Film Perang Indonesia dan Kolonialisme yang Bikin Nasionalisme Kita Membuncah

Film perang Indonesia amatlah berbeda dengan film perang ala Hollywood yang sering tidak masuk akal dan lebih mengandalkan kecanggihan teknologi.

FIlm perang Indonesia dibuat untuk mengenang bahwa kemerdekaan dan kedaulatan bangsa ini tidak diberikan gratis oleh para penjajah, melainkan direbut dengan nyawa, darah, dan air mata rakyat kita sendiri.

Maka kalau ada orang Indonesia yang menjelek-jelekkan tanah airnya sendiri di luar negeri, patut dipertanyakan mengapa dia melakukan itu. Untuk cari uang atau perhatian.

Berikut rekomendasi film perang Indonesia yang bikin nasionalisme kita membuncah. Semua film ditonton langsung oleh emperbaca.com dan disusun acak tidak berdasarkan kriteria tertentu.

1. Kadet 1947 (2021)

 

Diangkat berdasarkan kejadian nyata tahun 1947 saat Indonesia sedang mempertahankan kemerdekaan dari tangan Belanda.

Sejak proklamasi kemerdekaan 1945 Belanda tidak mengakui Indonesia sudah menjadi negara berdaulat dan terus melancarkan serangan militer terhadap Indonesia.

Poster film Kadet 1947 (PT Telinga Mata Nusantara)

Di tahun 1947 pesawat yang dimiliki TNI AU masih peninggalan Jepang dan tanpa suku cadang. Para teknisi di landasan udara Maguwohardjo Yogyakarta harus berjibaku memperbaiki sendiri pesawat itu dengan alat dan suku cadang seadanya.

Mari saksikan kisah para calon penerbang (kadet) yang diperintahkan untuk menyerang Belanda di Semarang ini dengan rasa bangga.

Film Kadet 1947 dibintangi oleh Bisma Karisma, Marthino Lio, Fajar Nugra, dan Kevin Julio. Ada Givina Lukita Dewi sebagai Asih. Hanya saja peran Asih ini terkesan dipaksakan muncul sebagai pemanis supaya dalam film tidak kelihatan laki-laki melulu.

2. Bumi Manusia (2019)


Film ini bukan perang angkat senjata. Ada adegan angkat senjata antara rakyat Wonokromo di Surabaya dengan polisi Belanda, tapi hanya sedikit karena film ini lebih menunjukkan perang ideologis dari Minke kepada penjajah Belanda.

Foto: Lentera Today

Kita tentu tahu bahwa novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer sudah jadi bahan literasi wajib bagi para mahasiswa sastra di banyak universitas dunia. Maka sangat layak kalau Bumi Manusia diangkat ke layar lebar.

Related: 11 Film Tentang Makanan yang Bikin Laper dan Ngiler

Alkisah adalah seorang remaja yang dipanggil Minke oleh guru sekolah Belandanya-kependekan dari monkey (monyet). Minke tidak mempedulikan panggilan itu hingga nama aslinya terlupakan dan dia pun jadi Minke.

Minke resah oleh kesewenang-wenangan Belanda. Dia bertemu Nyai Ontosoroh yang kemudian membiayai uang saku dan buku-buku selama Minke sekolah di HBS. Minke jatuh cinta pada Annelies Mellema anak Nyai Ontosoroh dan menikahinya.

Di sepanjang film kita akan melihat Minke tiga kali menikah dengan perempuan non-Jawa. Bukan karena Minke mata keranjang, tapi ditinggal mati istrinya. Annelies sakit dan mati dalam pengasingan Belanda berkedok hak asuh, sedangkan Ang San Mei meninggal karena sakit.

Perjuangan Minke makin menggelora setelah semua harta Nyai Ontosoroh dirampas Belanda dan Annelies diasingkan ke Belanda. Dia kemudian terus berjuang melalui suratkabar tentang kekejaman Belanda terhadap petani gula dan ulah para pejabat lokal yang menghisap darah rakyatnya sendiri.

3. Kartini (2017)

 

Dian Sastro memerankan sosok RA Kartini dengan amat baik. Bahasa Jawa pun fasih dan tidak kaku.

Banyak orang non-Jawa yang mempertanyakan kenapa Kartini yang tidak berjuang mengangkat senjata ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Padahal Kartini dipingit dan tidak boleh keluar rumah sambil menunggu dilamar pria.

