Kita sebagai pengarang menceritakan perasaan dan sudut pandang beberapa karakter dalam satu adegan.
Head hopping terjadi ketika sebuah cerita atau adegan diceritakan dari sudut pandang satu tokoh, tapi tiba-tiba beralih ke sudut pandang tokoh atau narator yang berbeda. Hal ini terjadi ketika penulis secara tidak sengaja memasukkan pemikiran, pengamatan, atau detail yang tidak mungkin diketahui oleh karakter di PoV saat ini.
Untuk menghindari head hopping dan kontradiksi antar tokoh, JK Rowling mempekerjakan orang yang bertindak sebagai Harry Potter Specialist.
Harry Potter Specialist bertugas memeriksa detil demi detil karakter antar tokoh dan alur supaya JK Rowling tidak menulis karakter atau jalan cerita yang kontradiktif di novelnya.
Novel Harry Potter juga kita ketahui menggunakan sudut pandang orang
ketiga. Pengarang yang menggunakan sudut pandang orang ketiga rentan
mengalami head hopping karena mereka berperan sebagai pengamat yang menceritakan banyak karakter, alur, dan sudut pandang dalam cerita.
Selain alur atau plot, head hopping juga terjadi saat pengarang menulis jalan cerita yang tidak sesuai kenyataan. Misal, dia menulis:
Supri berjalan kaki meninggalkan kampungnya di Bandung sejak subuh. Tidak terasa dia sudah sampai di Jakarta pada sore hari.
Jarak Bandung ke Jakarta 150 km dan butuh 23 jam kalau kita jalan kaki untuk sampai ke tujuan. Jadi unsur plausibilitas dalam cerita tidak terpenuhi karena pengarang menulis Supri jalan kaki pada pagi hari dari Bandung ke Jakarta, tapi sore sudah sampai.
Mestinya Supri baru sampai esok paginya. Itupun kalau Supri berjalan kaki tanpa henti tanpa istirahat.
Related: Unsur Plausibilitas dalam Cerita Fiksi
Cerita dengan Sudut Pandang Orang Ketiga
Head
hopping sering terjadi pada pengarang yang menggunakan sudut pandang
orang ketiga karena si pengarang memposisikan dirinya sebagai pengamat. Karena itulah si pengarang menggunakan kata ganti "dia" dan "ia" untuk menggambarkan jalannya cerita dan pemaparan tokoh-tokoh.
Kata "dia" dan "ia" sebetulnya bermakna sama. Pada KBBI "dia" artinya persona tunggal yang dibicarakan. Di KBBI "dia" juga berarti ia.
Sedangkan "ia" berarti orang yang dibicarakan, tidak termasuk pembicara dan kawan bicara. KBBI juga mengartikan "ia" sebagai dia dan benda yang dibicarakan.
Ini berarti "dia" digunakan untuk manusia baik laki-laki dan perempuan. Sedangkan "ia" bisa digunakan selain untuk kata ganti manusia juga kata ganti untuk binatang dan benda.
Untuk menghindari head hopping saat menggunakan sudut pandang orang ketiga, kita bisa membaca ulang beberapa kali cerita itu untuk memastikan tidak ada inkonsistensi dan kontradiksi antar tokoh atau pada alur.
Cara lain adalah dengan membuat outline. Kita tulis dulu siapa saja tokoh yang akan ada di cerita dan bagaimana karakter mereka. Tulis juga bagaimana alurnya dan bagaimana ending yang akan kita buat di cerita itu.
Cerita dengan Sudut Pandang Orang Kedua
Gampang
saja mengenalinya. Ciri utama cerita yang menggunakan sudut pandang
orang kedua adalah si pengarang tidak akan pernah menggunakan kata "aku".
Karya fiksi dengan sudut pandang orang kedua ini banyak ditemukan di puisi dan sajak. Contoh cerita dengan sudut pandang orang kedua:
Cerita dengan sudut pandang orang kedua juga bisa membuat kita melakukan head hopping kalau tergelincir menggunakan kata aku, dia, ia, atau si pengarang tiba-tiba memposisikan diri sebagai pengamat.
Cara menghindari head hopping saat menulis cerita dengan sudut pandang orang kedua adalah konsisten menggunakan kata "kau" dan "kamu". Buatlah kalau kita seolah sedang bercerita kepada satu orang saja dan tidak membicarakan diri kita sama sekali.
Cerita dengan Sudut Pandang Orang Pertama
Membuat cerita dengan sudut pandang orang pertama bisa dibilang paling gampang karena kita memposisikan diri sebagai tokoh utama.
Banyak novel best-seller dunia yang menggunakan sudut pandang orang pertama. Head hopping saat menggunakan sudut pandang orang pertama minim terjadi karena pengarang memposisikan dirinya sebagai tokoh utama sehingga minim terjadi lompatan karakter.
Namun, bukan berarti head hopping tidak bisa terjadi sama sekali. Head hopping bisa terjadi kalau pengarang menceritakan terlalu banyak alur dan karakter antar tokohnya mirip sehingga pembaca susah membedakan mana tokoh A, mana tokoh B, dan seterusnya.
Cara menghindari head hopping saat menulis cerita menggunakan sudut pandang orang pertama adalah dengan konsisten menceritakan kisah hanya dari pandangan dan pikiran tokoh utama.
0 Comments
Posting Komentar