Ciri Khas Film Horor

Ciri Khas Film Horor

Film horor selalu laris manis ditonton orang. Kalau ada film genre keluarga, animasi, drama, komedi, atau aksi yang tayang bareng film horor di bioskop, hampir bisa dipastikan film itu tidak bakalan laku kecuali box office dunia seperti Transformer atau Avengers.

Kadang film horor rating 17+ seperti Siksa Kubur, Pengabdi Setan I, atau Lembayung ditonton juga oleh anak-anak. Padahal rating usia film dibuat supaya kita tahu mana yang pantas ditonton anak-anak dan mana yang cuma boleh ditonton orang dewasa.

Selain itu, ciri khas film horor yang suram dan seram bisa mengganggu perkembangan jiwa (mental) anak. 

Ini ciri khas film horor yang sering kita tonton.

1. Remang-remang dan Gelap

 

Cuma ada cahaya lampu kuning dari bohlam atau lampu kristal yang cahayanya dibuat kuning. Tidak sedikit orang yang mesti menambah brightness di layar ponsel atau TV supaya terlihat wajah para pemainnya.

Keremangan dan kegelapan film horor kadang bikin kita susah mencerna jalan cerita. Kita jadi cuma menikmati teriakan, musik menegangkan, dan suara seram dari film tanpa menikmati akting para pemainnya. 

2. Serba Jadul


Satu dari sedikit film horor punya latar waktu kekinian mungkin Jelangkung (2001). FIlm yang syutingnya cuma 10 hari itu sukses mengusung horor dengan tampilan moderen. 

Sementara itu kebanyakan film horor punya latar waktu, latar suasana dan tempat yang jadul (jaman dulu). Tidak ada teknologi, tanpa mobil bagus, dan wajah serta pakaian pemerannya dibuat kusam untuk menguatkan kesan jadul tersebut.

Latar waktu, suasana, dan tempat dibuat jadul mungkin juga untuk memberi visualisasi menyeramkan yang suram sehingga menambah kesan angker film.

Film horor akan susah dapat kesan seram dan suram kalau dibuat di latar waktu dan suasana kekinian. Saat tokohnya terperangkap di rumah sendirian penonton pasti akan bergumam, "Kenapa gak pesan Grab buat kabur." atau "Videoin aja itu setannya biar viral."

Mayoritas film horor luar negeri pun sama, mengandalkan latar waktu, suasana, dan tempat yang dibuat seperti jadul tanpa teknologi apalagi medsos. 

Suasana jadul paling cocok untuk membangun kesan seram dan menjaga supaya pikiran penonton tetap pada kesan seram tanpa diganggu teknologi dan kemajuan zaman.

3. Adegan Tidak Saling Berkaitan


Jarang ada film horor yang punya alur cerita yang kuat. Kebanyakan cuma menampilkan kisah seram dari adegan satu ke adegan lainnya tanpa kisah yang kuat dibelakangnya.

Makanya tidak heran kalau ada adegan dan tokoh yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan isi cerita. Dipasang cuma untuk menambah kesan seram dan suram.

Kadang alur cerita film horor tidak masuk diakal. Ada yang dari kecil tinggal sendirian. Ada juga pesantren yang dianggap misterius, tapi tidak jelas misteriusnya di mana. 

Kalau kita mencari kekuatan alur dan karakter tokoh, jangan mencarinya di film horor. Meski begitu ada film yang kuat skenarionya dan kuat pula para pemain memerankan karakternya, yaitu Siksa Kubur (2024).

Maka tidak semua film horor punya adegan yang wakwekwok, hanya saja kalau kita ingin mencari hikmah atau pesan moral dalam cerita, sebaiknya tidak mencarinya di film horor.

4. Bikin Kaget

 

Beberapa film horor bahkan tidak seram dan tidak jelas alur ceritanya, yang penting bikin kaget.

Kemunculan setan dan wajah seram yang mendadak disertai musik yang ganti tiba-tiba sukses bikin kita kaget setengah mati.

Kadang ada film horor yang gak menakutkan. Yang bikin jantungan itu tampilan setan dan musik yang serba muncul mendadak dan bikin kaget.

Meski begitu, kekagetan inilah yang dicari para pecinta film horor. Denyut jantung terus naik dan berpacu memompa adrenalin. Dibanding menonton film aksi, sensasi nonton film horor dianggap lebih nyata dan terasa.

Efek Nonton Film Horor

 

Orang yang suka nonton film horor mungkin akan merasa puas dan senang setelah nonton film seram. Namun, efek itu tidak berlaku untuk orang yang jarang nonton film horor. Ini efek setelah nonton film horor bagi orang yang tidak suka film seram bertema makhluk halus.

