Heboh perekaman data warga, foto, dan sidik jari untuk KTP Elektronik sudah lewat, sekarang tinggal sisa-sisa menunggu warga yang belum sempat melakukan perekaman. Kenapa saya katakan heboh? Pertama, di banyak kecamatan di Indonesia antrean warga yang akan melakukan perekaman data panjaaang dan lamaaa. Bisa makan waktu berjam-jam. Banyak pekerja kantoran yang terpaksa izin demi mengantre untuk perekaman E-KTP di kecamatan. Pada akhirnya ternyata warga bisa melakukan perekaman di kelurahan setempat (tanpa antrean yang membosankan) sampai akhir Oktober 2012. Di beberapa tempat di Indonesia malah diperpanjang sampai Desember 2012.
Kedua, jarak antara perekaman dan pembagian fisik E-KTP tidak dekat. Di beberapa kelurahan di DKI relatif lebih cepat hanya sebulan setelah perekaman warga sudah menerima bentuk fisik dari E-KTP. Sementara di tempat tinggal saya di pinggiran DKI di wilayah Pamulang, Tangerang Selatan, perekaman foto dan sidik jari dilakukan pada April sampai Agustus tapi warga baru akan dapat print-outnya paling cepat awal 2013..ckk..ckk.. What takes you so long?! Selain itu proses di kecamatan sungguh ribet dan semrawut.
Program E-KTP mirip dengan KTP Nasional pada 2004 hanya saja, kata Gamawan, E-KTP bisa diterima secara internasional, bisa dipakai untuk multi-aplikasi, tidak bisa dipalsukan, dan tingkat kepercayaan terhadap keabsahan kartu sangat tinggi. Soal E-KTP tidak bisa dipalsukan banyak yang meragukannya karena foto dan tanda tangan elektronik bisa dimanipulasi.
Karena dari awal sudah banyak kesemrawutan dan kejanggalan maka E-KTP berpotensi gagal. Kartu identitas ini akan jadi kartu biasa tanpa keistimewaan karena teknologi yang diusungnya hanya dijalankan setengah-setengah. Apalagi birokrat dan aparatnya juga masih berorientasi korupsi. Maka itu mau ratusan program KTP jenis apapun tidak akan berhasil kalau program itu dibangun berdasarkan kepentingan pribadi dan golongan karena tidak punya visi-misi yang mengarah pada kepentingan nasional.
0 Comments
Posting Komentar