Suporter Bola yang Meraja



Bonek - suporter Persebaya
Sebagian dari kita mungkin sangat tahu siapa itu Jakmania. Juga mafhum  apa itu Bonek.  Kedua nama itu adalah kelompok suporter pendukung klub sepakbola Persija Jakarta dan Persebaya Surabaya. Lalu, kemudian, apakah Anda tahu siapa Markus Horison atau Ricardo Salampessy?

Baiklah, kalau begitu mari kita kenalan dulu. Markus Horison adalah nominator kiper terbaik Asia 2009 asal klub PSMS Medan. Satu-satunya nominator pemain terbaik dari Indonesia. Hebat, kan? Lalu Ricardo Salampessy adalah pemain dari Persipura Jayapura. Ricardo memang bukan nominator pemain terbaik  tapi ia sama-sama bermain untuk tim nasional bersama Markus.

Viking - suporter Persib
Nah, dari kilasan diatas tadi jelas bahwa para suporter klub sepakbola lebih terkenal daripada pemain sepakbola itu sendiri. Namun yang disesalkan adalah terkenalnya mereka karena berperilaku buruk, bukan karena hal baik. Selain perilaku buruk suporter ketika menonton klub kesayangannya bertanding –mengganggu lalu lintas, melempari bus umum, merusak kendaraan pribadi dan merusak stadion– adalah  bernyanyi. Nyanyian itu memang merdu dinyanyikan beramai-ramai saat pertandingan berlangsung. Tapi sayang seribu sayang, nyanyian itu penuh dengan kata-kata “anjing”, “bantai”, “bunuh”, dan lainnya, yang ditujukan untuk menghina kelompok suporter lain.

Jakmania - suporter Persija
Lucunya lagi, kelompok suporter sering menyanyikan lagu penuh kebencian itu disaat klub bola –yang kepada suporternya lagu itu ditujukan– tidak sedang bertanding. Karena itulah CEO PT Liga Indonesia Joko Driyono panas telinganya dan menegaskan kepada para wasit untuk menghentikan pertandingan kalau lagu-lagu kasar penebar kebencian itu terdengar dari lapangan.

Perilaku buruk itu sebenarnya bisa dicegah bukan sekedar melalui surat himbauan. Klub semestinya secara langsung bisa mempengaruhi suporternya untuk tidak melakukan tindakan buruk.  Karena ulah buruk itu bisa mengakibatkan klub kena denda ratusan juta rupiah dari PSSI dan kehilangan pendapatan dari penjualan tiket karena pertandingannya dilarang ditonton.

Ulah jelek suporter bisa diredam kalau klub mau terlibat langsung dengan suporternya. Tak perlu dengan tatap muka, bisa melalui blog atau situs resmi kelompok suporter. Terlibatlah disana. Kalau perlu para pemain klub sempatkan pula melongok dan berinteraksi  di situs/blog milik kelompok suporter. Jakmania, Viking, Persipura Mania, Aremania, dan klub besar lainnya sudah punya blog yang ramai di jagat maya. Lagipula pengguna internet di Indonesia sudah meningkat tajam dibanding tahun-tahun lalu.

Kharisma pemain bintang juga semestinya bisa ampuh untuk mengendalikan perilaku buruk suporter. Seperti yang berlaku umum, penggemar hampir pasti akan mengikuti apa yang dikatakan  dan meniru apa yang dilakukan idolanya. Sebut saja, misal, Bambang Pamungkas. Ia punya website dan halaman chat untuk fans yang semestinya bisa ia gunakan semaksimal mungkin untuk bicara dengan suporternya, bukan sekedar nge-tweet dengan sesama pemain bola atau relasinya saja. Begitu juga dengan Boaz Solossa, bintang Persipura Jayapura. Ia bisa  berinteraksi lebih intensif dengan para penggemarnya di Facebook, tidak hanya sekedar update status tanpa melihat feedback dari para komentatornya.

Menyalahkan suporter dalam setiap aksi buruk mereka, menurut saya, tidak tepat. Mayoritas anggota kelompok suporter itu masih berusia dibawah 20 tahun, dan lebih dari separuhnya adalah pelajar. Kebanyakan dari mereka menyukai klub bola tertentu di wilayahnya karena teman-temannya lebih dulu menyukai. Jadi mayoritas hanya ikut-ikutan karena terbawa arus, bukan betulan penggemar sejati. Seperti yang kita tahu usia segitu memang gampang meledak kalau dikipasi hal-hal provokatif.  

Lebih repot lagi, di setiap kelompok suporter selalu ada segelintir “tukang kompor” yang kesukaannya memang memprovokasi kawan-kawannya untuk melakukan tindakan tak terpuji.

Keterlibatan klub dan para pemainnya dapat meminimalisir perilaku buruk suporter. Kalau para pendukung ini sudah merasa bahwa klub yang didukungnya adalah “sahabat” maka mereka tentu berpikir dua kali kalau mau melakukan hal-hal buruk. Siapa sih yang tega mau membuat celaka sahabatnya sendiri? 

Kelompok suporter adalah pemain ke-12 yang memberi nilai tambah buat klub. Merekalah doping semangat klub untuk jadi juara lapangan. Mereka juga salah satu urat nadi keuangan klub. Jadi semestinya mereka juga menjadi bagian dari klub bukan hanya sekedar pemakai kaos dan pembawa spanduk.


0 Comments

Posting Komentar