1. Susah tidur dan takut ke kamar mandi. Orang yang tidak biasa nonton film horor akan takut ke kamar mandi karena takut tiba-tiba ada penampakan.

Mereka juga bakal susah tidur. Ini karena film horor memicu adrenalin yang membuat kita susah tidur. Susah tidur bisa mengganggu saraf otak memproses informasi. Akibatnya kita jadi gak nyambung kalau diajak ngomong atau sulit berkonsentrasi.

2. Meningkatkan kecemasan. Film horor bisa menimbulkan rasa cemas dan stres karena bayangan wajah seram dan hantu bisa muncul setiap saat.

3. Memicu agresivitas. Beberapa penelitian mengungkap kalau ada orang yang perilakunya jadi agresif (gampang marah, memukul, membanting barang dsb) setelah nonton film horor.

Mungkin ada hubungannya dengan rasa cemas dan stres jadi orang itu melampiaskannya dengan berperilaku agresif.

***

Menonton film horor bisa menjadi pengalaman yang mendebarkan, tapi penting untuk mengetahui batasan diri dan menjaga kesehatan jiwa. Paling utama jangan sampai film horor ditonton oleh anak-anak yang tidak sesuai rating usia film itu.

Delapan

Delapan

Ikbal keluar bersama sepuluh temannya dari kantin lima menit sebelum jam makan malam berakhir pada pukul tujuh. Setelah bergurau beberapa saat mereka memisahkan diri ke arah yang berbeda.

Ikbal sendiri akan ke musala yang  bersisian dengan kantin untuk salat Isya, tapi matanya keburu melihat ke arah gerbang. Gerbang yang jadi satu-satunya akses keluar-masuk itu dalam keadaan terbuka untuk membiarkan tiga mobil jip lewat.

Ikbal segera tahu bahwa jip-jip itu membawa para mahasiswa baru yang akan dia mentori.

Para mahasiswa baru masuk satu minggu lebih lambat dari para mahasiwa tingkat atas di bulan September. Jeda waktu seminggu  dipakai Akademi untuk memberi pemantapan materi dan penyesuaian jadwal pada mahasiswa Trooper yang akan jadi mentor.

“Pastikan apa yang kau lakukan benar-benar mementori, bukan memelonco,” Ikbal ingat Profesor Sanker berkata seperti itu sampai tiga kali kepadanya pada tiga kesempatan berbeda.

Ikbal paham—meski Profesor Sanker tidak mengatakannya—bahwa dia sedang diingatkan agar kejadian saat dirinya jadi mahasiswa baru, yang angkatannya dimentori tiga orang Trooper, direndam dalam kolam renang selama satu jam pada tengah malam saat hujan deras.

Akibatnya lima temannya harus dirawat di klinik karena demam dan dua puluh lima sisanya diliburkan selama satu hari dari seluruh latihan dan perkuliahan. Lalu ketiga mentor dan teman-temannya dihukum menginap di sel kantor kepolisian resort setempat selama tujuh hari dan diperlakukan seperti tahanan kriminal. Sejak itu kamera pengawas diperbanyak bahkan dipasang di lorong-lorong asrama. Bisik-bisik bernada protes ramai diantara para mahasiswa, terutama yang saling menjalin kasih, karena diawasi seperti dalam penjara. Tapi tidak ada yang berani mengutarakan langsung pada Profesor Sanker atau para instruktur. Mereka hanya berani protes pada mentor yang juga tidak punya kekuasaan mengubah apapun di Akademi.

Ikbal kemudian masuk ke dalam musala. Senyum percaya diri tersungging di bibirnya.

Setiap tahun Akademi memindai lebih dari dua setengah juta remaja berusia tujuh belas tahun  yang melakukan perekaman kartu tanda penduduk, melalui kamera resolusi tinggi dan laser yang terhubung dengan pemindai biometrik milik direktorat kependudukan, untuk dipindai kimia otaknya.

  Nama-nama remaja yang punya kadar dopamin, norephineprin, serotonin, asetilkolin, asam glutamat, dan noradrenalin yang paling seimbang akan terkirim ke Kamar Kendali Akademi.

Segera setelah nama-nama itu lulus sekolah menengah atas, drone nano berbentuk mirip capung bergerak mengikuti mereka selama delapan jam sehari.  Drone dikendalikan di Kamar Kendali dan memantau apakah kegiatan siempunya nama berpotensi terlibat narkotika, pidana, asusila, perundungan, dan penilaian lain yang subjektif dari para dosen dan instruktur.

