Tidak Makan Nasi? Lucu Sekali! - 𝗲𝗺𝗽𝗲𝗿𝗯𝗮𝗰𝗮

Tidak Makan Nasi? Lucu Sekali!

Belakangan ini kampanye untuk mengganti nasi makin lucu saja. Rakyat disuruh makan aneka umbi-umbian, jagung, sagu, gandum, dan lainnya selain nasi. Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengaku sangat serius dalam mengampanyekan program pengurangan konsumsi beras, bukan hanya kepada masyarakat luas tetapi juga kepada koleganya para menteri di kabinet.

Bahkan Pemkot Depok sudah menghidupkan kampanye Hari Tanpa Nasi. Sebagai langkah awal kantin-kantin di kantor pemerintahan Kota Depok dilarang menyediakan menu nasi setiap Selasa. Para pegawai juga tidak diperkenankan makan atau membawa bekal nasi di lingkungan kantor pemerintahan.

Semua itu karena Indonesia kehabisan stok beras. Sudah jarang ada petani menanam padi karena pupuk mahal, beras dibeli pengijon dengan harga murah, belum lagi serangan hama dan cuaca yang sering berubah dengan cepat. Petani lebih sering gagal panen daripada menghasilkan padi berlimpah. Akhirnya pemerintah mengandalkan impor beras dari negara-negara tetangga. Sayang sekali impor beras makin menghabiskan uang negara. Karena alasan-alasan itulah maka jalan pintasnya adalah : batasi konsumsi nasi.

Kegetolan pemerintah menyuruh rakyat membatasi konsumsi nasi adalah tindakan lucu yang bodoh, karena menurut saya makanan pokok orang Indonesia itu ya nasi. Kalau ada yang makan sagu atau jagung itu hanya dibeberapa bagian wilayah Indonesia saja. Tapi coba saja orang yang makanannya sagu dan jagung itu disuruh makan nasi, toh mereka juga tak mau karena nasi bukan makanan pokok mereka. Apalagi nasi yang jadi makanan utama hampir seluruh penduduk Indonesia. Namanya orang Indonesia kalau belum makan nasi namanya belum makan meskipun dia sudah menghabiskan tiga mangkuk mie ayam.


Kalau pemerintah Republik Indonesia kesulitan mencukupi kebutuhan nasi penduduknya, ya jangan rakyatnya disuruh stop makan nasi. Perluas saja lahan pertanian, gratiskan bibit, murahkan pupuk, lanjutkan riset pengembangan padi unggul, aktifkan kembali Badan Urusan Logistik (Bulog) sebagai pengatur harga, dan hentikan impor beras. Impor hanya akan membuat bangsa tumpul tidak kreatif karena hanya jadi konsumen alih-alih produsen.

Tapi kita impor beras kan karena stok beras produksi dalam negeri tidak cukup?
Lho, kita dulu pernah swasembada beras, bahkan kelebihan panen bisa diekspor ke luar negeri. Kalau dulu bisa kenapa sekarang tidak.

Tapi swasembada beras itukan tahun 1984, sekarang zaman berubah, banyak saingan dari negara-negara lain.
Lha, kalau 1984 saja bisa apalagi sekarang. Harusnya pertanian makin maju karena teknologi, sistem pengairan, kualitas pupuk dan bibit, juga sistem distribusinya tambah canggih. Kalau kalah saing dari negara-negara lain itu karena pemerintah Indonesia tidak suka riset sukanya jiplak, tidak suka menanam padi maunya impor, juga tidak membuat kebijakan yang membuat orang mau jadi petani. Dengan demikian hancurlah identitas Republik Indonesia sebagai negara agraris.

Tapi mungkin pemerintah sudah berhasil membuat orang tidak makan nasi. Sudah sejak lama banyak penduduk tidak makan nasi karena harga beras mahal. Mereka makan nasi aking, singkong atau ubi karena nasi adalah barang mewah untuk mereka. Jadi sebenarnya pemerintah tidak perlu koar-koar mengampanyekan One Day No Rice, tinggal tinggikan lagi saja harga beras, dijamin tidak ada yang  makan nasi.

Saya berdoa semoga kelak rakyat Indonesia bisa makan nasi dari beras kualitas wahid yang dibeli dengan harga murah karena menyuruh orang Indonesia tidak makan nasi sama seperti melarang orang Itali untuk tidak makan spageti.

2 komentar

  1. Yang bodoh ya kamu itu, namanya juga usaha dari pemerintah ya didukung aja lah. Lagian nasi itu terutama nasi putih mgndung bnyak glukosa yg bkin diabetes tipe 2 dan blm ada obatnya. Ga ada salahnya perlahan-lahan ganti makanan pokok, lagian jagung dan umbi-umbian jg lbh bnyk gizi dr nasi. Jaman udah brubah woy, kalo dlu ya dulu emg bs swasebada beras. Lhah skrg emg ud bnyk gedung, emg sawah mau lo taruh di atas gedung -__-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lohh, negara kita luaaass.. Kamu cuma kenal Jakarta doank sih ya? Di luar Jakarta msh banyak tanah subur lhoo! Dan nasi itu ga bikin diabetes, yg bikin diabetes itu mkanan berlemak, minuman soda, junk food dll. Sblm komen baca2 dulu ya biar ga malu, hehehe! YANG UTAMA itu bukan ganti makanmu, tp gimana cara kita bisa swasembada pangan. Pikiran jgn melulu sempit & mau gampangnya aja. Pikiran sempit dan mau gampangnya adalah ciri2 orang yg doyan korupsi, hehehee!

      Hapus


EmoticonEmoticon