Sekali dua kali Anda tentu pernah lihat iklan layanan masyarakat muncul di televisi. Meski Anda lebih sering nonton televisi berbayar tapi saya yakin secara tak sengaja Anda pernah menyaksikan iklan dari berbagai kementerian meskipun hanya sekilas. Iklan-iklan itu enak dilihat karena dikerjakan oleh rumah produksi profesional. Alur ceritanya jelas dan grafisnya moderen. Namun sebenarnya iklan-iklan keluaran kementerian itu lebih banyak lucunya daripada mendidik karena kita yang melihatnya merasa lebih terhibur daripada tercerahkan.
Iklan-iklan yang mana sajakah itu? Tapi sebelumnya kita lihat iklan dari Kementerian Sosial yang isinya mengajak masyarakat hati-hati terhadap penipuan berkedok undian. Iklan ini masuk akal dan terasa mendidik mengingat masih banyaknya penipuan bermodus ini. Kementerian Sosial juga melengkapi iklannya dengan nomor telepon untuk mengecek apakah undian itu sah atau tidak.
Sementara itu, mari beranjak melihat klan yang paling sering muncul di televisi, yaitu dari Kementerian Perindustrian, Memakai pesohor Anya Dwinov, iklan itu berisi kelincahannya bercerita bagaimana ia dulu sering belanja tas, sepatu, dan baju diluar negeri. Ia kemudian terkejut ketika mendapati bahwa separuh dari barang-barang itu ternyata di produksi di Indonesia. Maka sejak itu ia berpaling dan memakai barang produksi Indonesia. Padahal bisa dipastikan bahwa sehari-hari ia tetap memakai kaos dan celana pendek impor dari Hongkong dan Taiwan, juga memakai BlackBerry. Ponsel satu ini memang sedang banjir di Indonesia. Hampir semua pejabat, pesohor, pebisnis, anak orang kaya, tukang parkir sampai alay (anak layangan/anak lebay) juga pakai BlackBerry, padahal BlackBerry adalah produk asli pabrik di Kanada, Argentina, Slowakia, dan belakangan diproduksi di Malaysia. Jadi sungguh lucu iklan ini. Gembar-gembar pakai produk asli Indonesia tapi kenyataannya pejabat di kementerian bersangkutan (dan si artisnya sendiri) justru pakai produk asli luar negeri.
Setelah itu ada gembar-gembor 100% Cinta Produk Indonesia dari Kementerian Perdagangan, Iklan itu mengajak kita supaya mencintai dan memakai produk karya dalam negeri. Aihh, kok iklannya mirip dengan Kementerian Perindustrian sih? Lagipula bagaimana mungkin Kementerian Perdagangan mengajak kita memakai produk dalam negeri sementara mereka terus membuka pintu impor lebar-lebar. Buah, makanan, baju, aksesoris, mainan, sampai ke peniti dan benang jahitpun semua made in outside Indonesia. Harga barang-barang impor itu sering lebih murah dari produk Indonesia sehingga banyak masyarakat memilih produk impor daripada yang lokal.
Lalu ada iklan dari Kementerian Kehutanan yang mengajak kita untuk menanam pohon. Ada 4 versi iklan yang ditayangkan di televisi namun semuanya sama-sama mengajak kita untuk menanam pohon karena banyak rejeki. Hehe, sungguh ini slogan asal bikin atau sudah dipikirkan matang-matang. Kalau memang benar banyak pohon banyak rejeki lantas kenapa pemerintah masih saja membiarkan para perusahaan pemegang HPH (Hak Pengusahaan Hutan) dibiarkan melakukan illegal logging atau pembalakan liar? Kenapa pemerintah tidak menerapkan aturan tegas kepada perusahaan yang membabat hutan membabi-buta? Rakyat di pedalaman Baduy di Banten atau Suku Anak Dalam di Riau selalu menjaga kelestarian hutan mereka karena hutanlah sumber hidup mereka. Jadi sebenarnya bukan rakyat yang harus menanam pohon karena baik Suku Baduy, Anak Dalam maupun jutaan penduduk Indonesia sudah menanam pohon meskipun hanya dalam pot karena pekarangan mereka sempit. Memang iklan ini sungguh aneh bin lucu karena jauh panggang dari api, jauh iklan dari kenyataan.
Lalu ada iklan dari Kementerian Kehutanan yang mengajak kita untuk menanam pohon. Ada 4 versi iklan yang ditayangkan di televisi namun semuanya sama-sama mengajak kita untuk menanam pohon karena banyak rejeki. Hehe, sungguh ini slogan asal bikin atau sudah dipikirkan matang-matang. Kalau memang benar banyak pohon banyak rejeki lantas kenapa pemerintah masih saja membiarkan para perusahaan pemegang HPH (Hak Pengusahaan Hutan) dibiarkan melakukan illegal logging atau pembalakan liar? Kenapa pemerintah tidak menerapkan aturan tegas kepada perusahaan yang membabat hutan membabi-buta? Rakyat di pedalaman Baduy di Banten atau Suku Anak Dalam di Riau selalu menjaga kelestarian hutan mereka karena hutanlah sumber hidup mereka. Jadi sebenarnya bukan rakyat yang harus menanam pohon karena baik Suku Baduy, Anak Dalam maupun jutaan penduduk Indonesia sudah menanam pohon meskipun hanya dalam pot karena pekarangan mereka sempit. Memang iklan ini sungguh aneh bin lucu karena jauh panggang dari api, jauh iklan dari kenyataan.