Mereka yang lolos kualifikasi akan diundang belajar dengan semua biaya ditanggung penuh Akademi.

Selalu ada penolakan dari orangtua dan wali yang keberatan kegiatan anaknya dimata-matai (sekaligus dipaksa untuk bergabung), tapi para instruktur sudah terlatih untuk bicara secara persuasif dan efektif. Berbekal surat izin kejaksaan dan kepolisian yang membolehkan Akademi memantau, maka tidak pernah ada gugatan hukum kepada Akademi.

Ketiga mobil itu masuk dan parkir di garasi luas beratap seperti hanggar dengan satu jendela lebar pada dindingnya.

 Zulfikar, Johan, dan Firzan turun dari Toyota hitam bersama Teddy dan Soni, dua instruktur yang menjemput mereka.

Komang dan Firzan juga turun dari mobil yang lain lalu menurunkan tas-tas bawaan mereka dari bagasi atas perintah Instruktur Ardo dan Dimas.

Dari mobil terakhir turun Karlie, Yasmine, dan Kiki. Mereka sudah mengeluarkan tas dari bagasi dibantu Instruktur Benny dan Helen.

Mereka semua memakai baju kasual berupa jeans dan celana panjang dengan kaos dan hanya Yasmine yang memakai dress motif bunga-bunga selutut warna biru lembut dengan sepatu flat warna senada. Dia juga yang membawa koper paling besar sementara yang lain hanya membawa ransel dan koper kabin.

Semuanya datang dengan pesawat bersama para instruktur yang menjemput. Hanya Karlie dan Firzan yang tidak karena mereka datang dari Jakarta dan Bogor yang bisa ditempuh menggunakan jalan darat. Tapi mereka pun harus menunggu lebih dulu di Bandar Udara Ngloram di Blora agar bisa bersama-sama teman seangkatannya berangkat ke Akademi di Jepara.

Instruktur Benny memberi isyarat dengan tangannya agar mereka mendekat, “Kita ke gedung Pranala. Kalian akan bertemu Profesor Sanker di sana.”

Sementara Benny membawa para mahasiswa baru ke Gedung Prabala, para instruktur yang lain pergi ke kantin untuk makan malam.

 “Siapa itu Profesor Sanker?” tanya suara milik Johan ketika Instruktur Benny menyebut nama tersebut.

“Kepala Akademi,” jawab Benny, “rektor kalau di universitas.”

“Ini semua punya Akademi atau bagaimana?” tanya Komang kepada Johan yang berjalan disebelahnya saat melihat tiga minivan, dua minibus, dan satu bus besar yang parkir rapi berjajar dengan sepuluh motor sport, dan lima motor bebek automatic.

 “Pastinya bukan punya opungku,” jawab Johan.

Komang melempar pandangannya lagi pada semua kendaraan yang ada di garasi. Matanya membesar dan mulutnya membulat ketika pandangannya tertumbuk pada Range Rover—mobil kesukaannya—yang parkir terpisah dari mobil-mobil yang lain. Range Rover itu tampak sedang diperbaiki oleh dua mekanik.

“Pak Benny, kendaraan semua ini punya Akademi?” tanya Komang.

Instruktur Benny tidak langsung menjawab karena dia lebih dulu menyapa seorang perempuan berkuncir kuda berbaju bengkel yang sedang menenteng aki.

“Iya—jangan panggil saya Pak, panggil nama saja tanpa embel-embel— semua kendaraan kami dapat dari lelang.”

Komang ingin menaksir berapa harga semua kendaraan di garasi tapi mereka keburu masuk ke dalam koridor kaca.

Koridor itu berupa terowongan kaca sepanjang  lima belas meter yang pada atap tingginya dipasang panel surya. Koridor kaca itu menghubungkan garasi dengan Gedung Prabala.

Instruktur Benny mengetikkan tujuh angka pada panel elektronik yang menempel pada pintu besi berkaca. Pintu menuju Gedung Prabala pun terbuka.

Bentuk Gedung Prabala seperti balok yang disusun asal tumpuk dengan warna coklat, abu-abu, dan merah hati. Pada  atap dan dinding-dinding luar gedung dipasang panel surya untuk mencukupi kebutuhan listrik di gedung itu. Cahaya matahari yang diserap panel surya disimpan dalam baterai. Energi pada baterai digunakan untuk menyalakan lampu, penyejuk ruangan, dan semua peralatan elektronik. Sedangkan panel surya yang dipasang di atap garasi digunakan juga untuk mengisi ulang daya mobil dan motor listrik.

Suasana formal kantoran langsung terasa saat memasuki lobi. Lantai marmer warna putih bergradasi marun memantulkan suara ketak-ketok dari sepatu Rita yang berhak.

