Mencari PRT (Pembantu Rumah Tangga) sejak tahun 2000-an memang susah. Kalau zaman ibu saya dulu pembantu loyal sekali kepada majikannya. Satu pembantu bisa mengabdi di rumah majikan selama belasan tahun, bahkan sampai usianya sepuh. Sekarang boro-boro belasan tahun, betah setahun saja sudah bagus.
Alkisah, meskipun saya kerja di rumah tapi pekerjaan saya tetap punya jam kerja dan deadline susah ditebak kapan datangnya. Untuk itulah saya harus fokus selama jam kerja berlangsung. Sementara itu, karena telah punya bayi maka mengerjakan pekerjaan rumah tangga terasa berat. Belum lagi harus begadang mengurus si kecil. Akhirnya sayapun mencari pembantu.
Suami saya mencari lewat pamannya di Purworejo. Sang pamanpun minta tolong kerabat dan kenalannya untuk mencari calon PRT ke pelosok kampung. Namun sayang, tidak ada satupun yang mau jadi PRT karena mereka lebih suka bekerja di pabrik atau menjadi penjaga toko.
Kemudian ada kandidat lain, usianya 15 tahun lulusan SMP tidak melanjutkan ke SMA kerena tidak ada biaya. Si anak mau jadi PRT di rumah saya namun orangtuanya tidak mengizinkan karena jauh. Orangtuanya hanya mengizinkan jika ia bekerja di (paling jauh) Jogya.
Selain mencari di kampung paman suami saya, saya juga menghubungi kenalan lama yang memang makelar PRT, namanya Bu Toni. Tiga hari setelah saya menghubungi Bu Toni ada kabar baik. Ada 2 calon PRT. Namun sayang sekali, si PRT tidak mau kerja di area Pamulang dan hanya mau kerja di Jakarta, syukur-syukur di apartemen. Gubrakk! Padahl Jakarta - Pamulang jaraknya cuma seiprit.
Beberapa hari kemudian ada kabar lagi dari Bu Toni. Kali ini si PRT mau kerja di Pamulang dan minta gaji Rp700rb/bulan karena ia sudah berpengalaman. Tapiiii... ia hanya mau kerja di satu rumah berdua dengan keponakannya, dan si keponakan minta gaji Rp500rb. Haiyah! Buat apa saya punya 2 PRT di rumah yang mungil nyempil ini.
Perburuan selanjutnya mencari lewat makelar lain, namanya Bu Ida. Bu Ida ini tanpa tedeng aling-aling langsung menyatakan punya stok. Tetapiii... tidak ada PRT yang mau kerja sendiri di satu rumah. Maunya kerja berdua supaya ada teman mengobrol katanya. Lha, kalau mau ngobrol bikin talkshow aja sana, jangan jadi PRT.
Tak menyerah, sayapun menghubungi kawan saya yang tinggal di Bandung, dengan harapan mendapat referensi dari pembantu yang ada di rumah dia. Alhasil, saya kecewa lagi karena si calon PRT minta kerja berdua dalam satu rumah. Memang kalau kerja sendiri kenapa sih? Takut disiksa? Amit-amit deh.
Hampir menyerah, sayapun Googling. Ketemu babymaidpembantu.com. Saya buka websitenya, ada beberapa foto PRT dan babysitter. Ada yang lucu, khusus babysitter biaya administrasinnya tiap hari berubah. Untuk babysitter awalnya si pemesan dikenakan biaya Rp1juta, esoknya berubah jadi Rp800rb, esoknya berubah lagi jadi Rp300rb, hahaha!
Saya sendiri mengambil PRT bernama Musiyatun asal Pekalongan. Proses pengambilannya sangat mudah. Saya cuma telpon David si project manager untuk booking, Lalu saya diminta transfer biaya antar sebesar Rp150rb. Esoknya Musiyatun si PRT diantar ke rumah saya dan saya harus melunasi biaya administrasi Rp800rb tunai. Saya juga menandatangani selembar kontrak kerja tanpa materai, hehee! Tanpa materai lho!
Si Musiyatun, menurut pengakuannya, pernah kerja di 5 tempat berbeda, paling lama betah hanya 5 bulan. Saat saya tanya kenapa tidak betah, dia hanya menjawab "tidak betah saja." hwehehe! Padahal saya tahu, kalau dia kerja lewat mafia PRT berkedok agen/penyalur/yayasan, pasti tidak akan sampai setahun karena para mafia harus merotasi PRT dalam beberapa bulan ke majikan yang berbeda supaya dapat profit dari biaya administrasi.
Satu lagi, katanya sudah pengalaman tapi menggunakan mesin cuci (bukan mesin cuci canggih, lho!) ia tidak bisa, karena katanya, selama di majikan-majikan terdahulu ia mencuci menggunakan papan penggilasan.
Kesimpulan dari perburuan saya itu adalah, kita sulit mencari PRT langsung dari kampung karena :
- Gadis-gadis muda lebih tertarik bekerja di pabrik (jika di lingkungan mereka terdapat pabrik).
- Lebih suka digaji sebagai penjaga toko
- Lebih suka jadi TKW keluar negeri
- Terperangkap dalam jaringan mafia PRT, sehingga gadis-gadis yang bersedia jadi PRT sudah diambil lebih dulu oleh para mafia
0 Comments
Posting Komentar