Foto: Legacy Pictures

Film ini membuka mata kita bahwa Kartini ternyata pejuang pendidikan bagi perempuan, sama seperti yang dilakukan Ki Hadjar Dewantara dengan Taman Siswanya.

Kartini membuka sekolah khusus perempuan supaya mereka berdaya dan tidak terkungkung kebodohan. Pada masa lalu banyak anak 12 tahun sudah dinikahkan. Mereka harus mengurus anak padahal mereka sendiri masih anak-anak.

Langkah Kartini membuka sekolah semakin luas berkat dukungan suaminya Bupati Rembang Raden Adipati Joyodiningrat. Sayang Kartini meninggal di usia 25 tahun dua hari melahirkan anak pertamanya.

Banyak dugaan Kartini meninggal di racun Belanda yang tidak suka sepak terjangnya mengusahakn pendidikan bagi perempuan pribumi.

3. Merah Putih (2009)

 

Sama seperti Kadet 1947 yang berlatar pertempuran tahun 1947, film Merah Putih juga. Berkisah tentang 5 tentara muda Indonesia yang berlatih di barak, Merah Putih dibintangi oleh Zumi Zola, Darius Sinatrya, Lukman Sardi, Donny Alamsyah, dan Teuku Rifnu Wikana.

Para perwira harus terlibat dalam pertempuran sengit melawan belanda saat pesta kelulusan mereka sedang diadakan.

Foto: Tribunnewswiki

Merah Putih makin mengokohkan hati kita bahwa bangsa Indonesia dibangun dari orang bermacam suku dan agama. Itulah yang menjadikan kita Bhineka Tunggal Ika.

4. Darah Garuda (2010)

 

Film ini merupakan lanjutann dari Merah Putih dan masih berkisah tentang persahabatan dan pertempuran yang dilakukan 5 tentara dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di tahun 1947.

Darah Garuda sering disebut sebagai film Merah Putih II sebagai bagian dari trilogi film Merah Putih bersama film Hati Merdeka.

 5. Laskar Pemimpi (2010)


Sekilas ini seperti film sempalan dari Laskar Pelangi karena judulnya sama-sama Laskar. Namun sangat berbeda karena film ini dibintangi oleh grup parodi Project Pop.

Mirip seperti trilogi Merah Putih yang berlatar para tentara beda suku dan agama, Laskar Pemimpi juga berkisah tentang suka duka sekumpulan tentara yang berjuang demi bangsa. 

Foto: Kharisma Starvision Plus

Bedanya bila di Merah Putih semuanya tentara yang terlatih, tentara di Laskar Pemimpi masih pemula dan minim pengalaman tempur. Justru disitulah menariknya film ini. Walau dikemas secara komedi, pertempuran berlatar Agresi Militer Belanda II 1948 di Laskar Pemimpi sungguh heroik dan mampu bikin nasionalisme kita bangkit.

6. Sang Kyai (The Clerics) 2013

 

Diangkat ke layar lebar berdasarkan kisah hidup pejuang kemerdekaan sekaligus pendiri NU KH Hasyim Ashari. Dalam film nyata tindakan yang dilakukan Sang Kyai dalam membela rakyat kecil dari kezaliman Belanda dan Jepang.

Jepang juga memaksa rakyat untuk melakukan penghormatan kepada matahari dan melarang lagu Indonesia Raya dan pengibaran bendera merah putih. 

Foto: VIU

KH Hasyim Ashari ditangkap Jepang, tapi kemudian bebas karena melakukan diplomasi dengan petinggi Jepang di Indonesia.

Konflik terjadi karena salah satu santri menganggap Sang Kyai memihak Belanda, terutama karena menolak jalan kekerasan. Saat Jepang kalah, Hasyim Azhari lalu menyerukan Resolusi Jihad kepada santri-santrinya karena permintaan Soekarno yang minta beliau membantu perang mempertahankan kemerdekaan.

7. Battle of Surabaya (2015)

Film animasi yang mengisahkan tentang pertempuran di Surabaya pada 10 November 1945 dengan tokoh utama bernama Musa.

Semua film dapat ditonton di platform streaming seperti Netflix, Disney+ Hotstar, Vidio, VIU, KlikFilm, dan lainnya. Jangan nonton film bajakan, ya, sebab film adalah hak cipta yang dibuat oleh banyak orang yang mencari nafkah disitu.

Related: Bejibun Manfaat Tidak Nonton Film Bajakan

Dengan tidak menonton film bajakan, kita menghargai hasil karya orang lain dalam bentuk film yang dibuat dengan susah payah.

0 Comments

Posting Komentar