Rita mengatakan bahwa di lantai satu terdapat ruangan tempat Profesor Sanker berkantor. Dia juga menyebut bahwa Instruktur Benny, Profesor Dorita, Tugis, dan para dosen punya ruangan di lantai ini juga (yang lain celingukan saling mencari tahu siapa gerangan Profesor Dorita dan Tugis).

Instruktur Benny menyuruh para lelaki membantu Yasmine membawa koper besarnya menaiki tangga ke lantai dua. Yasmine berkata bahwa seharusnya ada lift seperti yang biasa ada di kampus-kampus moderen. Instruktur Benny tidak menghiraukan ucapan Yasmine dan terus menaiki anak tangga.

Lantai dua sepi dan lengang karena staf administrasi dan kesekretariatan hanya bekerja sampai pukul delapan belas. Berbeda dengan garasi yang terang-benderang, semua lampu di sini sudah  dimatikan sehingga pandangan yang didapat hanya temaram saja. Lampu yang masih menyala berasal dari langit-langit dibawah tiga meja kerja yang menandakan siempunya masih bekerja. Meja-meja kerja di ruangan itu bersekat-sekat seukuran dada dengan panel warna-warna muda hijau, biru, dan kuning.

Cahaya yang berpendar dari lampu di lapangan masuk melalui jendela-jendela besar dan lebar yang tidak ditutup tirai sehingga ikut membantu pencahayaan di lantai dua Gedung Prabala itu.

Nampak sofa dan meja beralas karpet di beberapa sudut ruangan yang bila dilihat lebih cocok sebagai tempat bersantai seperti kafe daripada tempat untuk bekerja. Yang paling mencolok adalah keberadaan tiga meja bundar yang menempel dengan sofa bersandaran tinggi yang semuanya berjajar dekat jendela.

 Instruktur Benny disambut oleh perempuan yang memperkenalkan dirinya dengan nama Rita, sekretaris Profesor Sanker. Lalu Rita memperkenalkan Mita yang disebutnya sebagai sekretaris Profesor Dorita. Dan ada Ranti yang diperkenalkan sebagai kepala administrasi dan tata usaha.

“Kita ke ruang rapat, Benny?” kata Rita. Alis kirinya sedikit naik diatas kacamatanya yang berbingkai mata kucing. Perawakan wajahnya yang matang menyuratkan bahwa Rita berusia awal tiga puluhan.

Benny mengangguk, “Semuanya, kita ke ruang rapat,” katanya pada kedelapan mahasiswa baru tersebut.

Di meja ruang rapat telah ada laptop dan di pojok ruangan tersusun ransel-ransel hitam berukuran tiga puluh liter.

Masing-masing telah duduk di kursi  dengan laptop di depan mereka. Rita memberitahu bahwa laptop tersebut terbatas untuk kebutuhan belajar dan mengerjakan tugas.

“Tidak ada internet, tidak ada hiburan dan komunikasi, dan hanya untuk keperluan akademik. Tata tertib, panduan, dan peraturan-peraturan Akademi bisa dibaca pada berkas dalam laptop,” kata Rita. “Sekarang tolong keluarkan ponsel, jam tangan, laptop, tablet dan elektronik lain yang kalian bawa dari rumah.”

Mereka sudah diberitahu bahwa pemakaian barang elektronik pribadi hanya boleh dilakukan pada hari Minggu dan libur nasional jadi—dengan berat hati dan keengganan yang luar biasa—mereka  menyerahkan gawai-gawai mereka pada Ranti diiringi gerutuan kecil dari Yasmine yang tidak bisa lagi memajang foto dan video di media sosialnya.

Setelah tidak ada lagi gawai  pribadi yang disimpan, Mita bergerak membagikan ransel-ransel di pojok ruangan. Ransel itu tidak berat tapi juga bisa dibilang ringan. Isinya tiga pasang seragam latihan, dua pasang seragam kuliah, sepasang sepatu kets warna marun beserta kaus kakinya, sepasang sepatu pantofel hitam, buku-buku tulis, alat tulis, topi, dua kaos marun lengan panjang dan jaket marun bertulisan Akademi Insidental dan Keamanan Khusus, baju renang model selam, dan peralatan mandi berupa sabun batangan, sikat gigi, sampo, dan pasta gigi.

“Apa ukuran sepatunya pas?” tanya Karlie sambil memerhatikan sepatunya.

“Pasti pas, kalian sudah dipantau,” jawab Rita. Lalu dia menjelaskan bahwa semua kebutuhan belajar dan mandi disediakan Akademi. Jika ingin menggunakan milik pribadi harus melapor pada Ranti.