Kemudian ada iklan Kementerian Lingkungan Hidup yang menyuruh kita menjaga kelestarian hutan karena didalam hutan terdapat keanekaragaman
hayati. Kalau hutan tak dijaga ia akan meranggas, hewan menghilang, dan manusia merana, kira-kira begitu isi iklannya. Nah lho! Lagi-lagi kok isinya mirip dengan iklan dari Kementerian Kehutanan ya. Lagipula memangnya lingkungan hidup itu cuma hutan saja? Polusi di kota-kota besar, kurangnya penghijauan di perkotaan, banjir karena tak ada daerah resapan air, tak seimbangnya pembangunan gedung dan rumah dengan kondisi alam juga mestinya jadi bagian dari kampanye Kementerian Lingkungan Hidup. Tapi karena menteri dan jajaran pejabatnya sama bingungnya dengan kita jadi yang paling mudah ya membuat iklan. Beres!
Tak ketinggalan pula Kementerian Pertanian ikut membuat iklan. Diawali dengan gambar para petani sedang menanam padi di sawah lalu diakhiri dengan ajakan
Menteri Pertanian Suswono yang mengajak bertani
secara intensif sehingga dapat selalu tercapai produktivitas yang
tinggi untuk menjaga swasembada pangan terutama beras berkelanjutan. Hoho, bisakah Anda lihat mana yang aneh dari iklan ini? Kalimat"selalu tercapai produktivitas yang
tinggi untuk menjaga swasembada pangan terutama beras" jelas asbun dan mengkhayal. Indonesia hanya pernah mencapai swasembada beras pada 1984, selebihnya lebih banyak impor. Bagaimana mungkin beras impor dikatakan sebagai "menjaga swasembada beras?" ckk..ckk!
Melihat iklan-iklan dari kementerian memang tidak ubahnya seperti melihat iklan komersil suatu produk. Didramatisir, dibuat semenarik mungkin, dan tidak sesuai kenyataan, Bedanya iklan layanan masyarakat memakai APBN yang duitnya didapat dari utang luar negeri dan pajak rakyat. Karena itulah iklan keluaran kementerian merupakan pemborosan besar-besaran karena sama sekali tidak ada manfaatnya buat masyarakat umum. Apalagi iklan itu rata-rata dibuat dalam 2-3 versi yang berarti biayanya jadi dua-tiga kali lipat. Inilah bukti kalau para menteri memang tidak kompeten dibidangnya dan secara tidak langsung juga jadi bukti hahwa selama hampir 10 tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono isinya hanya kelucuan, kesia-siaan, keanehan, dan ketidakpatutan.
Menanam pohon banyak rejeki. Ya iyalah sis, secara rejeki buat "mereka" tapi bukan buat kita.
BalasHapusIbarat pepatah "...siapa yg menanam, dia (sebenarnya: mereka) yg akan menuai hasil"
Banyak pohon banyak rejeki, makin bnyk yg dipotong mkin banyak upeti, hehee!
BalasHapusYaelah, ini nih what a typical indonesian people! Ada yang usaha menyadarkan masyarakat malah diliat selalu aja negatifnya. Ya emang kita blm bs bkin iklan yg ngena bgt, tapi ya mbok diambil arti dari pesannya. Kapan bisa maju, ngritik mulu tanpa solusi. Be open-minded friends
BalasHapusEhehe, kenyataan aja program pemerintah sekarang bnyk yg ANEH kok. Daripada sibuk ngelurin milyaran buat bikin iklan (yg blm tentu tepat sasaran) mending ngelakuin langkah nyata. Dan kalo kita cuma terima apa yg dijejelin pemerintah ya sm aja kita jd budak di negeri sendiri. Apa yg menurut logika kita ga bener ya harus kita sampaikan donk. Apalagi pemerintah kita adalah pemerintahan korup.
HapusUPDATE :
HapusKindly take a look at these news regarding iklan di kementerian :
FITRA: Belanja Akhir Tahun Pemerintah Rp 29 T per Hari, Sebagian untuk Iklan
http://news.detik.com/read/2012/12/23/161727/2125648/10/fitra-belanja-akhir-tahun-pemerintah-rp-29-t-per-hari-sebagian-untuk-iklan?nd771108bcj
Hanya Bikin Iklan, Anggaran Kementerian yang 'Malas' Sebaiknya Dipangkas
http://news.detik.com/read/2012/12/23/130340/2125577/10/hanya-bikin-iklan-anggaran-kementerian-yang-malas-sebaiknya-dipangkas?9922022
Banjir Iklan Pemerintah di Akhir Tahun: Wajarkah?
http://forumkeadilan.com/2012/12/24/banjir-iklan-pemerintah-di-akhir-tahun-wajarkah/