Di masa pandemi Covid-19 kita mengenal istilah work from home atau bekerja dari rumah karena kantor ditutup untuk mencegah penyebaran virus Corona penyebab penyakit Covid. Para karyawan tetap menunaikan tugasnya, tapi pekerjaan itu mereka selesaikan di rumah masing-masing, tidak di kantor sebagaimana normalnya.
Related: Social Loafing Orang yang Rajin tapi Malas Kerja Kelompok
Sebetulnya tidak harus dari rumah. Karyawan bisa kerja dari mana saja asal terhubung ke internet yang akan menyambungkannya ke jaringan kantor. Hanya saja kalau bekerja di kafe atau di perpustakaan daerah hitungannya lebih boros karena harus mengeluarkan uang transportasi dan beli kopi.
Pekerja yang bekerja di mana saja, termasuk sambil keliling kota/dunia, lebih pas disebut sebagai digital nomad daripada remote working. Remote working sama dengan work from home, tapi berbeda dengan digital nomad walau sama-sama tidak butuh datang ke kantor.
Asal Istilah Digital Nomad dan Remote Working
Nomad (bahasa Inggris) artinya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dan tidak pernah menetap. Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai nomaden.
Jadi digital nomad berarti orang yang sering bepergian ke banyak tempat sambil bekerja menggunakan teknologi digital seperti internet, perangkat komunikasi, dan kamera bila diperlukan (tergantung pekerjaan yang sedang mereka jalani).
Sementara itu remote working adalah mengerjakan pekerjaan kantor yang tidak dilakukan di kantor alias kerja jarak jauh. Remote working sering disebut juga dengan telework, telecommuting, dan work from home.
Istilah itu populer sejak tahun 2020 atau saat awal pandemi Covid-19 melanda dunia.
Sama-sama bekerja jarak jauh (remotely), menggunakan internet dan perangkat komunikasi, lalu apa bedanya remote working (pekerjanya disebut worker) dan digital nomad?
Tempat Kerja dan Tempat Tinggal
Remote worker lebih banyak bekerja di rumah daripada di kafe, taman kota, atau perpustakaan yang menyediakan wifi. Itulah mengapa seseorang yang melakukan remote working sering disebut sedang melakukan work from home.
Remote worker sesekali ngopi sambil kerja menggunakan wifi di kafe atau di rumah saudaranya yang punya internet, tapi itu jarang. Mereka hampir selalu bekerja dari rumah karena sewaktu-waktu bisa dipanggil untuk meeting atau ditelepon kantor.
Remote worker tidak pernah pindah kota selagi bekerja, sedangkan digital nomad selalu berpindah-pindah. Bulan ini kerja di Denpasar, bulan depan di Jakarta, enam bulan kemudian mereka bisa saja sudah pindah negara.
Remote working dari rumah (Foto: Forbes India) |
Digital nomad juga tidak punya rumah atau tempat tinggal tetap karena selalu berpindah-pindah selama bertahun-tahun. Kalau pulang ke kota atau negara asalnya mereka akan pulang ke rumah orang tua atau saudaranya sebelum melanglang buana lagi sambil bekerja.
Remote worker kebanyakan karyawan tetap di suatu perusahaan sedangkan digital nomad kebanyakan pekerja lepas, pekerja kontrak, atau bekerja mandiri (self employee).
Pekerjaan yang Ditekuni
Status karyawan tetap yang disandang remote worker berarti lingkup kerja mereka formal, entah di kementerian, lembaga negara, atau seputar perusahaan negara, pribadi, dan publik.
Digital nomad (Foto: CEO Magazine) |
Mengutip dari Glints digital nomad bekerja di bidang yang lebih kasual seperti:
- Freelancer seperti penulis lepas, web programmer, atau admin sosial media yang mengurus aset klien dengan membuat online campaign/konten.
- Profesional yang bekerja mandiri dengan membuka konseling, akuntan, atau bantuan hukum.
- Enterpreneur yang mengatur timnya menggunakan tools online.
- Seseorang yang menjual produk digital seperti e-book, panduan, desain website, atau print art.
- Kreator konten seperti YouTuber dan TikToker yang mendapat uang dari jumlah views, subscriber, Live, dan promosi bisnis.
- Influencer medsos yang dibayar untuk melakukan endorsement produk dan jasa.
Bisakah Seorang Remote Worker Jadi Digital Nomad?
Sangat bisa, tergantung dari jenis pekerjaannya. Kalau pekerjaan itu menuntut jam kerja tetap dari pagi sampai malam maka remote worker tidak bisa jadi digital nomad.
Sebaliknya kalau pekerjaan kita cuma butuh hasil kerja dan hasil karya tanpa aturan jam kerja maka kita bisa kerja sebagai digital nomad.
Remote Working dan Hybrid Working
Ada istilah lain yang menggambarkan kerja jarak jauh, namanya hydbrid working. Karyawan remote dan hybrid tidak perlu datang dan menunjukkan diri di kantor untuk menyelesaikan tenggat waktu pekerjaan. Bedanya remote worker tidak perlu datang ke kantor sedangkan hybrid worker harus datang ke kantor dengan porsi, misal, 3 hari ngantor 2 hari kerja dari rumah.
Dalam waktu 8-10 tahun mendatang pakar pekerja Alicia Tung memperkirakan para karyawan akan membagi waktu mereka sebesar 40 persennya untuk bekerja di luar kantor secara hybrid.
Namun asosiasi personalia profesional atau The Chartered Institute of Personnel and Development yakin kalau perusahaan lebih suka karyawannya datang ke kantor untuk bekerja daripada melakukan remote atau hybrid working.
Elon Musk telah melakukannya saat 30% perusahaan di AS masih memberlakukan work from home selama status pandemi belum dicabut oleh WHO.
The Guardian memberitakan kalau Elon mewajibkan seluruh karyawannya untuk ngantor. Karyawan boleh bekerja remote setelah mereka melaksanakan kewajiban ngantor minimal 40 jam per pekan. Kalau keberatan dengan peraturan itu mereka boleh mengundurkan diri dari SpaceX dan Tesla.
Di Indonesia sendiri perusahaan seperti Gojek yang sewaktu pandemi memberlakukan work from home tanpa sekali pun karyawannya harus ke kantor, sekarang sudah mewajibkan work from office kembali.
Meski begitu ada perusahaan yang pekerjanya berstatus berstatus karyawan tetap (bukan kontrak dan alih daya), tapi mayoritas bekerja remote. Yang ngantor cuma karyawan HR dan administrasi. Itu dimungkinkan karena perusahaan butuh karyawan dari banyak negara dan tidak berkepentingan mendatangkan karyawan ke kantor mereka.
0 Comments
Posting Komentar