Punya Uang Bingung Mau Usaha Apa?

Ada orang yang sudah punya usaha, tapi tidak punya uang untuk membesarkannya. Ada juga yang punya uang, tapi tidak tahu mau usaha apa.

Kenapa yang punya uang tidak memberi modal ke yang sudah punya usaha? Teori, sih, gampang. Prakteknya, ya, susah. 

Ada beberapa pertimbangan yang membuat pemodal tidak serta-merta memberi bantuan atau pinjaman.

1. Belum kenal. Mana ada orang yang memberi modal ke orang yang belum dikenalnya.

Bank saja harus mengenali dulu debiturnya dengan cara menelusuri riyawat pinjaman seseorang di OJK, mensurvei tempat tinggal, dan melihat langsung tempat usaha yang akan dimodalinya.

Setelah kenal barulah timbul kepercayaan antara kedua belah pihak, lalu terjadilah kerjasama.

2. Bukan bidang yang diinginkan pemodal. Pemilik modal juga berhak memilih usaha mana yang akan dia modali.

Kadang ada pemilik modal yang bukan cuma melihat feasibility, melainkan apa bidang usaha itu sesuai seleranya atau tidak.

3. Berkali-kali bangkrut. Buat sebagian orang berkali-kali bangkrut bukanlah soal karena berarti dia gigih dan mau terus berusaha.

Namun, buat orang yang mau memodali, banyaknya bisnis yang berkali-kali gagal bisa jadi tanda tanya benarkah orang itu sungguh-sungguh menjalankan bisnisnya atau cuma buat tempat money laundering.

3. Gaya hidup pemilik. Gaya hidup pemilik usaha juga jadi pertimbangan apakah dia layak dimodali atau tidak.

Sedapat mungkin pemilik usaha tidak bergaya selebritas yang sering update Instagram dan berfoto dengan makanan dan barang mahal. Bergaya hidup seperti Syahrini atau Juragan99 bisa mencitrakan kita orang yang boros dan banyak gaya.

Feasibility Usaha


Sebuah usaha harus masuk akal untuk dijalankan atau tidak. Usaha yang cuma ikut tren dan terbawa viral kemungkinan besar sulit bertahan karena akan tergantikan oleh usaha lain yang juga tren dan viral.

Carilah usaha yang mampu bertahan selamanya dan dicari banyak orang.

Misal kita mau buka kafe ala Korea di garasi rumah. Rumah kita ada di desa. Berani beda dan mengeruk celah pasar baru memang bagus, tapi pertimbangkan juga kalau buka kafe di kota saja belum tentu laku, apalagi di desa. 

Remaja dan anak muda penggemar K-Pop memang pasti datang ke kafe ala Korea itu, tapi cuma untuk menuntaskan rasa penasaran saja. Setelahnya belum tentu balik lagi karena hal-hal berbau Korea bukan prioritas buat remaja di desa. Kondisi keuangan, citarasa makanan, dan vibes yang dirasakan anak muda di desa beda dengan di kota besar.

Jadi cermati dulu feasibility-nya, apakah usaha itu masuk akal atau tidak untuk dilakukan di tempat kita atau tempat lain yang akan kita tuju.

Hal yang patut diperhatikan untuk menentukan feasibility sebuah usaha adalah sebagai berikut.

1. Pangsa Pasar

 

Kita ingin menarget orang gemuk, misalnya. Berarti kita bisa jualan busana serba big size, misalnya, atau cemilan rendah lemak.

Orang gemuk biasanya suka ngemil, makanya dia jadi gemuk. Jadi menjual cemilan rendah kalori dan lemak, bisa disukai orang gemuk yang masih ingin ngemil, tapi tidak mau tambah gemuk.

Jadi sebelum buka usaha, pikirkan dulu produk atau jasa kita nantinya akan disukai kalangan mana. Apakah orang kaya, miskin, anak muda, lansia, anak-anak, atau orang gemuk dan sebagainya.