“Apa ada yang tidak ingin menggunakan alat mandi dan alat tulis dari Akademi?”

Karlie memberanikan diri mengangkat tangan kanannya.

“Saya ingin memakai alat mandi milik sendiri. Apa dibolehkan?”

“Boleh,” kali ini Ranti menjawab. Dia menanyakan nama Karlie lalu minta alat mandi yang ada di ransel dikembalikan.

Yasmine melakukan hal sama seperti Karlie dengan tidak memakai alat mandi dari Akademi.

“Apa merek sanitary-mu?” kata Yasmine pada Karlie sepekan mungkin.

“Glowy Glow.”

Yasmine berbinar, “Sama! Dulu aku pakai itu tapi sekarang pakai dari dokter. Kulitku sensitif…” perkataan Yasmine terpotong karena dua orang staf lelaki dari Kamar Kendali datang datang untuk memindai mata dan mengambil sidik jari mereka.

Setelah selesai dua orang itu pergi dan digantikan dua perawat dari klinik yang dengan cepat mengeluarkan selusin jarum suntik.

“Apa kita akan disuntik?” kata Yasmine cemas.

“Tidak, cuma ambil darah saja,” jawab Rita cepat.

“Bukannya sama-sama ditusuk jarum?!” celetuk Johan.

“Beda, kalau ambil darah jarumnya lebih besar,” timpal Komang bercanda.

Johan mengangguk cepat, “Betul itu! Supaya darahnya bisa terambil banyak.”

Yasmine cemberut dan memangku kanannya di meja karena cemas akan suntikan sekaligus sebal karena Komang dan Johan menggodanya.

Karlie mengusap pelan lengan Yasmine untuk menghiburnya.

Hanya beberapa detik setelah dua perawat pergi setelah mengambil darah, datang dua orang perempuan muda memakai celemek hitam membawa tumpukan nasi kotak. Mereka membagikan nasi kotak itu dengan cekatan kepada semua yang ada di ruangan.

Profesor Sanker datang tepat setelah kotak terakhir diletakkan di depan Karlie. Profesor Sanker menyapa lalu mengambil duduk di tengah-tengah mereka membuat Zulfikar menggeser duduknya ke kiri.

 Rita memberikan satu nasi kotak kepada Profesor Sanker.

Profesor Sanker mempersilakan mereka makan bersama dengannya. Rita duduk di belakang Profesor Sanker dengan wajah serius dengan menggenggam tablet ditangan kirinya.

Menu dalam nasi kotak itu berhasil membangkitkan rasa lapar pada Komang, Johan, Arun, dan Kiki yang langsung melahap nasi beserta ikan tongkol balado, sayur jagung muda, dan telur rebus yang ada dalam kotak.

Firzan menyingkirkan ikan tongkol agar jangan sampai mengenai lauk lainnya. Dia alergi ikan laut. Sekali makan seluruh tubuhnya akan gatal dan penuh bentol-bentol merah selama berjam-jam.

Zulfikar mengupas pisang susu dari kotak dan melahapnya. Karlie tidak lapar tapi dia tidak ingin terlihat tidak menghormati Profesor Sanker jadi dia mengikuti Zulfikar dengan memakan pisang. Yasmine tanpa sungkan menolak makan karena hari sudah malam. Dia hanya menghabiskan air mineralnya.

“Kenapa kami disebut Slugger, profesor, bukan mahasiswa?” tanya  Zulfikar ketika dalam ingatannya muncul informasi yang didapatnya dari Instruktur Soni.

“Sebetulnya kalian disebut petempur. Slugger hanya nama angkatan. Disebut petempur karena kalian mendapat pelatihan mendekati latihan polisi dan tentara hanya saja sudah dimodifikasi sesuai kebutuhan sipil,” Profesor Sanker memandangi semuanya dengan matanya yang teduh mengayomi, “Kalian juga tidak disebut taruna karena ini bukan akademi militer, kepolisian atau ikatan dinas kelembagaan. Maka kalian disebut petempur.”

“Berarti kita harus bertempur?” tanya Yasmine tegang.

“Kadang-kadang. Tapi tidak bertempur seperti tentara dan polisi, hanya pada situasi dimana polisi dan tentara tidak bisa berbuat melebihi kewenangan mereka.”

“Kalau lulus kita akan jadi sarjana apa, Prof?” kata Johan benar-benar ingin tahu.

“Kalian akan jadi Sarjana Sains Pertahanan Sipil. Sekilas gelar kalian mirip dengan lulusan Akademi TNI yang bergelar Sarjana Sains Terapan Pertahanan.”

