6 Negara yang Sudah Sampai ke Mars

Dulu hanya negeri Paman Sam dan Rusia yang bolak-balik meluncurkan roket yang mengangkut satelit milik negara-negara di dunia.

Sekarang dua negara adidaya itu tidak lagi mendominasi karena negara lain dengan cepat mengejar eksplorasi ruang angkasa dengan membangun roket-roket canggih dan segala perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan bermacam ekspedisi ke orbit bumi, bulan, sampai ke Mars.

Berikut negara di dunia yang sudah mengembangkan lembaga angkasa luarnya sendiri dan meluncurkan roket ke luar bumi.

Urutan disusun secara acak dan tidak berdasarkan kriteria tertentu.

1. Tiongkok

Pada 27 Desember 2022 Tiongkok telah meluncurkan roket Long March 3B yang membawa satelit Shiyan-10 02 ke orbit.

Sebelumnya negeri tirai bambu telah juga sukses meluncurkan roket Tianzhou-5 yang membawa persediaan untuk stasiun angkasa luar (international space station/ISS) dari Tiangong Space Center.

Kendaraan Zhurong berfoto selfie saat misi Tianwen-1 di Mars (China News Service)

Tiangong Space Center adalah pusat ruang angkasa Tiongkok, seperti LAPAN kalau di Indonesia.

Tiangong Space Center membawahi beberapa tempat peluncuran roket untuk mengangkut satelit dengan tiga yang paling sibuk, seperti dimuat pada china.org.cn, adalah:

  1. Jiuquan Satellite Launch Center yang terletak di provinsi Gansu.
  2. Taiyuan Satellite Launch Center yang ada di provinsi Shanxi.
  3. Xichang Satellite Launch Center yang dibangun di provinsi Shicuan

Tiongkok pertama kali meluncurkan roketnya pada 19 Juli 1964 kemudian dilanjutkan lagi tahun 1970 sampai sekarang, seperti yang dikutip dari The New York Times.

Zhai Zhigang jadi astronot Tiongkok pertama yang berjalan di angkasa luar pada 27 September 2008.

Kemudian pada 23 Juli 2020 pesawat ruang angkasa Tianwen-1 lepas landas dari Wenchang Spaceport dan sampai di orbit Mars pada Februari 2021.

Tiongkok merencanakan akan mengekplorasi dan mengambil sampel dari Mars paling lambat tahun 2028.

2. Amerika Serikat

Lembaga Antariksa AS atau NASA telah meluncurkan kendaraan bernama Perseverance Rover yang diangkut menggunakan roket Atlas-V-541.

Atlas-V541 keluar dari bumi (foto: NASA)

Situs NASA melansir kalau Atlas-V541 beratnya 531.000 kilogram dengan tinggi 58 meter terbang ke orbit Mars pada 30 Juli 2020 dan menurunkan Perseverance Rover di permukaan planet merah itu. Perseverence Rover berhasil mendarat di permukaan Mars pada 18 Februari 2021.

Dari misi itu NASA telah mendapat sebanyak 18 sampel batu dari permukaan planet Mars yang semuanya selesai diteliti kandungannya pada tahun 2022.

3. India

Negara paling tidak disangka bisa meluncurkan roket di antara negara-negara maju karena tadinya merupakan negara berkembang, sama seperti Indonesia.

Pada 2022 India ada di urutan ke-6 negara terkaya di dunia dari total pendapatan negara dengan PDB 2,66 triliun dolar AS.. Indonesia ada di peringkat 15 dengan product domestic brutto (PDB) 1,05 triliun dolar AS.

India memberi nama roketnya Vikram Sarabhai yang diluncurkan dari Satish Dhawan Space Center di dekat kota Chennai pada 18 November 2022.

Roket Vikram-S buatan perusahaan Sjyroot bekerja sama dengan lembaga antariksa India Satish Dhawan Space Center (npr.org)

Roket Vikram Sarabhai diambil dari nama astronom India yang merintis program angkasa dan pemanfaatan nuklir India.

Hanya saja roket India ini belum sampai ke Mars dan baru memutari bumi sejauh 89,5 diatas permukaan bumi.

Walau diluncurkan dari stasiun angkasa luar pemerintah India, roket Vikram dibuat oleh perusahaan bernama Skyroot yang telah bekerja sama dengan pemerintah India untuk mengembangkan program ruang angkasa negeri barata itu.

India juga rencananya akan meluncurkan robot modul bernama Chandrayaan 3 ke bulan pada Juni 2023. Chandranayaan 3 diterbangkan untuk menggantikan Chandranayaan 1 yang pernah ke bulan pada 2008.

4. Jepang

Selain Paman Sam, negeri sakura juga berambisi membawa manusia ke planet Mars. Mengutip The Weather Channel, Jepang berencana membuat angkasa buatan di langit Mars dengan atmosfer yang sama seperti di bumi, tanpa merusak atmosfer di Mars itu sendiri.

