Alasan Emak-emak Selalu Benar

Para ibu rumah tangga kadang jenuh mengurus rumah sementara mereka tidak ada kesibukan lain. Makanya energi dan waktu mereka tidak tersalurkan sebagaimana wanita karir atau wanita pedagang.

Karena itulah mereka akan berusaha sengit memenangkan adu argumen, adu mulut, perdebatan, bahkan perkelahian fisik kalau perlu. Kalau sudah memenangi suatu perdebatan atau adu mulut, akan puas hati mereka dan hidupnya jadi bermakna karena merasa telah mempertahankan prinsip.

Makanya tidak usah heran kalau melihat emak-emak naik motor di jalan serasa mereka yang punya jalan. Belok tanpa sein, ngebut, motong jalan sembarangan, nyalip gak pake perhitungan, dan kadang nerabas lampu merah.

Emak-emak merasa punya banyak waktu dan energi untuk mempertahankan diri andai terjadi masalah di jalan. Inilah juga yang jadi sebab emak-emak bisa ngomong dan ngomel bermenit-menit tanpa jeda sampai kita gak tahan dan akhirnya membiarkan emak-emak menang.

Itu baru garis besar kenapa emak-emak selalu dianggap paling benar dan tak terkalahkan. Berikut alasan emak-emak selalu dianggap paling benar sampai ada istilah the power of emak-emak.

1. Waktu dan Energi


Mengalah adalah alasan utama orang menganggap emak-emak selalu benar. Mereka tidak punya waktu dan energi sebanyak emak-emak karena sudah capek kerja, capek kuliah, atau lelah dengan urusan hidup lainnya.

Karena itulah mereka malas ribut, berdebat, dan memperpanjang urusan.  Kalau memperpanjang urusan dengan emak-emak waktu dan energi akan habis terbuang percuma hanya untuk adu mulut. Belum tentu menang pula.

2. Menghormati Ibu dan Wanita

 

Banyak orang mengalah pada emak-emak karena ingat pada ibu, saudara perempuan, atau istri mereka. Buat mereka sangat tidak pantas beradu argumen dengan wanita karena mereka adalah sosok yang patut dihormati dan dihargai.

Jadi meski emak-emak itu belum tentu benar, mereka memilih ngalah yang akhirnya membenarkan anggapan umum bahwa emak-emak selalu benar.

3. Takut

 

Ada beberapa orang yang pengin banget ngelawan emak-emak yang berulah dan merugikan orang lain, tapi takut.

Mereka takut dianggap beraninya cuma sama emak-emak. Takut dianggap tidak gentle atau pengecut kalau ribut dan berantem sama emak-emak.

Meski kezel karena harus mengalah dengan emak-emak yang salah, beberapa orang memilih membiarkan emak-emak menang. Inilah yang membuat emak-emak jadi selalu dianggap paling benar.

4. Kuatir Merembet ke Hal Lain 

 

Ada orang yang cepat-cepat mengalah pada emak-emak karena tidak mau urusan jadi panjang dan merembet ke hal lain yang tidak ada hubungannya dengan urusan awal.

Urusan awal cuma soal kentang akhirnya jadi bakso karena meski salah emak-emak itu masih terus beradu pendapat dan memaksakan pikirannya harus diterima.

Jadi ada orang yang tidak salah, tapi memilih menyelesaikan urusan dengan emak-emak secepat mungkin daripada meladeni, tapi ruginya lebih besar.

Ras Terkuat Sekaligus Terlemah

 

Ibu-ibu disebut juga dengan emak-emak merupakan ras terkuat di muka bumi karena mereka selalu menang dalam banyak urusan sosial di masyarakat.

Doa ibu yang ikhlas dan tulus penuh cinta kasih dalam hatinya juga bisa jadi pintu surga bagi anak-anaknya.

Meski begitu, emak-emak juga merupakan "ras" terlemah karena mereka yang berpendidikan rendah rentan dimanipulasi untuk kepentingan politik praktis. Ini karena mereka gampang percaya dan tidak mencari tahu kebenaran dari suatu informasi.

Sikap impulsif (gampang bereaksi spontan) yang dimiliki kebanyakan emak-emak juga membuat mereka mudah termakan isu yang belum tentu benar. Mereka jadi gampang dimanfaatkan untuk menjatuhkan nama baik seseorang, kelompok, atau institusi.

Banyak dari emak-emak tidak bisa berdikari secara finansial karena tidak ada waktu untuk bekerja demi mengasuh anak dan mengurus rumah tangga. Jadi mereka hanya mengandalkan penghasilan suami. Kalau terjadi apa-apa dengan suaminya dan tidak ada warisan, maka istri harus berjuang mengasuh anak sekaligus mencari nafkah.

Harus Gimana Kalau Ketemu Emak-emak yang Salah tapi Ngotot?

 

Pertama, gak usah adu debat. Iya-iyain aja dulu. Lima menit kemudian baru tanya, "Urusan ini mau diselesaikan bagaimana, Bu? Saya gak punya waktu seharian buat melayani Ibu."

Kalau emak-emak itu masih teriak dan marah-marah ajak ke kantor polisi terdekat. Kalau dia menolak dan nyerocos terus, panggil orang sekitar untuk bersedia jadi saksi di persidangan. Meski nyatanya gak akan ada persidangan karena gak ada laporan ke kantor polisi, setidaknya itu bisa bikin si emak diam.

Kedua, gak perlu ancam pakai viral-viralan. Emak-emak akan makin naik darah kalau diancam akan diviralkan. Kalau sudah naik darah dia akan tambah nekat dan malah kita yang jadi terlihat bersalah.

Ketiga, kalau situasi sudah tenang dan reda, kita bilang, "Saya maafkan. Saya pamit dulu ya, Bu. Semoga Ibu sehat selalu."

Kalau emak-emak itu minta ganti rugi padahal dia yang salah, silakan ajak ke kantor polisi untuk menyelesaikan masalah secara adil.

0 Comments

Posting Komentar