Mudik Sambil Liburan Saat Lebaran dengan Aman

Perjalanan mudik dengan kendaraan pribadi makin diminati terutama karena kemudahan mobilitas di tempat tujuan. Banyak orang yang membeli mobil secara kredit beberapa bulan menjelang Hari Raya Idul Fitri yang akan mereka gunakan untuk mudik.

Walau akhirnya mobil itu ditarik dealer karena gagal bayar cicilan, yang penting mudik pakai kendaraan pribadi bisa memuaskan hasrat berlebaran bersama keluarga di kampung halaman.

Kalau Anda termasuk yang senang mudik menggunakan mobil, Anda bisa memanfaatkan kemacetan di jalan untuk berrekreasi bersama keluarga. Lho, mudik, kan, tujuannya buat mengunjungi orang tua dan kerabat, kok malah disambi tamasya? Lagipula, kalau sambil tamasya, habis waktu di jalan, dong.

Ilustrasi mudik (gambargambar.co)

Asal Kata Lebaran


Menurut sejarawan M. A. Salmun, yang dilansir Narabahasa, asal kata Lebaran berasal dari tradisi dalam agama Hindu yang berarti 'selesai', 'usai', atau 'habis'. Konon para wali songo memanfaatkan makna Lebaran sebagai sarana berdakwah.

Namun, KH Mustofa Bisri, dikutip dari NU Online, pernah mengatakan bahwa Lebaran diambil dari kata laburan (Jawa; mengecat). Setiap kali menjelang datangnya Idul Fitri, hampir semua keluarga sibuk mengecat rumahnya agar tampak indah. Dari kebiasaan laburan menjelang Idul Fitri itulah, Lebaran menjadi sebuah kata yang setara dengan makna Idul Fitri itu sendiri.

Soal asal muasal kata Lebaran. almarhum KH Muhtar Babakan Ciwaringi juga pernah berujar bahwa Lebaran akarnya dari filosofis kata leburan (Jawa: menyatukan). 

Ujian, cobaan, kesabaran, dan ketenangan yang kita jalani selama Ramadan diharapkan dapat meleburkan diri kita pada sifat-sifat Tuhan ketika Idul Fitri tiba. Semangat berubah itulah yang lalu mengubah leburan menjadi Lebaran.

Sejarawan J.J. Rizal meyakini bahwa Lebaran bersinggungan erat dengan kata puasa yang berasal dari bahasa sansekerta di zaman pra-Islam. 

J.J. Rizal menelusuri etimologi Lebaran dengan mengutip pakar sastra Jawa kuno bernama Poerbatjaraka dan menemukan bahwa Lebaran adalah sebuah upacara yang diadakan setelah empat puluh hari berpuasa. 

Mudik Lebaran Sambil Liburan


Liburan versi emperbaca.com dijamin murah meriah dan tidak perlu mengeluarkan uang ekstra. Kita tahu, Lebaran adalah masa dimana kita perlu mengeluarkan banyak uang untuk membeli kue-kue sajian, hidangan, minuman, mempercantik rumah, bahkan ongkos mudik.

Bagaimana menyempatkan diri untuk liburan ditengah mudik Lebaran dan kumpul bersama keluarga besar?

1. Hindari pergi ke tempat wisata populer seperti kebun binatang, taman bermai (theme park), water park, pantai, dan mal.

Tempat-tempat itu bakal dipadati pengunjung. Kita jadi tidak leluasa dan kurang nyaman menikmati apa yang tersedia di tempat wisata tersebut karena harus berdesakan dengan pengunjung lain. Anak-anak juga rentan terpisah karena kerumunan dapat membuat kita kurang waspada mengawasi anak.

Jadi, kemana kita liburan? 

2. Museum. Kalau ada yang buka, museum adalah tempat paling cocok untuk wisata edukasi buat seluruh keluarga. 

Supaya tidak bosan dan dapat pengetahuan yang maksimal, pakailah jasa pemandu. Sebagian museum yang dikelola swasta sudah menyediakan pemandu yang biayanya sudah termasuk tiket masuk.

