Ganyang Malaysia? Gampang! Ini yang Perlu Disiapkan

Hubungan Indonesia dengan Malaysia sebenarnya ibarat api dalam sekam. Tak pernah saudara serumpun ini benar-benar akur sejak dulu. Mantan presiden Soekarno sampai berang karena dulu Inggris mencoba menggabungkan koloninya di Kalimantan dengan Semenanjung Malaya (Sarawak dan Borneo Utara, kemudian dikenal dengan Sabah) dengan membentuk Federasi Malaysia.

Presiden Soekarno  berpendapat bahwa Malaysia hanya sebuah boneka Inggris. Konsolidasi Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris di kawasan itu sehingga mengancam kemerdekaan Indonesia. Lebih lagi pada 16 September 1963 Malaysia melihat pembentukan federasi ini sebagai masalah dalam negeri dan tidak mau campur tangan orang luar. Pemimpin Indonesia melihat hal ini sebagai pelanggaran terhadap perjanjian Manila Accord (mengatur batas negara) dan sebagai bukti kolonialisme dan imperialisme Inggris.

Dan ketika demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur meningkat, ketika para demonstran menyerbu gedung KBRI dan merobek-robek foto
Soekarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman—Perdana Menteri Malaysia saat itu—dan memaksanya untuk menginjaknya, amarah Soekarno terhadap Malaysia pun meledak.

Bagaimana dengan Susilo Bambang Yudhoyono?

Dia membuat album lagu ketika tiga petugas dinas perikanan ditangkap aparat Malaysia. Petugas negara kita ditangkap ketika sedang menggiring nelayan Malaysia yang mencuri ikan di perairan Tanjung Berakit, sebelah utara Pulau Bintan.

Susilo Bambang Yudhoyono juga meminta damai dengan Malaysia ketika pemerintah Malaysia mengeluarkan travel advisory gara-gara rakyat Indonesia demo di Kedubes Malaysia. Malaysia menganggap Indonesia tak aman bagi warganya.

Ah, sudahlah kita memang malu punya pemimpin besar tapi narsis seperti itu.

Sebenarnya tak susah untuk perang melawan Malaysia, meskipun tak gampang juga. Tapi dibanding perang lawan Israel tentu relatif lebih gampang melawan Malaysia. Pertama, jarak ke Malaysia dekat sehingga memudahkan transportasi dan akomodasi pasukan.

Kedua, Indonesia punya banyak pasukan khusus yang bisa menyusup ke hutan-hutan dengan hanya berbekal pisau. Dari hutan pasukan bisa menyusup ke perbatasan atau ke perkampungan Malaysia dekat hutan dan menguasainya.

Ketiga, meski tak punya senjata canggih, tapi orang Indonesia dikenal nekat. Kenekatan ini sangat berguna untuk modal semangat dalam pertempuran. Dalam film 300, pasukan Sparta pimpinan Leonidas yang hanya 300 orang berhasil menewaskan separuh musuh dari Persia yang datang dengan kekuatan 250.000 orang. Dulu bahkan pernah ada Pasukan Berani Mati untuk mengamankan PKB Gus Dur. Nah daripada perang lawan bangsa sendiri mending lawan bangsa musuh to?

Ketiga modal diatas sudah kita punyai untuk mengganyang Malaysia. Dan seandainya kita jadi mengganyang Malaysia kita harus bersiap-siap dulu.  Dari sisi orang awam seperti saya, inilah yang perlu disiapkan oleh Indonesia:
  • Latih para aktivis Front Pembela Islam, Forum Betawi Rempug, Forum Komunikas Anak Betawi, dan Satpol Pamong Praja. Ormas-ormas ini dikenal berani dan militan sehingga cocok untuk menggempur Malaysia di perbatasan dan perang kota. Sedangkan Satpol PP sudah terlatih mengatasi massa.
  • Dukun santet. Dukun santet diperlukan di perbatasan bersama. dengan ormas diatas tadi. Tugasnya adalah membuat tentara musuh yang  berjaga di perbatasan  linglung, sakit, dan gila sehingga tidak bisa menggunakan senjatanya yang canggih itu. Kalau perbatasan sudah di kuasai maka tentara Indonesia mudah memasuki Malaysia.
  • Kumpulkan sumbangan dari anggota DPR, DPRD, DPD, gubernur, menteri dan presiden minimal Rp 1 milyar. Tenang saja, mereka tidak bakal kehabisan duit kalau cuma disuruh nyumbang segitu. Duit itu dipakai untuk keperluan logistik tentara dan aktivis ormas yang bertempur. Lha iyalah mereka kan harus makan dan minum. Duit itu juga dipakai untuk pemulangan TKI dan TKW.
  • Pulangkan seluruh TKI dan TKW yang ada di Malaysia. Beri mereka uang untuk kembali ke kampung masing-masing sehingga tak ada alasan mereka bertahan di Malaysia karena tak punya duit. Kalau mereka menolak pulang berarti mereka dengan sukarela jadi warga Malaysia dan artinya siap juga untuk diganyang.
  • Gelar rapat dengan para aktivis HAM dalam dan luar negeri. Bilang pada mereka bahwa kalau terjadi sesuatu dengan warga Malaysia tidak jadi soal karena kondisi sedang perang. Perang tidak mengenal HAM. Kalau tidak percaya silahkan tanya Amerika Serikat.
  • Siapkan taktik gerilya untuk menculik pemimpin-pemimpin Malaysia yang dianggap penting. Perlawanan akan melemah kalau pemimpin musuh ada ditangan kita.
  • Susupkan  mata-mata ke tengah-tengah masyarakat Malaysia. Tujuannya adalah untuk memecah belah dan menimbulkan kebencian diantara rakyat Malaysia. Taktik adu domba seperti ini lebih efektif untuk menghemat peluru dan senjata tentara Indonesia yang sedikit itu.
  • Berdoa. Berdoalah kepada Allah bahwa kita sedang mempertahankan kedaulatan dan kehormatan negara dan minta supaya menang perang.

Situasi dalam negeri ketika perang berlangsung akan sangat tidak nyaman. Tapi kita punya menteri, gubernur, bupati, walikota, dan aparatnya yang bertugas untuk menjaga aktivitas dan keberlangsungan hidup masyarakat agar normal seperti biasa. Polisi tetap menjaga keamanan di wilayahnya masing-masing, dan para pelaku ekonomi harus diberi sanksi jika "mengail di air keruh" untuk meraup untung yang berlebihan.

Perang itu tidak gampang namun juga tidak mustahil dilakukan selama kita punya bekal. Perang juga dibolehkan kedaulatan, kehormatan dan harga diri negara dan rakyat Indonesia diinjak-injak. Jadi, tunggu apa lagi? Mari kita pakai celana dan berdoa sebelum mulai perang.
  

0 Comments

Posting Komentar