Jadi manusia bisa tinggal di planet Mars dengan kondisi di bumi. Maka para peneliti dari Japan's Kyoto University bekerja sama dengan Kajima Corporation sedang mengembangkan kereta peluru interplanet bernama Hexagon Space Track System. 

Kapsul yang akan berfungsi seperti gerbong di kereta peluru yang direncanakan beroperasi di planet Mars

Nantinya orang-orang akan menggunakan kereta berbentuk segienam berbentuk kapsul itu untuk bepergian ke seantero Mars.

Prototipe kereta interplanet itu rencananya dipamerkan pada tahun 2050, tapi operasional kereta itu sendiri mungkin baru bisa terlaksana seabad kemudian.

5. Rusia

Reuters melansir kalau Rosmoskos (lembaga antariksa Rusia) akan melanjutkan misi ke Mars setelah "urusan" dengan Ukraina selesai. Rusia juga sudah menghentikan pengiriman teknisi roket ke Amerika Serikat.

Urusan roket Rusia memang jagonya karena negeri beruang merah ini punya 26 roket yang terbagi jadi enam family roket.

Sewaktu masih jadi Uni Soviet, negara pertama yang mendarat di bulan adalah Rusia di tahun 1966, terlepas dari klaim AS-lah yang pertama menaruh Neil Armstrong dkk ke bulan pada 1969.

Rusia menggunakan pesawat ruang angkasa Luna 9 dan mendarat di bulan pada 3 Februari 2966 dengan Alexei Leonov sebagai orang Rusia pertama yang menapakkan kaki di bulan.

6. Uni Eropa

Dua puluh tujuh negara yaitu Austria, Belanda, Belgia, Bulgaria, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Jerman, Perancis, Hongaria, Irlandia, Italia, Kroasia, Latvia, Lituania, Luksemburg, Malta, Polandia, Portugal, Rumania, Siprus, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, dan Yunani yang tergabung dalam Uni Eropa membentuk badan ruang angkasa yang bernama European Space Agency.

Namun dari 27 negara Uni Eropa, hanya 22 yang bergabung di European Space Agency (ESA).

ESA sebenarnya telah menjalin kerja sama dengan Rusia untuk program eksplorasi Mars, tapi program yang bernama ExoMars itu tertunda karena penyerangan Rusia ke Ukraina. 

Program ExoMars, seperti ditulis oleh NPR, dirancang untuk menjalankan dua misi. Misi pertama untuk mengetahui apakah pernah ada kehidupan di Mars. Peluncuran roket ke Mars telah dimulai pada 2016. 

Roket-roket milik European Space Agency (ESA) foto: The European Space Agency

Misi kedua harusnya diluncurkan September 2022 lalu, tapi ditunda bahkan batal sama sekali karena Uni Eropa masih terpengaruh dengan perang Rusia-Ukraina.

Tanpa Rusia, ESA sudah punya enam roket yang telah terbang ke angkasa. Enam roket itu adalah Ariane 5, Vega, Vega-C, Ariane 62, Ariane 64, dan Space Rider.

Keenam roket milik Uni Eropa itu belum sampai ke bulan apalagi Mars, dan baru mengelilingi orbit serta meluncurkan satelit-satelit milik negara-negara Uni Eropa. 

Pada April 2023 ESA akan menerbangkan roket Falcon 9 milik SpaceX untuk program eksplorasi bernama Jupiter Icy Moon Explorer (JUICE). Tadinya ESA selalu memakai roket punya Rusia, tapi sejak perang Rusia-Ukraina berkobar, Uni Eropa membatasi diri berhubungan dengan Rusia.

***

Di luar enam negara diatas masih ada perusahaan angkasa luar milik perorangan yang juga berambisi datang ke Mars, baik untuk membawa turis atau eksplorasi untuk rumah baru manusia.

Perusahaan itu adalah SpaceX milik Elon Musk yang juga pemilik Twitter, Blue Origin milik miliader Jeff Bezos, dan Virgin Galactic milik Richard Branson.

Bagaimana dengan Indonesia? 

 

Teknologi roket yang dipunya Indonesia masih sama seperti teknologi di tahun 1962 yang dipelajari saat Presiden Soekarno menerima roket dari Jepang. Sejak itu ilmuwan roket yang bernaung di bawah LAPAN (Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional)berusaha mengembangkan teknologi roket, tapi belum sukses.

Selain itu biaya pembuatan satu roket sangat mahal. Angin segar bagi para ilmuwan roket Indonesia bersepoi saat akhir tahun 2019 lalu pemerintah Indonesia berhasil "memaksa"Tiongkok untuk mengembangkan teknologi roketnya bersama Indonesia.

Dengan adanya kerjasama itu ilmuwan roket Indonesia bisa membuat roket yang bisa terbang lebih dari 200 kilometer, tidak lagi hanya sampai ketinggian 70 kilometer seperti yang selama ini kita punya.

Kalau Indonesia punya roket sendiri, satelit-satelit akan diterbangkan menggunakan roket negeri sendiri dan tidak lagi menggunakan roket negara lain atau perusahaan seperti SpaceX.

0 Comments

Posting Komentar