Mall-ditulis dalam bahasa Indonesia jadi mal-sering dianggap sebagai tempat buang-buang duit karena yang dijual disitu serba mahal. Mall juga disebut memicu orang untuk membeli barang yang tidak dibutuhkan karena tergiur diskon.
Kalau dibanding pasar tradisional, ITC (International Trade Center), dan pusat grosir seperti Tanah Abang dan Mangga Dua di Jakarta, harga barang di mall memang lebih mahal.
Itu karena mall pakai AC yang lebih dingin, bersih, lantai mengkilap, bahkan toiletnya pun wangi dan tersedia tissue. Penyewa toko di mall juga bayar sewa lebih mahal. Makanya harga barang yang dijual di mall mahal karena semua biayanya (sewa dan pajak) dibebankan ke pembeli.
Makanya kamu gak usah minder meski gak punya NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) karena meski kamu cuma beli minuman segelas di mall, dalam harga minuman itu ada pajak yang kamu bayar.
Kalau mal dibilang memicu sikap konsumtif karena membeli barang yang tidak dibutuhkan, itu tergantung orangnya. Di pasar tradisional saja kalau orangnya kalap belanja, semua bisa dibeli.
Kelebihan Nongki dan Belanja di Mall Buat Orang Segala Usia
Ada mall yang cuma buat tempat nongki anak muda Cilandak Town Square (Citos) Jaksel, tapi mall yang seperti itu jarang. Lebih banyak mall yang serba ada buat mengakomodir keluarga yang datang bersama anak-anak dan lansia.
Saat bunda belanja di supermarket, ayah bisa menemani anak-anak main di playground seperti Time Zone, tempat bermain trampolin, ice skating, atau permainan arcade. Mall juga punya tempat makan yang nyaman buat oma-opa dan pasangan yang hanya ingin menikmati makan siang berdua saja.
Jadi antara pengunjung keluarga, pengunjung pasangan, dan pengunjung bestie tidak saling risih satu sama lain karena mereka bisa menuju spot yang sesuai usia.
Window shopping artinya cuma lihat-lihat barang yang dipajang di etalase toko-toko (kadang masuk toko untuk mengecek harga) tanpa niat beli. Department Store seperti Matahari, Ramayana, Metro, atau Centro yang ada di mall membolehkan pengunjung cuma lihat-lihat tanpa beli.
Kamu bisa muter-muter department store sambil ngelamun, terus pulang.
Mau gaya tabrak warna, dandan aneka rupa, atau memakai aksesoris unik dan nyentrik. Gak bakal ada yang mencibir. Paling cuma diliatin sekilas lalu orang kembali ke urusannya masing-masing.
Waktu SMA, teman-teman saya hampir tiap malam Minggu nongki di Pondok Indah Mal (PIM). Waktu itu belum ada PIM 2.
PIM 2 beroperasi pada 2004 dan PIM 3 pada 2021.
PIM 1 waktu itu tersohor sebagai mal kalangan atas karena dikunjungi oleh anak-anak ekspatriat yang bersekolah di Jakarta Internasional School (JIS), penyanyi dan aktor terkenal, juga anak-anak gaul di seantero Jaksel.
Anak-anak muda bebas memakai baju apa pun seperti tanktop, kaus kemben, berkerah sabrina, sampai celana hot pant.
Dulu masih sedikit orang yang hijrah jadi mau pakai baju apa saja tidak bakalan ada cibiran bin nyinyiran.
Cara Menghabiskan Waktu Berjam-jam di Mal Anti Mahal
1. Begitu sampai mall, jalan-jalan dulu keliling mall. Nikmati dinginnya AC dan window shopping baju-baju bagus yang dipajang di etalase toko.
2. Setelah berlalu setengah jam, carilah bioskop. Pilih film yang jam tayangnya masih 1-2 jam lagi. Beli karcisnya.
3. Keluar bioskop dan beli minuman di booth atau stand. Cari booth yang punya tempat duduk supaya kamu bisa menghabiskan minuman dengan santai.
4. Kembali ke bioskop dan tunggu jadwal masuk teater.
5. Setelah film selesai tayang kamu bisa pulang dan beristirahat.
Terbukti, kan, mall bukan tempat buang-buang uang? Karena tidak ada uang yang terbuang, kita cuma keliru menggunakannya saja.
Mall adalah tempat kita melepas penat yang nyaman, aman, dan bebas dari tatapan aneh orang-orang walau kita berekspresi sesuai kehendak hati.
0 Comments
Posting Komentar