Cerita Kami Bertiga Tanpa Pembantu Rumah Tangga

Banyak kerabat dan sahabat yang tidak percaya bahwa saya dan suami mengurus bayi tanpa baby sitter, pembantu, orangtua, dan mertua. Biasanya, yang lazim mereka tahu, setelah menikah pasangan pengantin baru akan tinggal di rumah mertua atau orangtua minimal untuk 1-2 tahun. Tapi sejak hari ke-4 pernikahan, saya sudah diajak suami untuk tinggal mandiri dari orangtua. Karena waktu itu belum ada bayi maka dirumah ya cuma ada saya dan suami. Setelah Fathan lahir barulah segalanya berubah. Tapi semua kehidupan pasti berubah, kan? Tidak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri.

Fathan lahir prematur lebih cepat 2 bulan dari perkiraan sehingga harus menghabiskan 2 minggu di RS. Setelah Fathan pulang ia harus dapat perawatan ekstra melebihi bayi yang lahir cukup bulan. Memang sih, saya dan suami tidak benar-benar sendiri waktu Fathan baru lahir. Ibu saya menginap 2 minggu di rumah kami lalu digantikan ibu mertua selama 2 bulan.

Saat ibu mertua pulang kembali ke Muntilan umur Fathan sudah 3 bulan. Sudah lumayan ilmu yang kami dapat untuk merawatnya.

Salah satu yang termasuk melelahkan adalah memerah ASI. Karena lama di RS dan belum pernah menyusu, jadinya Fathan baru bisa menyusu langsung ke payudara saat usianya 3 bulan. Sebelumnya ia minum ASI Perah melalui botol dot. Selama 2 minggu sejak kepulangannya dari RS, Fathan harus diberi ASI tiap 2 jam sekali agar berat badannya cepat naik. Tak peduli pagi buta atau larut malam. Kalau sudah 2 jam sejak minum ASI terakhir maka ia harus diberikan lagi ASI berikutnya.

Untuk mencukupi kebutuhannya, maka saya harus memerah ASI 3 jam sekali, termasuk tengah malam. Sebenarnya ini bukan saran dokter, bidan atau siapapun. Hanya saja kami ingin memberikan ASI Eksklusif untuk Fathan sehingga apapun dilakukan supaya Fathan dapat cukup ASI. Alhamdulillah soal ASI Eksklusif ini suami yang paling menyemangati. Kalau yang lain sih paling bilang, "Minumin susu formula aja biar kenyang." Ada lagi menyarankan, "Kasih pisang aja biar beratnya cepet naik." Yeaa, itu mah jaman dulu bayi umur 2 minggu udah dikasih pisang. Sekarang no way lah ya. Lalu ada pula yang menyarankan, "Biasain minum sufor supaya gampang kalo diajak jalan-jalan." What?? Jalan-jalan kemana? Saya dan suami sepakat kalau Fathan belum setahun kami tidak akan mengajaknya kemana-mana kecuali silaturahim ke tempat keluarga. Itupun jarang-jarang, sangat jarang. Yang paling sering tentu jalan-jalan keliling komplek trus mampir jajan. Berhubung di Ciputat-Pamulang-BSD dsk belum ada Seven Eleven jadi ya mentok di Indomaret atau Alfamart aja deh.

Balik ke urusan ASI, berdasarkan kesimpulan AIMI, suami yang punya pengetahuan tentang ASI Eksklusif lebih besar dukungannya untuk keberhasilan istri memberi ASI Eksklusif untuk bayinya. Terbukti. Suami saya selalu membelikan dan memastikan kalau susu khusus ibu menyusui selalu tersedia. Juga membelikan vitamin peslancar ASI. Ia mengingatkan jadwal memerah ASI, ikut menemani tengah malam saat saya memerah ASI, sampai mengganti popok atau memberikan ASI Perah untuk Fathan kalau saya malas bangun malam-malam. Pokoknya kalau malam hari tiba suami yang ambil alih mengurus Fathan. Pernah Fathan bangun malam lalu begadang sampai subuh. Karena saya tidak kuat melek maka suami yang timang-timang, padahal paginya ia juga harus kerja lho.

