Penulis Artikel yang Menerapkan Ejaan yang Disempurnakan

Internet telah membuat semua orang bisa jadi penulis. Tinggal ketik apa saja yang ada dalam pikiran lalu terbitkan dalam blog pribadi atau blog publik. Kalau mau menulis yang lebih singkat juga ada Facebook dan Twitter. Menulis sudah semudah membuat membuat pisang goreng.

Tulisan para penulis konten di internet punya jangkauan sangat luas karena internet bisa diakses dari belahan dunia mana pun tanpa terkendala bahasa dengan adanya Google Translate. 

Dengan jangkauannya yang luas itulah para penulis konten bisa berperan besar menjaga bahasa Indonesia sesuai kaidahnya, atau jadi bahasa campur-campur seperti Singlish (Singapore English), Indian English atau Melayu English yang muncul karena masyarakatnya terbiasa melakukan percampuran bahasa aslinya dengan bahasa Inggris dan bahasa percakapan sehari-hari.

Kenapa Harus Melestarikan Bahasa Indonesia? 


Tidak ada yang salah dengan bahasa ibu bercampur Inggris yang menjadi Singlish, Indian English, atau Melayu Inggris karena bahasa berkembang sesuai zaman masyarakatnya. Hanya saja bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang mempersatukan orang Indonesia yang punya ratusan bahasa daerah.

Maka penting bagi kita melestarikan bahasa Indonesia yang tidak seperti Singlish supaya tetap jadi bahasa persatuan yang dimengerti oleh seluruh rakyat Indonesia yang berbhineka tunggal ika.

Salah satu bagian paling besar yang berperan melestarikan bahasa Indonesia selain penulis buku fiksi dan nonfiksi adalah para blogger dan content writer (penulis konten atau dikenal juga dengan penulis artikel).

Related: Beda Blogger, Content Writer, dan Wartawan

Mereka menulis hampir setiap hari dan ada yang mencari nafkah dari menulis. Itu sebabnya tidak sulit, sebenarnya, kalau mereka mau menerapkan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada setiap artikel yang ditulisnya.

Penulis Amatir

 

Menurut KBBI amatir artinya kegiatan yang dilakukan atas dasar kesenangan dan bukan untuk memperoleh nafkah, misalnya orang yang bermain musik, melukis, menari, bermain tinju, sepak bola sebagai kesenangan.

KBBI resmi dari kemdikbudristek dapat diakses di kbbi.kemdikbud.go.id

Bila merujuk pada KBBI semua penulis di blog pribadi, blog publik, dan kolom media massa yang bertujuan untuk kesenangan dan tidak mencari uang disebut sebagai penulis amatir. 

Walau amatir dan hanya untuk senang-senang, hasil tulisan para penulis itu terbuka dan bisa dibaca orang di seluruh dunia. Makanya kalau menulis dengan EYD dan tulisan itu dibaca orang, secara tidak langsung mereka akan dilihat sebagai penulis ulung.

Penulis ulung membuat tulisan yang mudah dipahami sekaligus menggunakan EYD untuk membuat artikel jadi enak dibaca karena tertara sesuai kaidah bahasa.

Penulis Profesional

 

Yamg termasuk penulis profesional adalah mereka yang terbiasa menulis dan selalu menerapkan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada setiap artikelnya.

Entah itu wartawan, cerpenis, novelis, content writer (penulis konten), ghostwriter, atau blogger (disebut juga narablog) yang terbiasa menulis dengan EYD.

Akademisi dan praktisi yang menulis topik sesuai bidang kerja dan keahliannya juga saya sebut sebagai penulis profesional asal mereka selalu menulis dengan EYD, walau tujuan mereka menulis tidak untuk mencari nafkah.

Arti kata profesional dalam KBBI: bersangkutan dengan profesi, atau memerlukan keahlian khusus untuk menjalankannya.