2. Lokasi

 

Pilih lokasi di mana orang sering lewat sekaligus tidak menyulitkan mereka datang ke tempat usaha kita. Perempatan jalan lampu merah, misalnya, terhitung sebagai lokasi strategis. Namun, sulit memasukkan dan mengeluarkan mobil di perempatan karena banyak kendaraan lewat dan kita bisa jadi pencetus macet.

Makanya orang bermobil enggan datang ke tempat usaha yang berada di perempatan. Kalau motor, sih, gak masalah. Jadi perhatikan juga lokasi tempat usaha apakah bisa dijangkau dengan bermacam kendaraan atau tidak.

3. Keunikan

 

Sama-sama buka warung bakso, misalnya. Apa yang membuat bakso kita unik dan beda dari yang sudah ada? Selain kualitas, keunikan produk bikin usaha kita bertahan dan terus dicari banyak orang.

4. Penyedia Bahan Baku

 

Kita harus punya penyedia bahan baku tetap untuk menyuplai bahan makanan. Atau kalau kita buka toko baju, pikirkan dari mana kita akan dapat supplier baju. Apa dari pabrik, konveksi, jahit sendiri, atau beli grosiran.

Membeli dari penyedia tetap berguna supaya kita tidak pusing dengan fluktuasi harga dan tersendatnya usaha karena gonta-ganti supplier.

Kalau perlu buatlah perjanjian hitam di atas putih (bermaterai/disaksikan notaris) supaya kalau ada perselisihan bisa cepat diselesaikan sesuai hukum dan aturan yang berlaku.

5. Harga

 

Jangan banting harga seperti lokapasar (marketplace). Para pedagang di lokapasar bisa jual murah karena subsidi dari lokapasar seperti Tokopedia, TikTok, Shopee, atau Lazada.

HItung harga jual dengan cermat di mana didalamnya termasuk gaji karyawan (kalau ada), biaya listrik, kemasan, dan lainnya.

Pun, harga harus menyesuaikan dengan pangsa pasar dan lokasi tempat kita buka usaha. Kalau pangsa pasarnya anak muda yang tinggal di kota kabupaten harga jual bisa lebih mahal menyesuaikan dengan bahan baku.

Pun kalau pasarnya orang desa yang tinggal di kecamatan, maka harga jualnya pun menyesuaikan dengan daya beli penduduk di sana.

6. Mudah dihubungi

 

Buka toko online via lokapasar bukan berarti kita tidak punya saingan. Supaya toko kita muncul di laman pencarian, upload foto produk baru tiap hari. Berikan keterangan selengkapnya di deskripsi produk supaya pembeli tidak harus bolak-balik bertanya.

Makin banyak produk yang dijual makin baik karena pembeli jadi punya pilihan dan tidak harus belanja di toko berbeda.

Usahakan online di jam kerja supaya kalau ada transaksi atau pembeli yang bertanya, kita cepat meresponnya.

7. Franchise

 

Cara lain kalau kita punya uang tapi bingung mau usaha apa adalah membeli franchise. Pastikan franchise itu bukan yang cuma sekejap tren seperti es krim serta cemilan dan minuman viral.

Buat yang beragama Islam, pastikan juga franchise itu tidak menjual makanan, minuman, dan hal haram supaya usaha kita terjaga keberkahannya.

Emas, Forex, Saham, Indeks Berjangka

 

Kalau punya uang tapi bingung mau usaha apa, kita bisa coba beli emas batangan. Hanya saja emas harus disimpan dulu beberapa tahun sebelum harga jualnya naik. Jadi investasi emas lebih cocok untuk orang yang lagi gak butuh likuiditas cepat.

Kalau berani coba instrumen investasi high risk high return, kita bisa berdagang nilai mata uang asing atau foreign exchange (forex), saham, atau indeks berjangka.

Related: Tabungan dan Investasi Mana Lebih Cocok untuk Orang Berduit Pas-pasan?

Kita bisa berdagang sendiri melalui aplikasi di Play Store atau App Store, bisa juga lewat perantara di perusahaan yang melayani jasa trading forex, saham, atau indeks.

0 komentar

Posting Komentar