Ketika Fathan berusia 6 bulan ia sudah harus makan makanan selain ASI. Karena itulah saya berhenti bekerja. Tiap pagi saya buatkan bubur sayuran campur telur ayam kampung, daging, atau keju. Selingannya biskuit atau buah. Kebetulan saya dihadiahi food processor dan segala macam keperluan masak-memasak makanan bayi oleh teman-teman kantor jadi lancar deh. Thanks much ya Achmad Pradipta, Ferlina Wirianti, lin Farentine Tanzil, Ivana Felicia, Astri Wijanarko, Ahmad Junaidi, Wiwid Safitri, and Suharti Raharjo! Ngg.. Kantor saya itu lokasinya di Singapura, jadi staf Indonesia semua kerjanya di rumah karena ga mungkin bolak-balik Jakarta-Singapura tiap hari. And the most touching moment adalah when I did exit interview with the office manager, dia bilang, "Yana, if your baby grown up and you have time to work, you can contact me or Dipta (Achmad Pradipta si country manager-red) to come back. We are glad to have you back." Kira-kira gitu kata si office manager yang namanya Narinder Kaur. Wow, many thanks, I really appreciated it :)


Oya, Fathan tidak pernah makan bubur susu karena ia (sampai sekarang usianya 11 bulan) menolak minum/makan susu apapun selain ASI. Sementara ASI yang dimasak/dipanaskan lebih dari 40 derajat celcius kandungan antibodinya akan rusak. Awalnya ia doyan makan, tapi menginjak usia 7 bulan makannya jadi susaaaahhh... Maksimal 3 suap. Maunya ASI. Tapi, suami menolak memberikannya vitamin karena yakin penyebab susah makan Fathan adalah hal psikologis. Suami mengajak saya diskusi dan ketemulah penyebabnya. Saat awal Fathan makan MPASI saya sering memaksanya makan banyak meski ia sudah kenyang. Ini karena saya mau ia tetap montok. Kemudian, karena suami ingin "memperbaiki psikologi" Fathan maka dialah yang lebih sering menyuapinya sambil bermain, bercanda, atau ngobrol didepan acara kesukaannya, which is Mickey Mouse Clubhouse. Pokoknya dibuat kesan bahwa saat makan adalah salah satu hal menggembirakan buat Fathan. Dan kalau ia sudah kenyang meski porsinya belum habis, suami tidak memaksa ia makan lagi. Alhasil diusianya yang ke-9 bulan Fathan bisa makan lahap lagi karena saya mengikuti cara suami. Malahan Fathan jadi doyan nasi, malas-malasan kalau makan nasi tim, maunya nasi biasa seperti orang dewasa. Weleh! Dan karena sempat susah makan berat badan Fathan turun 300gram (ini banyak atau sedikit ya?!).

Eh, ada lagi pertanyaan yang sering saya terima ketika orang tahu saya hanya urus bayi sendirian saat suami bekerja, "Kenapa tidak ambil pembantu supaya bisa tetap kerja? Kan sayang harus resigned. Memangnya ga hire babysitter?"

Kalau ambil pembantu sudah pernah saya lakukan dan hanya bertahan 1,5 bulan. Makan hati karena edannya kelakuan si pembantu plus ditipu agen yang menyalurkannya. Lagipula masalahnya saya tidak percaya orang lain untuk mengasuh Fathan jadi tidak mungkin ambil babysitter. Rasanya tidak rela orang asing pegang-pegang Fathan. Kalau ia keseleo karena salah gendong apa si babysitter mau tanggungjawab? Nggak tuh. Kalau kita balas bikin si babysitter keseleo nanti urusannya bisa ke polisi. Atau si babysitter kurang sabar menyuapi terus Fathan dicubit-cubit apa saya rela? Absolutely not. Jadi ya sudah berhenti kerja saja. Kalaupun harus mempekerjakan orang lain saya maunya yang seperti Supernanny Jo Frost.

