Beberapa produsen mobil membuat mobil listrik
karena inilah mobil masa depan disaat bahan bakar minyak makin menipis
persediaannya. Tapi ketika Menteri BUMN Dahlan Iskan ingin mendorong supaya
Indonesia bisa memproduksi sendiri mobil listrik kenapa tidak ada yang
mendukungnya?
Di Indonesia, perancang mobil listrik yang sehari-hari dikendarai Dahlan Iskan, Dasep Ahmadi, merancang kendaraan mobil
listrik dengan kemampuan
yang menyamai bikinan Jepang. Mitsubishi i-MiEV memakai baterai berkapasitas 16
kiloWatt jam yang bisa dipakai berkendara sejauh minimal 100 kilometer.
Sementara Nissan Leaf dipasangi baterai berkapasitas 24 kiloWatt jam sanggup
melahap jalanan sejauh 117 kilometer. Dengan kapasitas baterai 21 kiloWatt jam,
mobil listrik Dasep berada di antara dua produsen luar negeri tersebut. Perhitungan yang dilakukan Dasep
menunjukkan mobil listrik menghemat pengeluaran untuk energi. Dengan jarak
tempuh 7-8 kilometer per kiloWatt jam dan tarif listrik nonsubsidi sebesar Rp
1.100 per kiloWatt jam, maka perjalanan sejauh 126 kilometer hanya membutuhkan
biaya sebesar Rp 18.480. Angka ini akan lebih murah lagi jika mobil listrik
diisi menggunakan listrik subsidi yaitu Rp 12.264. Sebagai perbandingan, mobil bahan bakar premium paling hemat biasanya
menghabiskan satu liter bensin untuk jarak 15 kilometer. Jarak sejauh 126
kilometer membutuhkan bensin sebanyak 8,4 liter atau setara dengan pengeluaran
sebanyak Rp 37.800. Itupun masih menggunakan bahan bakar bersubsidi.
Namun sayang, birokrasi di Indonesia yang amat sangat ribet dan berbelit membuat aturan tentang mobil listrik tak juga dibuat. Tak heran dulu pernah ada motor listrik yang dibuat di Bandung namun tak terbit juga izinnya meski sudah tiga tahun. Karena itu Dahlan Iskan nekat menguji coba sendiri mobil listrik miliknya tanpa dilengkapi STNK, BPKB, uji kelayakan dll. Karena kalau menunggu semua syarat sah belum tentu 10 tahun bisa selesai.
Mobil buatan Dasep Ahmadi dikendarai Dahlan Iskan |
Mobil listrik pertama kali dibuat di Brighton, Inggris pada 1888. Mobil ini mirip
becak karena beroda tiga. Ada catatan
sejarah lain yang mengatakan bahwa mobil listrik pertama sudah dibuat 50 tahun
sebelumnya oleh orang Skotlandia bernama Thomas Davenport. Sayangnya mobil ini
menggunakan baterai yang tidak bisa diisi ulang (non-rechargeable batteries) jadi tidak berkembang. Meskipun monbil
listrik ditemukan sebelum mobil bensin di Eropa, Amerika pada awalnya tidak
ikut ambil bagian dalam pengembangannya karena fokus pada mobil bensin, sampai
abad ke-20 Amerika punya taksi di New York yang bertenaga listrik.
Mobil listrik dianggap ramah lingkungan karena
tidak menghasilkan gas buang sehingga tidak menimbulkan polusi, bebas getaran,
aman dinyalakan dalam ruangan tertutup karena tidak meninggalkan karbon monoksida.
Tenaga listrik untuk menjalankan mobil hanya butuh diisi ulang. Keunggulan
mobil listrik.
Mobil listrik Tucuxi buatan Danet Suryatama |
Mobil listrik buatan Cina |
Di
negara-negara maju, mobil listrik banyak disubsidi untuk merangsang masyarakat
untuk membelinya. Mobil listrik Cina disubsidi oleh pemerintahnya hingga
100.000 yuan atau sekitar Rp 153,4 jutaan. Benua Eropa juga jatuh cinta dengan
mobil listrik terutama yang berdesain unik
seperti Renault Twizy. Sejak Januari hingga Mei 2012 tercatat 4500 unit Twizy
terjual di Eropa. Jerman menjadi negara pembeli paling besar dengan total
penjualan mencapai 1000 unit.
Namun sayang, birokrasi di Indonesia yang amat sangat ribet dan berbelit membuat aturan tentang mobil listrik tak juga dibuat. Tak heran dulu pernah ada motor listrik yang dibuat di Bandung namun tak terbit juga izinnya meski sudah tiga tahun. Karena itu Dahlan Iskan nekat menguji coba sendiri mobil listrik miliknya tanpa dilengkapi STNK, BPKB, uji kelayakan dll. Karena kalau menunggu semua syarat sah belum tentu 10 tahun bisa selesai.
Renault Twizy |
Kenapa begitu ya? Menurut hemat saya,
Indonesia adalah pasar mobil (juga kendaraan lain) yang besar. Para produsen
mobil tidak rela kehilangan potensi konsumen yang besar disini. Secara tidak
langsung mereka bisa menekan politikus, melalui suap atau gratifikasi lainnya,
untuk tidak mendukung apapun program yang membuat Indonesia memproduksi mobil
sendiri. Kemudian politikus menekan pemerintah dan bicara di media massa yang
mengesankan program itu tidak layak dan tidak perlu.
Media massa, terutama televisi, punya andil
paling besar dalam menggagalkan kemandirian Indonesia memproduksi mobil
sendiri. Media masih terkungkung prinsip "bad news is good news",
kabar jelek punya nilai berita tinggi, sehingga ketika ada pejabat kecelakaan
yang disorot bukannya apa yang sebenarnya terjadi dibalik kecelakaan itu
melainkan menyalahkan si pejabat.
Dalam kasus kecelakaan mobil Tucuxi Dahlan Iskan di
Magetan, media massa mestinya juga mempertanyakan kenapa Dahlan nekat menguji
coba mobil tanpa surat-surat resmi, bahkan tanpa plat nomor. Perlu ditelusuri
kenapa Polri belum mengeluarkan aturan soal mobil listrik untuk pencantuman
dalam STNK atau BPKB.
Mobil listrik adalah mobil masa depan. Kelak
orang akan makin sadar bahwa kelestarian lingkungan penting untuk kelangsungan
hidup mereka sendiri. Energi listrik relatif mudah dibuat karena bisa
dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga air, angin, matahari, bahkan nuklir.
Jadi marilah berpikir jauh ke depan bahwa kita butuh bumi yang lebih bersih,
minim polusi, ramah alam, dan tidak mengandalkan pada energi minyak bumi yang
lambat laun akan habis.
Paling penting adalah jangan sampai rakyat
Indonesia selamanya jadi konsumen padahal banyak orang pintar disini yang,
jangankan membuat mobil listrik, membuat pesawat mata-mata saja bisa.
0 Comments
Posting Komentar