Banyak museum yang sudah dikelola moderen dengan menawarkan fasilitas lain, seperti pemutaran video, tanya-jawab, membuat cenderamata, dan lainnya. Jadi tidak sekedar melihat koleksi museum lalu pulang.

3. Cagar budaya candi dan pegunungan. Wisata ke candi-candi bersejarah dan melihat pemandangan pegunungan sambil makan bekal yang dibawa dari rumah juga termasuk liburan hemat sekaligus menyenangkan. 

Kecuali Candi Borobudur dan Prambanan, biaya masuk ke candi-candi amat terjangkau. Beberapa pengelola candi malahan tidak memungut bayaran bagi pengunjung, asalkan menaati peraturan dalam candi.

Anda yang mudik ke wilayah yang dikelilingi gunung seperti Magelang, Boyolali, Wonosobo, dan Temanggung, menghabiskan Lebaran sambil liburan ke pegunungan selain dapat menyegarkan pikiran juga tidak bikin kantong jebol.

4. Monas. Monumen Nasional atau Monas adalah ikon Jakarta yang amat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Anda yang mudik ke Jakarta bisa datang ke sana untuk melihat-lihat rusa sambil menikmati suasana hutan kota. Mudik, kok, ke Jakarta? Ya bisa saja, kenapa enggak.

Tranportasi ke Monas mudah dijangkau dengan naik bus Transjakarta atau KRL Commuter Line bila Anda datang dari Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok.

5. Staycation. Pergi menginap di hotel, vila, atau resor bersama keluarga besar yang terdiri dari kakek-nenek, cucu, paman, bibi, dan sepupu juga bisa jadi pilihan. 

Biaya sewa tidak akan jadi beban bila ditanggung bersama alias urunan atau saweran atau patungan. Bila kantong kita terbatas untuk ikut patungan, katakan terus terang. Biasanya akan ada anggota keluarga yang dengan senang hati menanggung biaya lebih besar daripada yang lain.

Namun, biaya sewa kamar atau rumah vila dan resor pasti naik berlipat-lipat saat musim Lebaran. Siasati dengan cara memesan dan membayar tempat tersebut jauh-jauh hari sebelum Lebaran untuk menghemat biaya sekaligus memastikan ketersediaan kamar.

Liburan Sambil Bermacet Ria


Musim mudik sudah pasti dimana-mana jalanan macet, apalagi kalau mudiknya barengan, dijamin jalan tol pun macet.

Saat tol sedang padat, kita tidak bisa memacu kendaraan sampai kecepatan maksimum 100 km per jam. Berkat adanya rest area atau Tempat Istirahat dan Pelayanan (TIP), kita bisa tetap "liburan" walau kena macet di tol. Gimana caranya?

1. Manfaatkan waktu untuk benar-benar keluar dari mobil. Selepas buang air kecil di toilet dan salat, ajaklah anak-anak jalan-jalan di sekitar rest area, misal memutari masjid, melihat-lihat warung yang ada di sana, atau berjalan pelan di sekitar pepohonan.

Berjalan-jalan dapat melancarkan peredaran darah dan memungkinkan kita menghirup udara segar. Kaki juga tidak pegal lagi akibat duduk terus di mobil.

Bila memungkinkan, hindari banyak duduk saat istirahat di rest area. Kalau cuma duduk ngopi-ngopi, di mobil juga bisa. Ini berlaku juga buat orang yang menyetir. Mereka harus lebih banyak berdiri dan bergerak.

2. Minta anak mengambil foto yang mereka suka. Beri anak-anak ponsel milik Anda atau suami, atau ponsel mereka sendiri dan minta mereka memfoto objek apa saja yang mereka suka. Misalnya, pintu masuk minimarket, restoran, mobil kita, atau bahkan pohon.

Dengan begitu mereka tetap aktif bergerak, tapi tetap tenang karena berdekatan dengan ponsel. Anak-anak dibawah usia 12 tahun adalah Generasi Alpha yang tidak bisa lepas dari gawai.