“Berarti kita akan jadi Hansip,” gumam Komang sepelan mungkin agar tidak terdengar Profesor Sanker. Profesor Sanker mendengarnya namun hanya tersenyum dan tidak mengindahkan. Kiki menendang kaki Komang, mengingatkan supaya tidak menyeletuk sembarangan. Komang mendelik.

Tanya jawab dengan Profesor Sanker selesai pada pukul setengah sembilan malam. Rita dan Mita membawa mereka ke Gedung Pratisena—sebutan untuk gedung asrama—untuk beristirahat.

Letak Gedung Pratisena terpisah dari Gedung Prabala jadi mereka harus berjalan keluar Gedung Prabala dahulu.

Bentuk Gedung Pratisena mirip rumah susun dengan banyak jendela-jendela dan balkon kecil berpagar tinggi tapi tanpa jemuran yang menggantung. Di lantai satu terdapat pintu dengan lorong pendek yang menghubungkan Gedung Pratisena dengan musala dan klinik. Seperti Prabala, pada atap Pratisena juga terpasang panel surya.

“Para Slugger—kalian Slugger Satu—di lantai tiga bersama Slugger Dua. Lantai satu untuk Trooper dan lantai dua untuk Grunt,” kata Rita berjalan memimpin memasuki gedung asrama.

Yasmine mengeluh lagi karena mereka harus menaiki tangga ke lantai tiga. Kali ini kopernya digotong oleh Arun dan Firzan.

 “Semua lampu di komplek Akademi dipadamkan pukul  sepuluh malam dan dinyalakan lagi pukul empat pagi. Hanya musala, gerbang, Kamar Kendali, lampu jalan dan jembatan, sebagian Gedung Prabala, dan toilet umum yang menyala,” sambung Rita, “saluran air ke kamar-kamar hanya menyala pada pukul lima pagi dan lima sore. Jadi pastikan kalian punya cukup air dalam bak mandi.”

“Bagaimana kalau kita ingin kencing tengah malam?” tanya Firzan sungguh-sungguh.

“Toilet di setiap gedung tetap menyala, dan kalian kan dapat kamar mandi sendiri dalam kamar,”jawab Rita santai.

“Kamar mandi pribadi di tiap kamar!” kata Johan bersemangat diikuti seruan dan siulan gembira dari yang lain.

“Seperti hotel!”

“Apakah harus berlebihan seperti itu?!” ujar Kiki melihat teman-teman lelakinya melakukan tos, meskipun Arun melakukannya dengan wajah kaku, bingung di bagian mana dia harus senang.

Yes, Kiki! Memang kamu mau harus berbagi kamar kecil dengan orang lain? Kalau mereka jorok kita bisa ketularan penyakit!” sahut Yasmine.

Di asrama pada umumnya kamar mandi berada di luar kamar tidur dan digunakan bergantian oleh seluruh penghuni. Kamar mandi yang menyatu dengan kamar tidur berarti membebaskan mereka dari antrean dan perundungan yang mungkin dilakukan oleh kakak tingkat.

Rita memotong kegembiraan soal kamar mandi, “Usahakan baca arsip  sebanyak kalian bisa sebelum lampu padam. Lebih bagus kalau kalian sempat membacanya sampai habis.”

Sesampainya di lantai tiga Rita memberi masing-masing satu kamar karena jumlah mereka hanya delapan orang. Angkatan lain mendapat satu kamar untuk tiga orang. Jatah satu kamar untuk satu orang membuat para lelaki, ditambah Yasmine, melakukan tos lagi.

Semua orang masuk ke kamar untuk menaruh tas mereka. Para lelaki kemudian secara tak sengaja berkumpul di kamar Komang sementara para perempuan menolak ikut karena ingin membereskan barang-barang mereka.

Untungnya tak seorangpun lupa bahwa lampu akan padam pada pukul sepuluh malam, sehingga sebelum gelap mereka sudah kembali ke kamar masing-masing. Sebagian sudah terlelap, sebagian lagi gelisah, dan sebagian lagi membolak-balik tubuhnya karena sulit tidur. Suasana benar-benar sunyi sampai suara deburan ombak yang memecah karang terdengar sampai ke kamar-kamar.

IQ Orang Indonesia Cuma 78, Kenapa Ya?

IQ Orang Indonesia Cuma 78, Kenapa Ya?

World Population Review memuat data IQ rata-rata orang di 197 negara. Indonesia ada di urutan ke-129 dengan skor IQ 78,49.

Angka ini menempatkan kita sebagai bangsa dengan IQ terendah dari 11 negara Asia Tenggara. Skor IQ kita sama persis dengan Timor Leste, sama-sama IQ 78.

