Royal wedding di Kerajaan Britania Raya akan digelar pada 19 Mei 2018 antara Meghan Markle dan Pangeran Harry. Mengapa saya menulis tentang pernikahan di Inggris yang tidak ada hubungannya dengan kita? Karena globalisasi dan arus informasi yang bebas membuat kita bisa ikut berkomentar tentang segala hal yang ada di dunia ini 😎
Rachel Meghan Markle adalah aktris sinetron dari Amerika Serikat dan anak dari orangtua yang bercerai. Ia sendiri pernah menikah tapi hanya bertahan dua tahun. Ibunya dari ras kulit hitam yang menikah dengan pria kulit putih kemudian bercerai ketika Meghan berumur enam tahun. Sejak itu Meghan tinggal bersama ibunya. Kedekatan dengan ibunya yang membuat ia minta didampingi sang ibu saat pernikahannya nanti. Kebanyakan pengantin wanita pada pernikahan Nasrani meminta sang ayah untuk menjadi pendamping.
Tidak seperti ketika Kate Middleton bertunangan dengan Pangeran William, pertunangan Meghan dan Harry tahun lalu lebih heboh dan disorot media-media gosip. Ini karena publik Amerika menyamakannya dengan pernikahan dari negeri dongeng antara Cinderella dengan prince charming.
Kenapa publik Amerika heboh? Ya pastilah. Siapa yang tak heboh kalau warga negaranya dipersunting pangeran dari kerajaan paling tersohor sejagat.
Ditambah lagi banyak perempuan kulit hitam merasa bahwa Meghan – yang bukan sekaliber aktris Hollywood, janda, dan dari keluarga ras campuran yang broken home – telah mewakili mimpi mereka akan perubahan derajat karena bersuamikan seorang pangeran.
Untuk mengungkapkan rasa kagum dan bangga pada Meghan mereka kerap menyebutnya sebagai princess, karena ia akan menjadi istri dari seorang prince. Padahal, sama seperti Kate, ia tidak akan menjadi princess karena tidak berdarah biru. Ia hanya akan bergelar “Duchess” dengan titel Her Royal Highness didepan namanya.
Publik Amerika bahkan menganggap Meghan akan membawa perubahan di kerajaan Inggris. Ia diharapkan akan mengubah aturan-aturan kaku yang dianggap mengekang kebebasan individu. Wait a minute, Americans, do you really think they are going to change the rules because of Meghan?! Yeah, you maybe forget that Meghan is in the lowest rank of hierarchy.
Sebagai calon suami-istri, Pangeran Harry dan Meghan Markle jelas saling jatuh cinta. Makanya mereka selalu bergandengan tangan didepan publik seolah takkan terpisahkan. Setidaknya itu anggapan publik Amerika.
Tapi menurut saya, ehem, berdasarkan foto-foto dari berbagai sumber (juga video-video dari YouTube), yang sering terlihat menggamit lengan adalah Meghan. Dari bahasa tubuhnya terlihat ia ingin dekat dan meminta perlindungan dari Harry karena ia mungkin saja tidak percaya diri. Populer sebagai aktris tentu beda dengan popularitas sebagai anggota kerajaan yang penuh aturan dan etika.
Foto dan video yang selalu menggamit lengan tunangannya juga menunjukkan bahasa tubuh Meghan yang ingin diakui bahwa ia pantas menjadi istri Pangeran Harry dan menjadi anggota keluarga kerajaan.
Hal ini berbeda dengan William dan Kate yang tidak pernah bergandengan tangan pada acara-acara publik. Mereka tidak menunjukkan kemesraan dengan bergandengan tangan tapi dengan tatapan mata berbinar-binar yang menunjukkan kasih sayang dan saling menghargai diantara mereka.
Meski mendapat dukungan yang berlebihan dari publik Amerika, ia sebenarnya merasa berat jika selalu dibandingkan dengan Kate Middleton. Kate orang Inggris, dari orangtua dengan keuangan mapan yang tidak bercerai, belum pernah menikah sebelum menjadi istri William, dan lebih dulu mendapat tempat di hati orang Inggris sebagai pengganti Lady Diana.
Kemudian, bagaimanapun seringnya Meghan mengatakan bahwa dirinya (kepribadian dan kesukaannya) tidak akan berubah meski ia menjadi istri pangeran, tapi mau tak mau ada banyak hal yang harus diubah olehnya. Sebagai calon anggota keluarga kerajaan ia pasti sudah mengetahui apa saja yang harus dipatuhi dan dijalaninya kelak.
