidup atas belas kasihan tuannya. 

Sekarang kata 'abdi' punya makna yang positif dalam konteks pelayanan umum seperti abdi negara untuk pegawai negeri, atau abdi dalem untuk pelayan setia di keraton Yogya dan Solo.

Seorang abdi dalem biasanya diangkat melalui seleksi dan pelatihan khusus. Mereka biasanya sangat dihormati dalam masyarakat karena dedikasi dan kesetiaan mereka terhadap keraton dan raja. Dalam menjalankan tugasnya abdi dalem mengenakan pakaian tradisional keraton.

Lata 'abdi' telah mengalami ameliorasi dari negatif ke positif.

Kenapa Kata Bisa Mengalami Perubahan Makna?

 

Sebuah kata atau frasa bisa mengalami perubahan makna karena nilai, norma, dan kebiasaan masyarakat berubah dari waktu ke waktu. Makanya makna kata juga berubah sebagai cerminan dari masyarakat yang juga berubah.

Hal lain yang mempengaruhi perubahan makna dalam kata adalah:

1. Pengaruh Bahasa Asing. Bahasa lain dapat mengubah makna kata dalam bahasa asal. 

Kata 'menu' dalam bahasa Indonesia, misalnya, berasal dari bahasa Prancis yang berarti daftar makanan, sekarang 'menu' juga sering digunakan untuk merujuk pada daftar pilihan di dalam komputer, ponsel, aplikasi, dan lainnya.

2. Perkembangan Teknologi. Kata sering kali mendapatkan makna baru seiring dengan perkembangan teknologi. 

Contoh 'mouse' yang awalnya berarti hewan tikus, kini juga berarti perangkat keras komputer untuk menggerakkan kursor di komputer.

3. Penggunaan Figurati.: Metafora (kiasan) dan metonimi (bentuk majas) dapat juga mengubah makna kata. 

Kata 'head' atau kepala yang awalnya bermakna kepala sebagai bagian tubuh manusia/hewan, sekarang bisa juga berarti pemimpin misalnya kepala personalia atau kepala dinas.

4. Konteks dan Kolokasi (asosiasi tetap antara kata dan kata lain dalam lingkungan yang sama)

Penggunaan kata dalam konteks tertentu dapat mengubah maknanya. Misalnya, kata dingin yang secara harfiah berarti bersuhu rendah, sekarang dingin juga berarti tidak ramah dan kaku.

5. Penyebaran dan Variasi Dialek. Variasi dalam dialek atau penyebaran geografis dapat mempengaruhi makna kata. Contohnya kata 'lift' di Inggris berarti 'elevator' di Amerika Serikat.

***

Semua yang ada di dunia pasti berubah, begitu juga manusia. Manusia menciptakan bahasa untuk berkomunikasi, maka kata dalam bahasa bisa berubah seiring berubahnya zaman.

0 Comments

Posting Komentar