1st Grade Moms Always Eager to Show Their "Self-Esteem"

As per my experiences facing lots of young mommies whose their kids are in first grade of school, I met my disclosure that they are very eager to show that they want to do anything to support their children at school. In some unusual way. Some want to compete each other, some are eager to make friends, and some are just do not care about other as long as they are having some fun.

Para emak yang anaknya baru masuk kelas satu SD cenderung bersemangat dalam hal mempersatukan kekompakan kelas, Kadang mereka memaksakan sarapan bareng antar-emak seminggu sekali. Kadang makan siang barena sepulang anak mereka sekolah. Kadang sepedaan bareng tiap Minggu. Kadang curhat bareng di depan gerbang sekolah diatas motor matic mereka,  

Soal curhat ini saya dua kali membuat blunder. Karena saya pikir si emak ini orangnya asyik dan bisa dipercaya, maka saya katakan padanya bahwa saya bukan tipe orang yang suka menghabiskan waktu sarapan, makan siang, dan sepedaan bareng emak-emak lain. Esoknya, tanpa mencermati alasan saya untuk tidak melakukan hal tersebut, si emak menyebarkan berita bahwa saya tidak suka gaul dengan emak-emak lain, Emak lain lalu menganggap saya sombong, belagu, dan lain-lainnya.

Alasan yang sebenarnya karena saya tidak bisa mengendarai motor. Sungguh merepotkan datang ke tempat yang tidak punya parkiran mobil hanya untuk sarapan dan makan siang tanpa makna hanya sekedar haha-hihi. Itu sih sudah sering saya lakukan zaman kuliah dan waktu kerja kantoran.

Tidak bisa mengendarai motor ternyata aib besar! Kenapa, sih, tidak belajar motoran aja? Manja banget apa-apa diantar suami. Jadi istri itu harus mandiri apa-apa sendiri termasuk naik motor sendiri.

Well, if I can drive why should I ride?

Jujur, di usia kepala 4 seperti saya ini, manghabiskan waktu hanya untuk bergaul dengan emak-emak lain sudah bukan main goal dalam hidup. Teman pun sudah pilih-pilih yang seirama dan sepemikiran, tidak lagi banyak-banyakin teman biar dibilang populer, 

Ilustrasi: Freepik

Meanwhile, sebagian besar emak-emak itu hanya kuliah sebentar lalu menikah. Banyak yang tidak merasakan dunia kerja apalagi hangout bareng kolega. Beberapa emak yang saya kenal baru berusia 28-29 tahun saat anak mereka masuk kelas 1 SD. Itu berarti mereka menikah di usia 21 tahun.

Jadi, dunia sekolah berarti juga dunia pergaulan bagi para emak ini. Disinilah mereka bisa mengekspresikan diri, melakukan apapun atas nama anak dan sekolah, dan mencari sahabat baru. Bagus juga, tapi saya melihat lama-lama mereka jadi berlebihan dalam mencari self-esteem ini. Mereka yang merasa punya kuasa karena dekat dengan wali kelas (dan kepala sekolah) lantas menggunakan kekuasaannya untuk mengubah kebijakan wali kelas dengan mengatasnamakan wali siswa yang lain.

However, semangat emak-emak ini kelak menurun ketika anak mereka di kelas 3 atau 4 seiring dengan pelajaran sekolah yang makin susah dan kegiatan anak-anak yang bertambah. Intensitas kumpul-kumpul berkurang. Kalaupun ada hanya mereka yang sudah bersahabat saja yang tetap sarapan, makan siangm atau sepedaan bareng. Emak lainnya mulai mengurangi kegiatan karena sadar ada hal lebih penting yang harus dilakukan daripada hanya haha-hihi dengan emak lain.

Kemudian mereka mulai heboh lagi saat merencanakan perpisahan anak-anak mereka yang akan lulus dari SD. Ada yang merencanakan perpisahan ke luar negeri (dulu waktu belum ada pandemi). Mengumpulkan sumbangan untuk cenderamata wali kelas dan merancang pesta perpisahan yang yahud.

Dunia sekolah bukan saja dunia yang menyenangkan bagi anak-anak, tapi juga masa-masa yang membahagiakan bagi sebagian orang tua.

0 Comments

Posting Komentar