Suka banget nulis dan rajin bikin cerpen dan puisi? Sekarang saatnya kamu melangkah untuk menulis novel.
Ahh, susah! Novel kan panjang banget karena kita harus nulis puluhan bab dengan ratusan halaman. Enggak sesusah itu, Sobat! Karena menulis novel ternyata semudah kamu curhat ke bestie, lho!
Membuat karakter tokoh utama lebih dulu termasuk salah satu cara gampang menulis novel seperti saat kamu ngobrol dengan bestie. Karakter bestie dan kamu bisa digabung jadi karakter si tokoh utama novel. Dari satu tokoh utama kita bisa menciptakan para tokoh pendukung dan mengembangkan alur cerita.
Saat menulis alur cerita biasanya novelis lebih banyak menggunakan imajinasinya baru kemudian menggunakan data pendukung. Data pendukung ini berguna untuk membangun unsur plasibilitas dalam novel.
Unsur Plausabilitas
Walau cerpen dan novel adalah karya fiksi yang mengandalkan
imajinasi penulisnya, tapi kejadian yang ada dalam cerita haruslah masuk
akal. Inilah yang disebut sebagai unsur plausibilitas,
yaitu kejadian yang membentuk adegan apakah sesuai dengan logika kenyataan atau tidak.
Contoh dari unsur plausibilitas ketika
kita menulis adegan soal Tono yang mengajak Tini menikmati bubur ayam di
depan klenteng di Muntilan pada malam hari. Tono mengajak Tini makan
bubur ayam di depan kleteng pada malam hari tidak masuk akal karena
bubur ayam bukan makanan favorit orang Magelang, melainkan mi goreng.
Itu sebabnya tidak ada penjual bubur ayam di malam hari (pagi pun jarang), yang banyak adalah penjual mi goreng. Kalau Tono mengajak Tini makan mi goreng di depan klenteng Muntilan, ceritanya jadi masuk akal dan pembaca akan merasakan suasana yang lebih alami mengalir dari kalimat demi kalimat.
Hal itu dimungkinkan karena di dunia nyata mi goreng merupakan makanan favorit orang Muntilan dan kecamatan di Magelang ini sudah tersohor banyak penjual mi goreng khas Jawa yang lezat.
Jadi kalau kita ingin
menulis novel yang punya adegan tentang lokasi dan kebiasaan masyarakat di wilayah yang bukan tempat tinggal kita, baiknya lakukan riset data dulu di internet. Lebih valid lagi kalau kita bertanya
langsung kepada orang yang tinggal di wilayah yang ingin kita tulis itu.
Unsur plausibilitas juga diperlukan kalau kita menulis adegan jarak. Misal, jarak 150 km dari Jakarta berarti ada di Cianjur, Bogor, Purwakarta, dan Bandung yang ada di Jawa Barat. Itu artinya yang tinggal di lokasi itu adalah orang Sunda.
Kalau kita menceritakan banyak kebudayaan Jawa di lokasi 150 km dari Jakarta, maka pembaca akan merasakan keganjilan. Kenapa yang diceritakan semua budaya Jawa padahal lokasinya didiami mayoritas orang Sunda.
Kalau kita menjauhkan jarak itu dari 150 km ke 300 km maka cerita dalam novel akan mengalir masuk akal karena 300 km sudah masuk wilayah Jawa Tengah di mana penduduknya menang berbudaya Jawa.
Meski demikian, novel tidak perlu memenuhi unsur plausibilitas kalau genre (jenis cerita) ceritanya 100 persen fantasi.
Contoh novel yang mengandalkan imajinasi, tapi tetap terasa masuk akal adalah Ender's Game.
Novel ini berkisah tentang pertempuran dengan mahkluk dari planet serangga. Lima puluh tahun lalu bumi menang lawan serangan alien serangga ini, tapi situasi belum aman karena sewaktu-waktu alien serangga ini bisa menyerang lagi.
Di dunia nyata mana ada alien yang menyerang bumi. Namun karena sedari paragraf awal di bab awal kita tahu itu novel fantasi, maka pikiran kita akan mengikuti novel itu sebagai novel fantasi yang 100 persen isinya khayalan belaka. Dengan begitu pembaca tidak lagi mempermasalahkan ceritanya masuk akal atau tidak.
Pengembangan Tokoh Utama
Tokoh Utama dan Adiksimba
Setelah si tokoh terbentuk, lalu kita buat kisah yang menyertai tokoh utama sesuai rumus umum menulis berita dan cerita, yaitu 5W+1H (what, where, why, who, when, dan how). Pada bahasa Indonesia disebut adiksimba (apa, di mana, kenapa, siapa, kapan, bagaimana).
1. Siapa. Dengan siapa saja si tokoh utama bergaul. Tulis nama-namanya. Nama ini tentu saja karangan kamu sendiri.
2. Apa. Apa saja yang dilakukan tokoh utama dengan para tokoh pendukung. Apakah mereka merusuh bersama, tertawa bersama, membuat konspirasi bareng, atau merencanakan apa saja yang sesuai imajinasi kamu.
3. Di mana. Di mana saja tokoh utama bertemu dan berhubungan dengan para tokoh pendukung. Apakah di rumah, di kampus, sekolah, kantor, jalan raya, depan kantor polisi, atau di mana saja.
4. Kapan. Ini mirip seperti di mana. Kamu juga harus menentukan kapan si tokoh utama bertemu dengan para pendukung.
Apakah saat tokoh utama berusia balita, dewasa, remaja, saat sudah tua, kemarin, hari ini, lusa, atau besok dari sudut waktu si tokoh utama.
5. Mengapa. Mengapa tokoh utama bisa akrab, bermusuhan, menjalin cinta, atau sama-sama meraih sukses dengan para tokoh pendukung.
6. Bagaimana. Bagaimana para tokoh pendukung berpengaruh terhadap kesuksesan, kesedihan, keberhasilan, dan kebahagiaan tokoh utama.
***
Itulah cara mudah menulis novel untuk pemula. Jadi gak usah banyak mikir, tulis saja dulu karakternya sesukamu. Setelah itu baru pengembangan cerita dan kisah para tokoh pendukungnya.
Kalau sudah menyusun tokoh utama dan tokoh pendukung, barulah kita membuat alur dan ceritanya. Namun sebelum menulis tentukan dulu kita mau nulis genre apa. Mau genre romansa, horor, petualangan, atau bahkan fantasi.
0 Comments
Posting Komentar