Bacaan Menarik Lainnya: Mengenal Generasi Alpha dan Cara Mengasuhnya

Setelah mereka memfoto, ajak anak mengirimnya ke nenek dan kakek atau om dan tante mereka. Bantu mereka menulis keterangan foto dan memberi tahu lokasi tempat foto itu diambil. 

Selain membuat anak-anak tetap "sibuk" untuk mencegah bosan akibat macet panjang, juga melatih mereka mengungkapkan pikiran dalam bentuk tulisan. Menulis dapat menstimulasi otak supaya tetap terasah karena sel-sel saraf jadi aktif bekerja.

Andai tidak lewat tol dan memilih untuk lewat jalan biasa, pantai utara atau jalur selatan Jawa misalnya, kita tetap bisa menikmati perjalanan sambil liburan tanpa mengeluarkan uang ekstra.

3. Berhenti di setiap rest area. Menurut Peraturan Menteri PUPR Nomor 10 Tahun 2018 Tentang Tempat Istirahat dan Pelayanan Pada Jalan Tol, disebut bahwa rest area tipe A disediakan paling sedikti satu untuk tiap jarak 50 kilometer setiap jurusan. Berikutnya, jarak rest area tipe A berikutnya paling sedikit 20 kilometer.

Jadi, berhenti di tiap rest area bisa jadi pilihan bersantai jika Anda tidak terburu-buru sampai ke kampung halaman. 

Tidak perlu beli minum dan makanan, cukup keluar dari mobil, berjalan-jalan sebentar di sekitar rest area, hirup udara di bawah pohon, lalu lanjutkan perjalanan.

Tipe Rest Area


Pada rest area di tol Trans Jawa yang ada kode A (Ambon) artinya rest area itu berada di arah yang meninggalkan Jakarta. Sedangkan rest area berkode B (Bandung) berarti tempat istirahat itu ada di arah yang menuju Jakarta (atau Bandung).

Sebenarnya bukan cuma menunjukkan arah saja, kode A, B, dan C pada jalan tol menunjukkan fasilitas yang ada di sana.

Rest area tipe A adalah yang terlengkap karena luasnya sampai 6 hektar dilengkapi dengan ruang terbuka hijau. Tipe B luasnya 3 hektar, dan tipe C paling kecil karena cuma seluas 2500 meter per segi. Rest area tipe C digunakan hanya bila tol benar-benar padat di hari raya besar.

Mudik Sambil Pelesir di Jalan Non-tol


Lalu bagaimana kalau kebetulan kita tidak bisa lewat jalan tol karena tolnya ditutup hanya untuk arah tertentu? Apakah  bisa menikmati suasana seperti di rest area?

Tidak bisa, dong. Jenis jalannya saja beda. Kalau kita mudik lewat jalan non-tol, pilihan yang tersedia untuk mampir-mampir lebih banyak dan bervariasi, Makan di kaki-lima, berteduh di alun-alun, salat di masjid agung, beli oleh-oleh khas kota yang dilewati, atau menginap semalam di hotel juga bisa kalau ada duitnya.

Hanya saja kebanyakan mampir di jalan non-tol membuat waktu tempuh jadi berlipat lebih lama dibanding kalau kita banyak istirahat di rest area tol. 

Jangan lupakan hal berikut jika terpaksa menempuh perjalanan non-tol.

1. Siapkan bekal air putih daripada air berwarna. Teh, soda, kopi, jus, atau minuman berperisa buatan membuat perut terasa lebih begah dan kembung. 

Pada orang dewasa, minum teh dan kopi selama perjalanan dapat memicu buang air kecil lebih sering karena dua minuman itu bersifat diuretik (peluruh kencing). Di jalan non-tol kita harus berhenti di pom bensin (SPBU/Stasiun Pengisian Bahan-bakar Umum) yang letaknya bisa saja sangat berdekatan atau amat jauh satu sama lain.

