Alasan Ada Orang Sering Nolak Diajak Nongkrong dan Ngumpul Bareng
Di jaman medsos dan serba digital ini orang nongki bukan sekadar nongkrong, tapi juga buat konten. Sebelum nyeruput kopi, cangkirnya difoto dulu. Sebelum makan, selfie sama bestie dulu. Waktu efektif nongki dan ngobrol cuma 30 menit, sisanya buat ngedit dan posting di medsos.
Meski nongkrong bareng bestie ada manfaatnya untuk kesehatan mental karena ada teman berbagi dan mengurangi kecemasan, ternyata ada orang yang gak suka diajak nongki.
Orang seperti ini sering dianggap sombong karena sering menolak tiap diajak ngumpul dan ngopi bareng. Padahal sebenarnya mereka gak sombong, tapi ada alasan lain yang bikin mereka gak suka nongkrong dan selalu nolak kalau diajak ngumpul.
Ini alasan ada orang gak suka ngumpul dan nongkrong bareng.
1. Ingin Berhemat
Ada orang yang sedang ingin berhemat untuk menabung dan membeli kebutuhan jangka panjang. Jadi dia akan menolak tiap diajak ngebakso bareng, ngopi, atau sekadar nongki di rumah teman.
Meski ditraktir dan dijanjikan tidak keluar duit, dia toh tetap keluar uang untuk bensin, parkir, ojek, atau hal lain yang tidak terduga. Meski tidak banyak, uang itu lumayan juga kalau ditabung.
Jadi ada banyak orang yang menolak diajak nongki-nongki karena ingin berhemat supaya bisa menabung.
2. Ada yang Lebih Penting Diurus
Prioritas seseorang berubah seiring dengan kehidupan yang sedang dijalaninya. Ada hal yang lebih penting diurus daripada nongki dan ngumpul bareng. Entah itu mengurus pekerjaan atau bisnis yang sedang dirintis.
Jadi kalau kita tahu seseorang selalu sibuk di kantor, punya pekerjaan sampingan, atau sedang punya bisnis yang baru jalan, baiknya tidak usah memaksakan kehendak kalau dia menolak diajak nongkrong dan ngumpul bareng.
3. Tidak Sefrekuensi
Ada yang menolak diajak nongkrong dan ngumpul karena melihat mayoritas orang di circle tersebut tidak sefrekuensi dengannya. Dia bisa saja nyambung obrolannya dengan orang-orang di circle itu, tapi tidak akan nyaman karena ada rasa tidak sreg di hati dan pikiran.
Dunia yang sudah berbeda juga bisa menjadikan frekuensi seseorang dengan temannya berubah. Orang yang tadinya bestie di kampus bisa tidak dekat lagi karena sudah tidak sefrekuensi.
Kalau ada orang yang menolak diajak nongkrong dan ngumpul bareng, amat mungkin dia sudah tidak merasa sekfrekuensi lagi dengan teman-teman lamanya.
Related: Bukan Introvert dan Ekstrovert tapi Ambivert
Hal sama juga dialami emak-emak. Meski terlihat akrab karena tiap hari bertemu saat jemput anak sekolah, mereka belum tentu sefrekuensi kalau dijadikan satu untuk ngebakso bareng, misalnya.
Kesamaan frekuensi dipengaruhi oleh kepribadian, pola pikir, dan latar belakang sosial-ekonomi. Makin berbeda tiga hal itu, makin mereka tidak bisa sefrekuensi.
4. Mengurus Keluarga
Punya anak yang masih kecil atau mengurus orang tua yang sakit membuat orang enggan keluar rumah sekadar untuk ngumpul dan nguprus (ngobrol ngalor-ngidul). Mereka merasa tidak sampai hati meninggalkan anak kecil dan orang tua meski sudah punya pengasuh atau perawat.
Orang seperti ini bukan tidak mau mau bersosialisasi, tapi prioritas mereka bukan untuk nongkrong dan ngumpul.
5. Gak Bisa Naik Motor
Gak bisa naik motor terus gak mau diajak nongkrong dan ngumpul bareng? Percayalah, jaman di mana transportasi umum sudah punah seperti sekarang, tidak bisa naik motor amat menghambat mobilitas.
Naik ojek selain boros juga banyak perempuan tidak nyaman menaikinya karena minim privasi antara penumpang dengan abang ojeknya. Sementara itu kalau menyetir mobil sendiri sulit karena area parkir di banyak tempat sangat terbatas.
Tambahan lagi kalau mobilnya berbadan besar dan lebar seperti Vellfire. Selain sulit cari parkir, jalan di banyak wilayah di Indonesia juga kecil-kecil.
Luas daratan Indonesia cuma 1,9 juta km persegi dengan jumlah penduduk 280 juta orang. Sempitnya daratan yang dihuni banyak orang membuat jalanan di Indonesia jadi kecil-kecil karena harus berbagi dengan bangunan.
Jadi kalau kita mengajak orang yang gak bisa naik motor untuk nongkrong dan ngumpul bareng, tawarkan untuk mengantar-jemputnya sekalian.
6. Hijrah
Orang yang sudah hijrah menjadi lebih Islami sesuai syariat sering menolak diajak nongkrong dan ngumpul bareng karena tidak mau terjebak maksiat.
Saat ngobrol bisa saja kita ngomongin orang yang berujung pada gibah dan fitnah. Maka orang yang hijrah tidak akan mau nongki-nongki dan ngumpul kalau tidak ada manfaat ibadahnya.
7. Memaksimalkan Masa Muda
Nongkrong dan ngumpul identik dengan kehidupan anak muda. Mereka belum punya keluarga atau tanggungan jadi merasa bebas menggunakan waktu dan uang sesukanya.
Meski begitu, ada anak muda yang memanfaatkan waktunya dengan main teater, jualan, bikin konten edukatif, atau melakukan hobi. Karena itulah anak muda yang ingin memaksimalkan masa mudanya dengan banyak aktivitas dan pengalaman enggan menghabiskan waktu hanya untuk nongkrong dan ngumpul.
***
Tujuh hal diatas adalah hal umum yang dirasakan orang yang sering nolak diajak nongkrong dan ngumpul bareng. Jadi bukan karena mereka sombong atau jual mahal.
Alasan lain orang sering nolak diajak nongkrong dan ngumpul bareng tergantung situasi dan kondisi yang sedang mereka alami saat itu.