Kalau saya kebetulan ngobrol dengan
orang-orang tua yang umurnya 40 - 60 tahun tentang keadaan sosial ekonomi
politik saat ini, hampir semua bilang hidup setelah reformasi ternyata lebih
sulit. Orang-orang ini golongan menengah kebawah lho ya. Bukan orang kota yang
terkontaminasi negativisme globalisasi. Bukan juga aktivis pergerakan atau
wiraswastawan.
Kenapa mereka bilang begitu? Bukannya zaman
orde baru adalah era ketakutan dimana orang bisa tiba-tiba hilang, diculik,
disiksa, dan sebagainya? Kebebasan berekspresi dan berpendapat nol besar, KKN
dimana-mana, dan militer lebih berkuasa dari sipil. Tapi mereka bilang hidup
lebih sejahtera di zaman Pak Harto. Kalau soal penculikan, KKN, militer dll itu
tak berhubungan dengan rakyat. Mereka tahunya mau berobat lebih gampang, beras
mereka laku mahal, anak bisa sekolah, dan hidup terasa tentram.
Satu hal yang membuat orang-orang itu nyaman
hidup di era orde baru adalah kemudahan bagi petani mendapatkan bibit dan pupuk.
Koperasi Unit Desa (KUD) benar-benar aktif diberdayakan untuk membantu petani.
Dengan harga bibit dan pupuk yang murah, harga jual tinggi, dan tidak dikuasai
mafia maka petani bisa mengandalkan hidup dari hasil pertanian. Pada zaman Pak
Harto, Indonesia biasa memproduksi 2 juta ton kedelai pertahun tapi sekarang
800 ribu ton saja sudah bagus. Kondisinya makin mengenaskan karena petani harus
serba berjuang sendiri. Pupuk mahal, KUD mati suri, mafia dimana-mana, saat
bencana datang pemerintah diam saja, maka kehidupan petanipun terpuruk.
Lalu soal pendidikan. Kejadian sekolah ambruk
ada tapi jaraaaaang, kalau bukan karena bencana ya tidak ambruk. Pun Buku
sekolah bisa diteruskan dari kakak kepada adik kelasnya sehingga mengh.
Meskipun kurikulum orde baru tidak bisa dibilang berhasil karena mengutamakan
hafalan daripada pemahaman namun lebih baik daripada kurikulum sekarang yang
-niatnya mengadopsi pendidikan barat namun gagal- membombardir murid dengan
mata pelajaran yang overload dan gagal membangun karakter.
Pemilihan Kepala Daerah
Keluhan soal banyaknya pemilihan kepala daerah
(Pilkada) nyatanya membuat capek rakyat. Baru selesai satu Pilkada ada lagi
yang lain. Untuk memilih walikota atau bupati saja pakai Pilkada. Kata
politikus Pilkada adalah proses demokrasi supaya terhindar dari KKN karena
dipilih oleh rakyat. Padahal di Pilkada juga tetap kental KKN. Contohnya di
Tangerang Selatan dimana Walikota Airin masih kerabat dekat Gubernur Banten
Ratu Atut. Pilkada untuk memilih bupati dan walikota juga suatu pemborosan
karena. biaya kampanye, logistik, dan pengawasan yang dikeluarkan parpol,
perseorangan, KPUD, sampai Banwaslu/Panwaslu.
Keamanan masyarakat
Siskamling (sistem keamanan lingkungan)
populer dengan Hansip (pertahanan sipil) sebagai ciri khasnya. Selain hansip
warga juga bergantian melakukan ronda untuk menjaga keamanan lingkungan. Dengan
adanya ronda, kata mereka, warga jadi saling kenal, dan merekapun paham anggota
lingkungan mereka, sehingga kalau ada sesuatu yang tidak beres mudah terdeteksi.
Petrus
Alias penembakan misterius, memang terdengar
kejam. Seorang preman tahu-tahu ditemukan tewas dalam karung dengan luka
tembakan. Zaman dulu orang bertato diidentikkan dengan berandalan dan pelaku
kejahatan karena, ndilalah, orang yang kriminal selalu bertato. Dulu Petrus
dinilai melanggar HAM tapi sekarang dengan banyaknya pemalakan di bus,
pemerkosaan di angkot, perampokan di siang bolong, dan pencurian dimana-mana,
warga seolah "benci tapi rindu" dengan kehadiran Petrus karena
dinilai bisa memberikan mereka rasa aman.
Penyingkiran Lawan-lawan politik
Kalau dulu Pak Harto menggunakan militer untuk
menyingkirkan lawan politiknya dengan cara diculik dan dihilangkan. Sekarang
politikus menggunakan polisi, jaksa, dan hakim untuk menjebak dan memenjarakan
si rival. Entah dijebak dengan fitnah kasus narkoba, pembunuhan, atau wanita.
Dua-duanya sama saja kejamnya karena fitnah lebih kejam dari pembunuhan.
Korupsi
Sejak dulu korupsi memang sudah ada tapi hanya
terbatas di kalangan kroni keluarga Cendana. Modusnya berasal dari pinjaman
luar negeri yang oleh pemerintah orde baru dikatakan hibah. Sebagian uang
pinjaman itu disunat lalu digunakan oleh kroni orde baru untuk kepentingan
golongannya. Dana pembangunan merata di daerah dan rakyat merasakan manfaat pembangunan
itu meskipun dananya telah disunat oleh birokrat. Setelah Soeharto mundur
digantikan era reformasi, korupsi merajalela dan tidak terkendali di semua lini
masyarakat. Rakyat tak lagi merasakan manfaat pendidikan, kesehatan, pertanian,
kelautan, kehutanan, dan ketahanan pangan karena semuanya habis digunakan untuk
memperbesar partai dan golongan tertentu.
Itulah yang dirasakan sebagian warga Indonesia
yang merasakan hidup di zaman orde baru dan reformasi. Mereka mungkin dianggap
bodoh karena mengelu-elukan pemimpin tiran yang kejam tapi jangan salahkan
mereka kalau kesejahteraan mereka dijamin oleh pemimpin yang demikian. Yang
diharapkan rakyat tidak muluk-muluk. Mereka cuma mau hidup tentram, cukup
makan, anak bisa sekolah, ada mata pencaharian, bisa berobat kalau sakit, dan
tahu kemana harus berlindung kalau ada bencana alam. Dan itu mereka dapat pada
zaman Pak Harto.
0 Comments
Posting Komentar