Well, let’s hope the best for Meghan Markle and Prince Harry. May they lives happily ever after.
Rachel Meghan Markle adalah aktris sinetron dari Amerika Serikat dan anak dari orangtua yang bercerai. Ia sendiri pernah menikah tapi hanya bertahan dua tahun. Ibunya dari ras kulit hitam yang menikah dengan pria kulit putih kemudian bercerai ketika Meghan berumur enam tahun. Sejak itu Meghan tinggal bersama ibunya. Kedekatan dengan ibunya yang membuat ia minta didampingi sang ibu saat pernikahannya nanti. Kebanyakan pengantin wanita pada pernikahan Nasrani meminta sang ayah untuk menjadi pendamping.
Tidak seperti ketika Kate Middleton bertunangan dengan Pangeran William, pertunangan Meghan dan Harry tahun lalu lebih heboh dan disorot media-media gosip. Ini karena publik Amerika menyamakannya dengan pernikahan dari negeri dongeng antara Cinderella dengan prince charming.
Kenapa publik Amerika heboh? Ya pastilah. Siapa yang tak heboh kalau warga negaranya dipersunting pangeran dari kerajaan paling tersohor sejagat.
Ditambah lagi banyak perempuan kulit hitam merasa bahwa Meghan – yang bukan sekaliber aktris Hollywood, janda, dan dari keluarga ras campuran yang broken home – telah mewakili mimpi mereka akan perubahan derajat karena bersuamikan seorang pangeran.
Untuk mengungkapkan rasa kagum dan bangga pada Meghan mereka kerap menyebutnya sebagai princess, karena ia akan menjadi istri dari seorang prince. Padahal, sama seperti Kate, ia tidak akan menjadi princess karena tidak berdarah biru. Ia hanya akan bergelar “Duchess” dengan titel Her Royal Highness didepan namanya.
Publik Amerika bahkan menganggap Meghan akan membawa perubahan di kerajaan Inggris. Ia diharapkan akan mengubah aturan-aturan kaku yang dianggap mengekang kebebasan individu. Wait a minute, Americans, do you really think they are going to change the rules because of Meghan?! Yeah, you maybe forget that Meghan is in the lowest rank of hierarchy.
Sebagai calon suami-istri, Pangeran Harry dan Meghan Markle jelas saling jatuh cinta. Makanya mereka selalu bergandengan tangan didepan publik seolah takkan terpisahkan. Setidaknya itu anggapan publik Amerika.
Tapi menurut saya, ehem, berdasarkan foto-foto dari berbagai sumber (juga video-video dari YouTube), yang sering terlihat menggamit lengan adalah Meghan. Dari bahasa tubuhnya terlihat ia ingin dekat dan meminta perlindungan dari Harry karena ia mungkin saja tidak percaya diri. Populer sebagai aktris tentu beda dengan popularitas sebagai anggota kerajaan yang penuh aturan dan etika.
Foto dan video yang selalu menggamit lengan tunangannya juga menunjukkan bahasa tubuh Meghan yang ingin diakui bahwa ia pantas menjadi istri Pangeran Harry dan menjadi anggota keluarga kerajaan.
Hal ini berbeda dengan William dan Kate yang tidak pernah bergandengan tangan pada acara-acara publik. Mereka tidak menunjukkan kemesraan dengan bergandengan tangan tapi dengan tatapan mata berbinar-binar yang menunjukkan kasih sayang dan saling menghargai diantara mereka.
Meski mendapat dukungan yang berlebihan dari publik Amerika, ia sebenarnya merasa berat jika selalu dibandingkan dengan Kate Middleton. Kate orang Inggris, dari orangtua dengan keuangan mapan yang tidak bercerai, belum pernah menikah sebelum menjadi istri William, dan lebih dulu mendapat tempat di hati orang Inggris sebagai pengganti Lady Diana.
Kemudian, bagaimanapun seringnya Meghan mengatakan bahwa dirinya (kepribadian dan kesukaannya) tidak akan berubah meski ia menjadi istri pangeran, tapi mau tak mau ada banyak hal yang harus diubah olehnya. Sebagai calon anggota keluarga kerajaan ia pasti sudah mengetahui apa saja yang harus dipatuhi dan dijalaninya kelak.
Well, let’s hope the best for Meghan Markle and Prince Harry. May they lives happily ever after.
0 Comments
Posting Komentar