Jepang menempati urutan pertama negara dengan penduduk ber-IQ tertinggi di dunia dengan nilai 106,48. Posisi sebagai negara yang IQ rata-rata penduduknya tertinggi di dunia sudah dipegang Jepang sejak 2019.

Selain World Population Review, Ulster Institute for Social Research juga menempatkan Jepang di peringkat pertama negara terpintar di dunia.

Arti IQ 78


Sebanyak 68 persen orang di dunia punya IQ antara 85-115 dan cuma 2 persen dari populasi dunia yang punya IQ diatas 130.

Kalau orang Indonesia punya punya rata-rata IQ 78,49 apa berarti IQ kita dibawah rata-rata?! Kita lihat dulu skor tes IQ dari Stanford-Binet yang mengategorikan kecerdasan dengan nilai:

Skor 176-225 > Amat sangat berbakat
Skor 161-175   > Sangat berbakat
Skor 130-144 > Berbakat
Skor 120-129 > Superior
Skor 110-119   > Diatas rata-rata
Skor 90-109 > Rata-rata
Skor 80-89 > Dibawah rata-rata
Skor 70-79  > Batas tertinggal
Skor 55-69 > Sedikit tertinggal
Skor 40-54 > Cukup tertinggal

Sementara itu skala Wechsler-Bellevue Intelligence mengategorikan kecerdasan seseorang dengan skor:

Skor 130 dan di atasnya > Sangat superior
Skor 120-129 > Superior
Skor 110-119   > Diatas rata-rata
Skor 90-109  > Rata-rata
Skor 80-89   > Dibawah rata-rata
Skor 70-79    > Ambang batas
Skor 79 dan di bawahnya > Sangat rendah

Generasi 1990-an menyebut IQ dibawah rata-rata sebagai IQ jongkok. Namun, yang dimaksud IQ jongkok bukan keterbelakangan mental atau down syndrome. Pengidap down syndrome punya keterbatasan kecerdasan sejak lahir karena berbagai faktor. 

Skala Stanford-Binet dan Weschler-Bellevue paling sering dipakai oleh psikolog untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang karena dianggap akurat.

Kemudian, orang normal bisa saja punya IQ superior waktu dia kecil, tapi lama-lama IQ-nya turun dengan skor rata-rata saja.

Apa IQ Bisa Berubah?


IQ singkatan dari intelligence quotient yang artinya kecerdasan intelektual. Istilah kecerdasan intelektual digunakan untuk menjelaskan sifat dan pikiran yang mencakup kemampuan seperti menalar, merencanakan, memecahkan suatu masalah, berpikir abstrak, memahami suatu gagasan, menggunakan bahasa, daya tangkap, dan belajar. 

Kecerdasan intelektual erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh setiap individu. Kemampuan kognitif adalah proses pada otak manusia untuk menerima dan mengelola informasi.

Faktor yang mempengaruhi IQ seseorang adalah:

1. Penyakit menular. Negara dengan tingkat penyakit menularnya tinggi cenderung punya skor IQ yang lebih rendah. Contoh penyakit menular adalah diare, TBC, demam berdarah dengue, malaria, dan hepatitis B.

IQ rata-rata penduduk Indonesia mungkin saja rendah karena di sini masih banyak penyakit menular. Ada musim DBD, musim flu, dan musim diare.

2. Kebiasaan makan. Kebiasaan makan berpengawet dan bervetsin (micin) atau monosodium glutamat bisa sangat mempengaruhi IQ seseorang. 

Kita tahu kalau micin itu mengandung asam glutamat yang bikin saraf otak bekerja lebih aktif.

Makin sering makan micin, reseptor otak yang bernama hipotalamus akan bekerja makin aktif. Bila terus-terusan terjadi, aktivitas reseptor otak yang berlebihan dapat menyebabkan kematian neuron. 

Neuron adalah sel-sel saraf yang berperan sangat penting untuk menjalankan fungsi kognitif otak.

Kematian neuron berarti fungsi kognitif otak akan menurun alias ‘lemot’. Ketika saraf di otak bekerja berlebihan, kita juga akan lebih mudah merasa pusing dan sakit kepala. Pusing dan sakit kepala bikin kita gak bisa mikir dan akhirnya menambah kelemotan otak.

3. Aktivitas Intelektual. Disebut aktivitas intelektual karena melibatkan pemikiran mendalam dan penggunaan kemampuan kognitif untuk memecahkan masalah, menciptakan ide, atau memahami konsep kompleks. 

