Aksi Kompor Mleduk

Pagi ini si “kompor mleduk” beraksi. Tapi yang mleduk bukan kompor gas Photo courtesy www.hnsa.orgya

Dua tetangga saya adu mulut sampai urat tenggorokan mereka nyaris putus. Mereka bertengkar dan saling tuduh bahwa salah satunya menjelekkan dan memfitnah yang lain. Adu mulut itu berakhir setelah para suami menenangkan dan membawa masuk istri-istrinya ke dalam rumah. Kasihan mereka, saya tahu persis keduanya bukan tipe orang yang suka bergosip apalagi menjelekkan orang lain. Penyebab mereka bertengkar karena merasa difitnah saya duga itu karena ulah para “kompor mleduk.”

Begini cara kerja para kompor mleduk di kampung tempat saya tinggal, mereka mendengar satu kabar tentang si Fulan kemudian bercerita kepada orang lain bahwa si Fulan begini begitu, cerita itu ditambah bumbu supaya sedap. Lalu kepada yang lain lagi, kompor mleduk itu bercerita dengan tambahan provokasi, dan kepada yang lain lagi cerita itu ditambah bumbu yang lain lagi. Jadilah racikan “bom” yang siap diledakkan kepada Fulan.

Para kompor mleduk senang mengadu domba, mereka sengaja menggiring seseorang yang sedang punya masalah dengan orang lain agar terprovokasi dan berbuat sesuai keinginan si kompor. Kenapa saya sebut mereka kompor mleduk? Mleduk diambil dari bahasa Betawi yang artinya meledak. Ibarat kompor, sebelum meledak ada hal yang melatari kompor agar meledak. Pada kompor minyak, sumbu pada kompor sudah pendek sehingga api tidak rata dan malah menumpahi minyak sehingga kompor meledak. Pada kompor gas, selang yang bocor dan regulator yang longgar menjadi penyebab kompor meledak. Dan ibarat kompor meledak efeknya tentu merugikan, mengakibatkan luka pada manusia (bahkan meninggal) dan kerusakan bangunan.

Kompor mleduk tak cuma ada di perumahan masyarakat, mereka ada di pemerintahan, di kantor swasta, bahkan di kampus. Hanya saja, tentu, cara kerja antara kompor mleduk perumahan berbeda dengan yang di pemerintahan. Sewaktu kisruh Aburizal Bakrie dengan Sri Mulyani konon itu juga karena ulah kompor mleduk yang sengaja mengadu domba mereka. Media massa memperparah keadaan itu karena lebih mempercayai kompor mleduk daripada yang bersangkutan.

Di salah satu perusahaan tempat saya pernah bekerja dulu, aksi kompor mleduk bahkan membuat satu karyawan disana di pecat. Sang kompor mleduk membuat kesan seolah-olah karyawan itu menjelek-jelek perusahaan di Facebook. Sampai-sampai sejak dipecat sampai sekarang karyawan itu  ogah terlibat dengan hal yang berbau Facebook. Awalnya si karyawan berkeluh-kesah tentang jam kerja yang panjang sementara upah lembur sangat tidak memadai. Bahkan kerap kali ia mengerjakan tugas diluar job desk-nya. Apesnya, ia berkeluh kesah pada rekan kerjanya yang ternyata kompor  mleduk, alhasil bukannya malah dapat pencerahan ia dapat PHK.

Kompor mleduk sedikit berbeda dengan penjilat. Penjilat berbuat untuk kepentingan dirinya sendiri, sementara kompor mleduk seringkali berbuat untuk membuat suasana ramai, tidak peduli itu menguntungkan dirinya atau orang lain, yang penting suasana jadi ramai.

Dalam hubungannya dengan pemberitaan, media massa juga sering jadi kompor mleduk supaya medianya laku dan tenar.  Pemberitaan yang dihadirkan tidak berimbang dan hanya mengambil sumber dari salah satu pihak.  Tambah lagi masih beredar stigma “bad news is good news” untuk menggambarkan bahwa berita miring tentang kejelekkan suatu pihak lebih disukai daripada berita yang “adem-ayem”. TV One adalah buktinya. Media itu lebih suka menghadirkan makelar kasus (yang belakangan diduga palsu) demi menaikkan pamor sebagai media berita nomor satu.  Padahal apa perlunya buat rakyat menonton wawancara dengan makelar kasus. Akan lebih membanggakan menonton liputan tentang bagaimana para remaja kita menjadi juara lomba sains atau ilmuwan-ilmuwan negeri inii berhasil menciptakan pupuk organik murah untuk memudahkan petani panen padi.

Jenis media yang paling sering jadi kompor mleduk adalah infotainment. Orang yang rumah tangganya rukun bisa cerai betulan karena pemberitaan di infotainment membuat pasangan itu malah saling tidak percaya dan cekcok. Tapi karena itulah infotainment juga menjadi media paling ampuh untuk mendongkrak film bermutu rendah menjadi laku keras di bioskop hanya karena dua pemainnya pura-pura berseteru atau merasa keberatan adegan seronoknya hadir di layar perak. Trik marketing yang ampuh dengan memanfaatkan ke”kompor mleduk”an infotainment.

Jadi, kalau Anda bergaul dengan orang bertipe kompor mleduk sebaiknya tak perlu beramah-tamah, cukuplah bertegur sapa seperlunya. Tak perlu pula menimpali obrolannya karena bisa jadi itu caranya mengorek keterangan dari Anda untuk disebar-luaskan menjadi berita sensasional, bahkan mengadu domba Anda dengan orang lain.

Nah, setelah mengetahui seberapa besar efek dari aksi para kompor mleduk, ada  baiknya kita lebih waspada karena lebih baik mencegah daripada terlanjur jadi ulah. Jangan sampai Anda repot karena ulah si kompor mleduk, lebih bagus lagi jangan sampai Anda ikut-ikutan jadi kompor mleduk

Salam!


0 Comments

Posting Komentar