Mobil Murah vs Transportasi Umum

Pemerintah melalui kementerian perindustrian sudah mencanangkan program mobil murah dibawah Rp100jt agar masyarakat makin berkesempatan membeli mobil. Aneh, kenapa tidak mencanangkan program swasembada beras, kedelai, palawija, dan rempah-rempah saja ya?! Rakyat kan lebih butuh makan daripada mobil.

Berkenaan dengan mobil murah ini Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sudah menolak konsepnya karena Jakarta sudah padat. Akses jalan yang ada tidak sebanding dengan jumlah kendaraan. Alih-alih bikin mobil lagi beliau ingin agar transportasi massal dibenahi dulu. Kalau transportasi sudah bagus, bus banyak, terintegrasi dengan KRL, rutenya strategis, penggunanya aman dan nyaman, maka orang yang punya mobilpun tak malas naik kendaraan umum. Kemacetan bisa ditekan, polusi diminimalisir, dan kesemrawutan jalan berkurang. Dan sekarang yang macet bukan di Jabodetabek saja tapi Surabaya, Bandung, bahkan Samarinda, Bontang, dan Balikpapan juga sudah padat. Di jalanan tiga kota terakhirpun banyak berseliweran mobil mewah.

Kontra dengan Joko Widodo, Menteri Perindustrian MS Hidayat bilang rakyat dengan penghasilan rendah berhak beli mobil, karena itu diciptakan mobil murah. Sudah 68 tahun Indonesia merdeka rakyat kok belum bisa beli mobil, katanya. Salah besar, Pak! Kalau penghasilannya rendah bagaimana kepikiran beli mobil? Bayar sekolah anak saja mungkin susah. Iya sudah 68 tahun kita merdeka, tapi kok belum punya mobil bikinan sendiri? Masih saja merek-merek asing yang dijual. Tiap kali putra bangsa membuat mobil nasional, tiap kali pula ATPM melalui menteri-menteri yang telah disuap mencekik pengembangan mobil nasional sampai mati. Lihatlah Esemka. Uji emisinya tidak lulus-lulus. Setelah luluspun tidak dapat inentif apalagi subsidi.

Meanwhile, mobil murah tidak menguntungkan siapapun kecuali Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM).
On the other hand, mobil murah itu masih menggunakan bahan bakar minyak, jadi sama saja bohong. Tambah pencemaran -meskipun diimingi green car- juga mempercepat penghabisan minyak bumi. Kenapa tidak kembangkan saja mobil murah tenaga listrik. Menteri BUMN Dahlan Iskan sudah memulainya dengan biaya sendiri. PLN juga siap memasok "charger" diberbagai tempat untuk mobil listrik. Hanya saja karena Dahlan Iskan bukan orang partai, sementara orang-orang partai di pemerintahan berkolusi dengan ATPM, maka program mobil listrikpun layu sebelum berkembang.

Jadi Indonesia (belum) butuh mobil murah, lebih butuh transportasi publik supaya kita kalau mau kemana-mana gampang, aman, nyaman, dan tidak buang waktu berjam-jam di jalan. Kalaupun urgensitas mobil murah tinggi ya buatlah mobil sendiri. Orang Indonesia bisa bikin apa saja, apalagi cuma mobil, keciiil!

0 Comments

Posting Komentar