Contohnya dari aktivitas intelektual adalah membaca buku, menulis esai, memecahkan soal matematika, atau menganalisis karya seni. 

Semua aktivitas yang bikin kita mikir dan merangsang otak bisa bikin wawasan dan pola pikir kita bertambah. Jadi orang yang malas mikir kemungkinan besar IQ-nya dibawah rata-rata.

Bagaimana kalau mikirin kehidupan yang berat? Kalau kita cuma mikir yang berat-berat tanpa berusaha mencari jalan keluar, IQ kita bukannya tambah naik malah kena darah tinggi. Jadi kalau sedang punya masalah hidup usahakan cari jalan keluarnya juga.

4. Kebanyakan nonton TikTok. Indonesia jadi negara dengan pengguna TikTok terlama di dunia.

Terlalu lama dan sering nonton TikTok bikin IQ kita turun. Durasi videonya pendek-pendek bikin rentang fokus juga pendek. Padahal otak kita butuh rangsangan dari tontonan berdurasi hitungan menit supaya sarafnya menguat.

Konten di TikTok juga terlalu receh dan tidak bibisa jadi stimulan otak.

5. Genetik (keturunan). Pada studi yang diadakan Cambridge University pada 2013 ditemukan bahwa 50-80 persen IQ dipengaruhi oleh genetika.

Maka carilah pasangan yang pintar. Kalau kita nyadar lemah di akademik maka carilah suami/istri yang kuat bakat akademiknya.

Pun kalau mau punya anak yang jadi atlet kelas dunia, maka menikahlah dengan suami/istri yang punya bakat olahraga.

Bakat memang bukan segalanya, tapi anak yang sudah punya bakat lebih cepat mudah dilatih untuk mencapai prestasi maksimalnya. Bisa juga dikatakan genetika yang baik kalau dikombinasikan dengan lingkungan yang baik bisa meningkatkan skor IQ seseorang.

Kalau begitu apa IQ kita bisa berubah-ubah? IQ bisa berubah seiring bertambahnya usia sosial. Makin tua seseorang wawasan dan pengetahuannya juga bertambah maka IQ-nya juga bisa meningkat.

Namun, IQ seseorang juga bisa turun karena faktor tertentu atau seperti empat faktor di atas.

Kenapa IQ Orang Jepang Tinggi?

 

Salah satunya karena sistem pendidikan yang ketat dan fokus pada pembelajaran sejak usia dini. Selain itu, budaya Jepang sangat menghargai kerja keras, disiplin, dan dedikasi yang semuanya dapat berkontribusi pada perkembangan intelektual.

Orang Jepang juga sangat suka membaca. Menurut UNESCO, hampir seluruh orang dewasa di Jepang suka membaca dan menulis. Sistem pendidikan yang kuat dan dukungan budaya untuk belajar sepanjang hayat juga berperan besar menjadikan IQ orang Jepang tertinggi di dunia.

Bukan bermaksud membandingkan dan menjelekkan bangsa sendiri. Orang kita jangankan baca buku, baca pengumuman yang ditempel di papan saja malas. 

Kalau tidak terinfo lalu dibilang, "Lho, mana pengumumannya, kok saya gak liat?"
"Itu pengumumannya ditempel di pintu depan,"
"Lho, kok ditempel, saya, kan, jadi gak bisa dengar."
 

Apa IQ Orang Indonesia Bisa Ditingkatkan?

 

Pasti bisa, tapi butuh usaha yang tidak mudah karena berkaitan dengan sumber daya manusia. Meski skor IQ kita bisa ditingkatkan, tapi selama korupsi masih dianggap wajar maka selama itu juga IQ kita rendah terus.

Kita tidak punya uang untuk memfasilitasi perpustakaan di tiap sekolah negeri karena uangnya dikorupsi. Anak-anak sekolah belajar di kelas yang reyot karena uang untuk membangun kelas dikorupsi.

Gaji guru tidak naik-naik meski beban kerjanya berat karena duit untuk menggaji guru habis dikorupsi.

Jadi kalau mau IQ kita sejajar dengan negara-negara ASEAN (ASEAN dululah, ya, kalau menyamai Jepang kayaknya ngimpi banget) kita harus menghilangkan korupsi dulu. Jangan anggap korupsi itu hal yang wajar. Korupsi itu artinya mencuri.

Related: Apa Itu Duit Rakyat?

Orang yang mencuri namanya pencuri dan patut dihukum berat karena dia sudah menghilangkan kesempatan orang Indonesia untuk punya IQ tinggi. Mosok IQ kita sama kayak Timor Leste padahal mereka baru merdeka dari Portugis pada 1975 dan melepaskan diri dari Indonesia di 2002.