Content writer atau penulis konten adalah orang yang menulis untuk suatu blog, kolom di media massa, atau yang melakukan kegiatan jurnalisme warga (citizen journalism).
Content Writer yang Menulis Jurnalisme Warga
Orang yang menulis kejadian menarik dan unik yang terjadi di wilayahnya dapat disebut sebagai penulis konten yang melakukan jurnalisme warga.
Sementara itu arti dari jurnalisme warga adalah warga yang melaporkan kejadian unik dan menarik dalam bentuk reportase seperti wartawan yang meliput berita di lapangan. Reportase atau pelaporan ini bisa dalam bentuk video, audio seperti yang dilakukan radio, atau tulisan.
Yang harus diperhatikan kalau penulis konten ingin membuat artikel jurnalisme warga adalah sebagai berikut.
1. Memerhatikan kaidah dasar jurnalistik 5W+1H (why, what, when, where, who, dan how), dalam bahasa Indonesia diakronimkan jadi adiksimba, yaitu apa, di mana, kenapa, siapa, mengapa, dan bagaimana.
2. Tidak boleh memasukkan opini dan pandangannya terhadap suatu peristiwa, meski itu terjadi di lingkungan rumahnya sendiri.
Kenapa? Sesuai namanya "jurnalisme" tentu menyesuaikan dengan kaidah jurnalistik. Kalau si penulis ingin memasukkan opini dan pandangannya terhadap suatu peristiwa, maka dia tidak lagi menulis jurnalisme warga.
Jenis artikel yang cocok untuk ditulis kalau kita ingin memasukkan opini dan sudut pandang pada peristiwa yang sedang populer namanya feature.
3. Penulis konten tidak boleh menyebut dirinya jurnalis/wartawan. Sebabnya karena dia tidak bekerja di media massa.
Dia juga tidak boleh menyebut dirinya sebagai wartawan lepas (freelance) karena alasan sama seperti diatas.
Content Writer di Blog Publik
Blog publik yang dikenal luas saat ini ada Kompasiana, IDNTimes, Seword, dan Mojok. Kita bisa pilih jadi content writer di sana kalau tidak mau repot urusan tata letak dan optimasi SEO di artikel dan blog.
Blog publik seperti yang disebut diatas juga membayar penulisnya dengan sejumlah uang setelah syarat dan ketentuan terpenuhi.
Misal, Kompasiana memberi K-Rewards kepada Kompasianer yang menulis minimal 8 artikel dengan unique view minimal 3000 telah dicapai tiap bulannya. Sementara itu Seword membayar penulisnya sebesar Rp3 per view.
Untuk Mojok tiap artikel dihargai dengan poin. Maksimal penulisnya bisa mengkonversi poin dengan uang Rp500.000 per bulan. Hal serupa dilakukan oleh IDNTimes.
Jadi, orang yang menulis di blog publik lebih tepat disebut sebagai content writer daripada blogger.
Sebabnya karena dia menulis dan memposting tulisan di blog publik, tapi tidak memiliki dan mengelola blog tersebut.
Blog publik adalah blog yang mana semua orang bebas mem-posting tulisan mengikuti syarat dan ketentuan dari pengelola atau adminnya. Blog publik dikelola oleh tim sendiri, bukan dikelola oleh orang-orang yang menulis di blog tersebut.
Seseorang yang menulis fiksi (puisi, cerpen, novelet) di blog publik juga disebut sebagai content writer. Bila tidak mau pakai istilah content writer, mereka bisa menyebut diri sebagai penulis fiksi atau cerpenis (untuk penulis cerpen).
Blogger dan Pengelolaan Blog
Blogger, dalam bahasa Indonesia disebut sebagai narablog, adalah orang yang menulis, memiliki, sekaligus mengelola suatu blog.
Istilah blog pada 1990-an disebut sebagai web blog. Kemudian diperpendek jadi we blog karena para blogger mengelola situs, tapi situs itu tidak sama seperti situs web berita, pemerintah, swasta, perusahaan, atau yang lainnya.
We blog lalu dipendekkan jadi weblog dan sekarang hanya disebut sebagai blog saja.
Pembeda Blog dengan Situs Berita
1. Naungan
Situs berita dikelola oleh perusahaan pers yang terdaftar dan terverikasi di Dewan Pers. Wartawannya dilindungi oleh UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers yang berlaku lex specialis.
Lex Specialis artinya aturan dan hukum di dalam UU Pers berlaku untuk kasus yang melibatkan wartawan, media, dan perusahaan pers. Jadi hakim tidak mengadili kasus pers memakai hukum pidana, tapi memakai UU Pers.
Blogger tidak bernaung di bawah siapa pun. Dia bekerja sendiri untuk diri sendiri. Walau tidak ada yang menaungi, blogger tetap tunduk pada etika siber atau etika berinternet.
Termasuk dalam etika internet adalah mencantumkan sumber jika mengutip informasi dari situs lain. Sertakan juga link (tautan) yang bisa diklik ke sumber tersebut untuk menghargai bahwa situs itu telah memberi informasi yang kita butuhkan.
2. Penghasilan
Wartawan juga dapat gaji rutin dan tunjangan, seperti pekerjaan lain pada umumnya, dari perusahaan pers.
Sedangkan blogger tidak dapat penghasilan dari siapa pun. Penghasilannya tergantung dari seberapa banyak dia memonetisasi blognya.
Monetisasi blog dapat dilakukan dengan memasang AdSense atau penyedia iklan sejenis, menjadi affiliate seller di marketplace (lokapasar) seperti Shopee. dan penulisan artikel yang dibayar sponsor yang dinamakan content placement.
3. Ciri Situs Berita dan Blog
Tiap situs berita pasti mencantumkan Pedoman Media Siber dan tim redaksi. Pada media-media arus utama seperti kompascom, detikcom, atau antaranewscom biasanya tidak mencantumkan nama-nama tim redaksi, tapi mereka pasti mencantumkan Pedoman Media Siber dan alamat kontak.
Sementara itu, blog tidak mencantumkan seperti yang ada pada media online. Yang ada pada blog adalah Privacy Policy (kebijakan privasi), About (tentang), Sitemap (peta situs), Disclaimer (penafian), dan Contact (kontak).
Keterangan-keterangan tersebut sebenarnya tidak wajib ada di blog. Keterangan itu dicantumkan untuk membuktikan kalau blog dikelola serius untuk memberi informasi kepada pengunjung internet dan isinya bisa dipertanggungjawabkan.
Bisa dipertanggungjawabkan artinya semua konten di blog itu tidak mengandung hal yang melanggar hukum seperti perjudian, pornografi, penipuan, dan tindak kriminal lainnya, juga tidak memuat berita bohong dan ujaran kebencian.
Beda Content Writer dengan Blogger
Singkatnya content writer hanya menulis untuk sebuah situs, sedangkan blogger menulis sekaligus mengatur dan mengurus situs tempat dia menulis.
Menjadi blogger butuh modal untuk membeli domain dan template blog. Sedangkan content writer tidak butuh modal materi untuk menjadi penulis pada blog publik atau media sosial.
Blogger bisa merangkap jadi content writer kalau dia menulis di blog publik atau di media massa sebagai kontributor. Sama juga, content writer bisa merangkap jadi blogger kalau dia mengelola sebuah blog dan aktif memperbarui konten blognya.
0 Comments
Posting Komentar