Dan inilah yang biasa kami lakukan sehari-hari dan mungkin bisa jadi ide buat Anda, mudah-mudahan.
  • Selalu bangun lebih pagi dari anak. Saya biasanya bangun jam 5 lewat, shalat Subuh, lalu cuci gelas-gelas sisa ngeteh semalam, masak air buat isi termos dan seduh teh, masak nasi, ngelap debu (kalo ga males), masak lauk (kalo lagi mood), beresin dapur, iket sampah, mandi, sarapan, nyiapin baju+sarapan Fathan, nonton berita. Meanwhile, in the same time, suami tugasnya nyapu-ngepel, kadang ambil alih masak air-nasi, dan angetin makanan sisa malamnya (kalau masih nyisa).
  • Ga perlu masak, cukup beli makanan matang diwarteg atau rumah makan. Sedia selalu telur, keju, abon, atau kecap, buat jaga-jaga kalau tak beli makanan diluar karena hujan angin petir. Memasak adalah pekerjaan yang susaaaaahh dilakukan oleh ibu yang punya bayi tanpa pembantu, babysitter, orangtua, dan atau mertua. Lebih lagi kalau si bayi sudah mahir merangkak dan berdiri, jangan harap ia bisa ditinggal sedetikpun kalau kita tidak mau ia kejeduk atau jatuh menabrak benda-benda dirumah. Pernah Fathan saya taruh di stroller saat saya menggoreng singkong, alhasil strollernya dipanjat dan ia hampir jatuh karena berhasil lolos dari sabuk pengamannya.
  • Cuci baju pagi-pagi sekali atau malam-malam ketika bayi sudah tidur, keringkan, jemur, dan kalau sudah kering langsung lipat. Kami tidak pernah menyetrika baju kecuali baju kerja suami dan baju pergi. Untuk baju yang perlu perlakuan khusus, bed cover, seprai dan sejenisnya bawa ke laundry saja. Sementara karena kami jarang pergi, baju untuk pergi disetrika saat mau berangkat.
  • Jangan tumpuk piring dan gelas kotor. Langsung cuci setelah dipakai dan taruh ditempatnya atau pakai kembali bila belum kotor.
  • Sediakan air minum dalam kemasan gelas untuk tamu. Kalau ada tamu datang suguhi minuman kemasan itu. Setelah tamu pulang kemasannya tinggal dibuang. Jangan tawarkan makan, minum teh, sirup, atau kopi kalau tidak ingin repot mencuci piring dan gelas. Tak usah kuatir dikira pelit. Kita punya anak yang butuh perhatian dan perawatan, jangan biarkan hal seperti mencuci gelas dan piring membuat kita capek.
  • Tanaman sangat bagus untuk suplai oksigen bagi keluarga tapi tanamlah jenis tanaman yang mudah dirawat di pot. Selama bayi belum jadi besar jangan harap bisa merawat pohon rambutan atau belimbing atau tanaman besar lainnya. Daun-daun pohon besar akan rontok dan perlu disapu supaya halaman tidak kotor. Menanam tanaman dalam pot akan memudahkan perawatan, kalau sudah tinggi tinggal potong saja.
  • Jangan nonton acara dewasa saat anak ada didekat kita. Bayi/anak akan seperti "dipaksa" untuk melihat gambar atau adegan yang tidak cocok untuk usianya. Dalam hal ini kami dirumah selalu menyetel Disney Junior supaya Fathan melihat gambar-gambar yang tidak membuatnya dewasa sebelum waktunya. Saluran kami ganti kalau Fathan tidur. Atau kalau sudah sangat bosan dengan Disney Junior kami ganti dengan program berita, lain itu tidak. Memang rasanya menjemukan tapi demi anak apapun akan kita lakukan, bukan?!
  • Tak perlu membuat rumah kinclong setiap hari. Yang harus kita perhatikan adalah kesehatan dan kebahagiaan anak (dan suami). Kekinclongan rumah nomor buncit. Yang penting usahakan tempat-tempat yang sering dijangkau anak selalu bersih. Lainnya berdebu sedikit tidak apa-apa. Rumah yang steril dari bakteri tidak bagus untuk kekebalan tubuh anak, lho!
Nah kan, berarti ga mustahil donk punya bayi tanpa pembantu? Tapi tentu saja, supaya urusan rumah tangga lancar menuju jadi sakinah mawaddah warohmah, suami-istri harus kerjasama. Ada tipe suami yang tidak mau tahu urusan rumah tangga karena menganggap itu murni urusan perempuan. Jangankan menimang anak saat rewel, memandikannya saja tidak pernah, apalagi rela melihat kartun seharian bersama anak. Nah, kalau kebetulan punya suami tipe ini, jangan coba-coba mengurus anak dan rumah tanpa pembantu atau baby sitter. Kita bisa cepat kehabisan tenaga, bosan lalu stres, dan jeleknya malah melampiaskan kemarahan ke anak dan suami. Jangan sampai deh.

0 Comments

Posting Komentar