Tangkapan layar kbbi.kemdikbud.go.id

EYD memandu kita menulis sesuai dengan kaidah bahasa supaya tulisan lebih enak dibaca sekaligus memisahkan mana kata baku, kata asing, dan kata dalam percakapan sehari-hari (bahasa gaul). Menerapkan EYD dalam artikel yang kita secara langsung berarti kita juga melestarikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Jadi saya mendeskripsikan bahwa penulis profesional adalah mereka yang sudah menerapkan EYD dalam setiap artikel yang ditulisnya, apapun pekerjaan dan latar belakang keilmuannya.

Itu artinya seseorang sudah mengerti penempatan tanda baca, huruf kapital, huruf miring, akronim, singkatan, dan lain sebagainya dan menerapkannya langsung pada artikel yang ditulisnya.

Ciri lain seseorang bisa disebut sebagai penulis profesional, terutama di internet, adalah:

1. Tidak malas mencari referensi penulisan dari KBBI dan EYD (bisa dibuka di ejaan.kemdikbud.go.id

2. Menulis tidak cuma berdasarkan pendapatnya, melainkan didukung oleh data penguat dari sumber terpercaya seperti jurnal, keterangan ahli, atau artikel berita dari media massa.

3. Bisa memadukan gaya SEO dengan EYD tanpa mengurangi kenyamanan dan kemudahan pembaca memahami isi artikel.

Bahasa Internet dan Bahasa Indonesia

 

Blogger dan penulis konten sering menulis sesuai dengan SEO untuk keperluan artikel mereka muncul di mesin pencari Google.

Dari sekian banyak mesin pencari baru Google yang digunakan kebanyakan orang di dunia untuk mencari informasi. Maka berada di halaman pertama mesin pencari amat didambakan para penulis artikel.

Karena itu mereka lebih memilih menulis menggunakan gaya SEO (search engine optimization) untuk dapat berada di halaman pertama Google.

Contoh penulisan judul gaya SEO: 5 Cara Jadi Orang Kaya.
Penulisan sesuai EYD: Lima Cara Jadi Orang Kaya.
 
Gaya penulisan SEO juga cenderung mengulang kalimat atau frasa supaya cepat terdeteksi robot Google. Inilah yang membuat artikel SEO kadang tidak enak dibaca. Alih-alih dapat pengetahuan dan informasi, kita malah bingung.
 
Perbedaan penulisan gaya EYD dengan SEO Juga bisa kita temukan di media yang punya cabang online misal Kompas. Gaya bahasa di kompas.id cenderung lebih formal dan mengedepankan EYD dibanding kompas.com yang internet banget.

Tips Buat Penulis Pemula


Semua penulis profesional berawal dari pemula. Jadi jangan ragu menulis kalau kamu suka  menulis. Tulis apa saja yang ada di kepala dan tidak usah mikirin EYD.
 
EYD dan KBBI dijadikan referensi kalau kalau kamu mau beralih jadi penulis profesional, blogger, atau ingin rutin jadi penulis konten di blog publik seperti Kompasiana, IDN Times, Terminal Mojok, atau Medium.
 

Kalau kamu penulis fiksi seperti puisi dan cerpen yang paling dulu dipelajari adalah penempatan tanda baca.


Saya sering menemukan penulis puisi dan cerpen yang menulis tanda kutip terbalik seperti: 
"Dia bergegas pergi ke sekolah karena sudah terlambat".
 
Penulisan yang benar mestinya seperti ini:
"Dia bergegas pergi ke sekolah karena sudah terlambat."
Tanda titik dan koma selalu ditulis lebih dulu daripada tanda kutip.

Penulis fiksi pemula harus lebih dulu belajar EYD dan KBBI daripada penulis nonfiksi karena mereka menggunakan banyak sekali tanda baca untuk menguatkan cerita.

Tapi yang paling penting jangan takut menulis, soal EYD bisa dipelajari belakangan. Menulis saja dulu.

0 Comments

Posting Komentar