Banyak minum air putih lebih disarankan bagi seluruh anggota keluarga untuk membuat tubuh tetap terhidrasi dan tidak cepat lelah.

2. Siapkan lebih banyak uang receh nominal Rp2.000 dan Rp5.000. Gunanya supaya kita tidak kerepotan kalau harus bayar di toilet atau numpang salat di musala pom bensin. 

Walau kebanyakan pom bensin bertuliskan "gratis", tapi di sana selalu ada kotak untuk orang-orang mengisi sumbangan sukarela. Jadi, kalau kita gak pelit-pelit banget, lebih baik isi kotak itu dengan uang sekadarnya.

3. Ceritakan kepada anak tentang kota-kota yang dilewati saat mudik. Misal, jika kita lewat Tegal, kita bisa menceritakan tentang pelabuhan. Apa saja isi pelabuhan, apa gunanya, siapa saja yang datang ke sana, dan kenapa Tegal punya pelabuhan.

Bisa juga menyuruh anak-anak Googling sendiri tentang kota-kota yang kita lewati dan tanya apa saja keunikan kota tersebut.

4. Mengobrol tentang hal-hal yang dilihat di jalan. Apa saja yang kita lihat sepanjang perjalanan bisa jadi cerita menarik. Tentang rel kereta, penjual makanan, pantai, sawah, sungai, pasar, dan lainnya. 

Hal ini bisa mengalihkan mereka dari melihat ponsel terus-menerus. Melihat layar bisa membuat mata cepat lelah, kepala pusing, dan kesemutan pada tangan yang memegang ponsel. Kalau sudah begitu anak akan uring-uringan karena tubuh mereka terasa tidak nyaman walau tidak merasa sakit apa-apa.

5. Ajak anak-anak menyanyi bersama. Mudik melewati jalan non-tol butuh kesabaran daripada lewat tol karena jarak yang lebih jauh dan waktu tempuh yang lebih lama. 

Supaya anak-anak tidak bosan, biarkan mereka menyanyikan lagu kesukaan. Kalau mereka tidak suka nyanyi, biarkan mereka berceloteh dan bertanya apa saja yang kita jawab semampunya. Kalau sudah lelah menyanyi atau berceloteh mereka akan tertidur dengan sendirinya.

Dana Cadangan


Yang paling utama harus disiapkan sebelum mudik tentunya duit. Selalu siapkan dana cadangan walau kita sudah punya hitung-hitungan untuk bensin, tol, jajan, angpau, rekreasi, dan beli oleh-oleh.

Tambahkan 1-2 juta rupiah dari dana mudik sebagai cadangan bila terjadi sesuatu selama kita mudik. Misal, harus ke bengkel, patungan dadakan bersama keluarga besar, atau beli obat.

Jangan mengandalkan THR (Tunjangan Hari Raya) untuk ongkos mudik karena jumlahnya tidak seberapa dan biasanya sudah dihabiskan untuk keperluan Lebaran di rumah (termasuk beli baju baru).

Segera setelah Lebaran selesai, sisihkan penghasilan untuk ditabung guna biaya mudik tahun depan. 

Perlukah Royal Bagi-bagi Uang Lebaran?


Berikan angpao atau uang Lebaran hanya kepada kerabat yang benar-benar membutuhkan. Bila ada kerabat yang yatim, tapi dia sudah punya bapak tiri, tidak perlu lagi memberikan uang Lebaran kepadanya. 

Pun walau ada anak yang orang tuanya lengkap, tapi keuangannya pas-pasan, anak itulah yang perlu diberi uang. Kerabat yang berkebutuhan khusus juga bisa kita berikan amplop Lebaran, sebagai tanda perhatian kita padanya, walau dia  berasal dari orang tua mampu.

Jadi, utamakan memberi uang Lebaran kepada keluarga terdekat sebelum memberi kepada orang lain. Tidak perlu-perlu amat memberi angpao kepada tetangga dan keluarga yang hubungan kekerabatannya sudah amat jauh.

Bagaimana, sudah siap mudik lagi tahun depan?

0 Comments

Posting Komentar